Pergerakan Tanah Susulan Diwaspadai di Banjarnegara
Pergerakan tanah di Desa Kalitlaga, Banjarnegara, Jawa Tengah, masih terjadi. Ratusan warga masih mengungsi dan waspada terutama saat hujan lebat terjadi.
Oleh
WILIBRORDUS MEGANDIKA WICAKSONO
·2 menit baca
BANJARNEGARA, KOMPAS — Bencana alam tanah bergerak di Desa Kalitlaga, Kecamatan Pagentan, Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah, masih terjadi. Warga belum berani menempati rumahnya dan kewaspadaan ditingkatkan dengan ronda malam. Sebanyak 303 orang masih mengungsi ke tempat yang aman dan bantuan logistik dibutuhkan warga.
”Masih ada retakan tanah, tetapi ringan. Retakan tanah yang ada di permukiman sudah ditimbun tanah dan di areal perkebunan sudah dibuatkan jalur air supaya tidak liar menggerus tanah,” kata Kepala Desa Kalitlaga Guntur Agus Salim saat dihubungi dari Banyumas, Jawa Tengah, Selasa (8/12/2020).
Agus menyampaikan, warga masih mengungsi ke sejumlah titik, antara lain di mushala, gedung TPQ Dusun Kemiri, serta rumah saudara dan tetangga. ”Warga pulang ke rumah di siang hari. Jika hujan dan malam datang, warga kembali ke pengungsian. Bapak-bapak berjaga-jaga di malam hari. Di pengungsian, sudah ada dapur umum, tetapi warga masih membutuhkan logistik serta lauk-pauk,” tuturnya.
Masih ada retakan tanah, tetapi ringan. Retakan tanah yang ada di permukiman sudah ditimbun tanah dan di areal perkebunan sudah dibuatkan jalur air supaya tidak liar menggerus tanah.
Menurut Agus, pergerakan tanah sudah relatif melambat dibandingkan pada Kamis pekan lalu. Saat itu, retakan tanah mencapai 50 sentimeter hingga 1 meter dengan panjang 400 meter. ”Jumat, Sabtu, dan Minggu alhamdulillah tidak ada hujan. Hujan lagi Senin kemarin, muncul retakan, tetapi tidak seperti pada Kami lalu. Itu pun di area kebun,” tuturnya.
Agus menyebutkan, tanah di kawasan itu memang labil. Selain karena kontur tanah di areal perbukitan dan lereng, hujan deras juga menggerus tanah. ”Tim sukarelawan juga masih memantau pergerakan tanah dengan menggunakan tali tambang,” ujarnya.
Pergerakan tanah yang terjadi pada Kamis (3/12/2020) itu menyebabkan 107 keluarga atau 303 orang terpaksa mengungsi ke tempat yang aman. Pergerakan tanah itu menyebabkan jalan desa yang menghubungkan Dukuh Jambean-Karanglo amblas, tetapi masih bisa dilewati kendaraan roda dua.
Selain itu, sebanyak 12 rumah rusak berat, 5 rumah rusak sedang, dan 3 rumah rusak ringan. Pada Kamis lalu, tanah bergerak antara 3 sentimeter dan 5 sentimeter per jam.
Mengkaji kelayakan
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Banjarnegara Aris Sudaryanto menyampaikan, pihaknya masih berkoordinasi dengan Badan Geologi untuk mengkaji apakah lokasi itu layak untuk permukiman atau tidak. Saat ini, pihaknya juga masih fokus melayani kebutuhan pengungsi. ”Saat ini tahap tanggap darurat, tanah masih bergerak, dan fokus menangani pengungsi,” ujar Aris.
Menurut Aris, diperlukan kajian dari Badan Geologi untuk memastikan tanah di lingkungan permukiman itu layak ditinggali atau tidak. Demikian pula untuk rencana relokasi, dibutuhkan tempat yang aman pula dari bencana pergerakan tanah.
”Nanti desa yang menyiapkan lahan, kemudian Badan Geologi Bandung melakukan kajian apakah lokasi relokasi memenuhi syarat atau tidak,” kata Aris.