Roket Peluncur SpaceX Diprediksi Jatuh ke Bulan pada Maret 2022
Roket bekas milik SpaceX, Falcon 9, akan jatuh ke sisi belakang Bulan pada Maret 2022. Meski tumbukan antara roket dan permukaan Bulan terlihat unik, peristiwa ini juga akan menambah sampah antariksa.
Oleh
MUCHAMAD ZAID WAHYUDI
·4 menit baca
Roket peluncur milik SpaceX, Falcon 9, yang digunakan untuk meluncurkan satelit pemantau iklim Bumi pada 7 tahun lalu diprediksi akan jatuh ke Bulan pada 4 Maret 2022. Namun, jatuhnya sampah antariksa berbentuk tabung silinder ini diperkirakan tidak akan menimbulkan persoalan besar di Bulan.
Falcon 9 meluncur dari Bandar Antariksa Tanjung Canaveral, Florida, Amerika Serikat, 11 Februari 2015. Saat itu, roket peluncur ini membawa satelit Observatorium Iklim Antariksa atau Deep Space Climate Observatory (DSCOVR) milik Badan Kelautan dan Atmosfer Nasional AS (NOOA) dan Badan Penerbangan dan Antariksa AS (NASA).
Satelit untuk memantau badai Matahari dan iklim Bumi ini diletakkan di titik Lagrange yang berjarak sekitar 1,5 juta kilometer dari Bumi. Di titik ini, satelit akan mendapat pengaruh gaya gravitasi Matahari dan gravitasi Bumi secara stabil.
Setelah menyelesaikan tugasnya mengirim satelit ke titik orbitnya, roket tingkat kedua Falcon 9 kehabisan bahan bakar. Akibatnya, roket bekas seberat 4 metrik ton ini jauh ke satu wilayah di antara Bumi dan Bulan dalam orbit yang tidak terduga.
Sejak itu, sampah antariksa ini bergerak tak terkendali. Dari perhitungan Bill Gray, pengembang perangkat lunak pelacak obyek dekat Bumi, roket ini diperkirakan akan menabrak Bulan di sisi jauh atau bagian belakang Bulan pada 4 Maret 2022. Roket akan menumbuk permukaan Bulan dengan kecepatan 9.288 kilometer per jam.
Sebelum menumbuk, Gray dalam blognya menyebut, roket bekas ini akan terbang melintas atau flyby di dekat Bulan pada 5 Januari 2022. ”Ini adalah kasus pertama yang terjadi secara tidak terduga (jatuhnya puing-puing roket ke permukaan Bulan) dan saya sadari,” tulis Gray.
Gray memperkirakan, roket silinder yang panjang itu akan mendarat di satu titik di sekitar khatulistiwa Bulan di sisi jauh atau bagian belakang Bulan. Sisi jauh ini adalah bagian Bulan yang tidak pernah bisa dilihat manusia Bumi secara langsung. Periode rotasi dan revolusi Bulan yang sama panjang membuat hanya satu sisi Bulan yang bisa dilihat dari Bumi.
Astrofisikawan Universitas Harvard, AS, Jonathan McDowell, di akun Twitternya membenarkan bahwa roket tingkat kedua dari Falcon 9 akan jatuh ke permukaan Bulan pada 4 Maret. ”Ini merupakan peristiwa yang menarik, tetapi bukan masalah besar,” tulisnya.
Lokasi jatuhnya roket di wilayah yang tidak ada penduduk itu membuat peristiwa ini tidak akan berdampak besar bagi manusia. Demikian juga bagi Bulan. Namun, kasus ini akan menambah sampah antariksa yang jatuh di permukaan Bulan.
Posisi jatuhnya roket yang berada di sisi jauh Bulan juga membuat proses tumbukan antara bekas roket dan permukaan Bulan ini tidak bisa diamati langsung. Meski demikian, lanjut Gray, ada peluang lintasan jatuh roket bekas ini akan berubah akibat tekanan dari radiasi Matahari hingga roket bisa saja jatuh menyamping.
Ini merupakan peristiwa yang menarik, tetapi bukan masalah besar.
”Sampah luar angkasa itu sedikit rumit,” ujar Gray. Meski kita memiliki model yang menggambarkan gerak Bumi, Bulan, planet-planet, dan Matahari secara lengkap serta model bagimana gravitasi bisa mempengaruhi gerak mereka, tekanan radiasi Matahari bisa mendorong mereka secara lembut untuk menjauhi Matahari.
Namun, ”Efek sebenarnya dari radiasi Matahari itu sulit diprediksi dengan sempurna,” ujar Gray. Dalam beberapa kasus, tekanan radiasi Matahari ini tidak hanya akan mendorong benda menjauhi Matahari, tetapi juga mendorong ke samping.
Prediksi lebih baik diperlukan. Makin mendekati waktu jatuhnya sampah antariksa tersebut, prediksi akan makin baik dilakukan. Prediksi lebih baik ini diperlukan agar wahana-wahana yang saat ini sedang mengorbit Bulan bisa memantau jatuhnya sampah antariksa tersebut, mengamati proses tumbukannya dengan Bulan, dan melihat dampak yang ditimbulkannya.
Beberapa wahana yang saat ini tengah berada di sekitar Bulan, antara lain, adalah Lunar Reconnaissance Orbiter (LRO) milik NASA dan wahana ruang angkasa Chandrayaan-2 milik Organisasi Riset Antariksa India (ISRO).
Meski demikian, jatuhnya roket tingkat kedua Falcon 9 ini bukanlah sampah antariksa pertama yang jauh ke Bulan. Pada 2009, satelit penginderaan jauh dan pemantau kawah Bulan milik NASA, yaitu Lunar Crater Observation and Sensing Satellite (LCROSS), pernah dijatuhkan untuk menumbuk kutub selatan Bulan.
Wahana ini pun akhirnya menabrak permukaan Bulan dengan kecepatan 9.000 kilometer per jam. Wahana ini sengaja dijatuhkan agar ilmuwan bisa mendeteksi tanda-tanda utama yang menunjukan keberadaan es cair di bawah permukaan Bulan.