Rasio positif Covid-19 di Indonesia empat kali lipat dari ambang batas yang ditetapkan Organisasi Kesehatan Dunia. Kunjungan tempat wisata dan penggunaan transportasi umum meningkatkan risiko penularan.
Oleh
(AIK/IKI/JAL/JOG/NIK/NTA/OKA/VIO)
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Pemerintah dan masyarakat Indonesia didorong perlu menghentikan pergerakan massal selama liburan Natal dan Tahun Baru. Sebab, laju infeksi Covid-19 semakin meningkat dan jauh di atas ambang batas internasional.
Satuan Tugas Penanganan Covid-19, dalam laporan Rabu (23/12/2020), mencatat kasus di Indonesia bertambah 7.514 dalam sepekan terakhir. Selain jumlah kasus bertambah, rasio positif juga meningkat menjadi rata-rata di atas 20 persen.
Dengan demikian, ada satu yang positif dari setiap lima orang yang diperiksa. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyarankan rasio positif di aras 5 persen. ”Masyarakat sebaiknya tinggal di rumah, khususnya Jawa yang sudah sangat merah,” kata Dicky Budiman, epidemiolog Indonesia di Griffith University, Australia.
Libur panjang bisa menjadi kejadian yang berkontribusi pada pemburukan wabah secara signifikan. ”Ada sejumlah kajian bahwa libur panjang berkontribusi pada 10 persen penambahan kasus infeksi dan 9 persen kematian,” katanya.
Selain di tempat liburan, juga ada risiko kala menggunakan transportasi umum. Penggunaan transportasi umum saat wabah belum terkendali meningkatkan kasus 10 persen dan kematian meningkat 1,21 per 1.000 orang.
Tidak hirau
Juru Bicara Satgas Covid-19, Wiku Bakti Bawono Adisasmito, menyampaikan, masyarakat tak mengindahkan imbauan pemerintah agar berlibur Natal dan Tahun baru di rumah. Satgas cuma bisa mengingatkan bahwa Indonesia masih dalam situasi darurat pandemi Covid-19.
”Jangan sampai hari raya ini menjadi yang terakhir bersama keluarga dan orang terdekat hanya karena memaksakan untuk bepergian atau lengah dan abai terhadap protokol kesehatan,” kata Wiku.
Selain dari pemerintah, imbauan agar tidak berkerumum juga disampaikan pihak gereja. Ketua Umum Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia (PGI) Pendeta Gomar Gultom meminta semua gereja mengedukasi jemaat agar menunda perjalanan dan aktivitas berkerumun. Prioritaskan ibadah secara virtual.
Jika ada kehadiran, jemaat harus amat dibatasi dan penerapan protokol amat ketat. ”Khotbah-khotbah kiranya terus-menerus untuk mengarahkan umat meningkatkan daya tahan tubuh dan disiplin protokol kesehatan,” kata Gultom.
Sementara Sekretaris Keuskupan Agung Jakarta (KAJ) Pastor Vincentius Adi Prasojo mengatakan, pandemi memberi kesempatan menjadikan Natal sebagai momen keluarga. Karena itu, KAJ mendorong umat memprioritaskan ibadah Natal di rumah masing-masing. ”Disebut ibadat, bukan perayaan,” ujarnya.
Ikut misa secara daring, menurut Adi, tidak akan mengurangi kesakralan ibadah Natal. Gereja-gereja pun telah memprioritaskan ibadah Natal secara daring. Jumlah orang yang bisa beribadah di gereja dikurangi.
Meskipun Kementerian Agama mengimbau ibadah Natal boleh dihadiri oleh paling banyak 50 persen dari kapasitas gereja, banyak gereja menetapkan di bawah itu. KAJ memutuskan misa Natal di Gereja Katedral Jakarta hanya bisa dihadiri paling banyak 30 persen dari kapasitas gereja. Hadirin sudah termasuk umat dan para pelayan misa. Umat yang hadir pun harus mendaftarkan diri secara daring dan wajib dalam kondisi sehat. Wajib pula memakai masker sejak dari rumah.