Sempat Tertunda karena Pandemi, Dua Paduan Suara Indonesia Siap Bersaing di Perancis
Dua paduan suara asal Indonesia, Batavia Madrigal Singers dan Paduan Suara Mahasiswa Universitas Padjadjaran, siap mengikuti European Grand Prix for Choral Singing 2022. Ajang ini merupakan kompetisi tersulit di dunia.
Oleh
TATANG MULYANA SINAGA
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Dua paduan suara asal Indonesia, Batavia Madrigal Singers dan Paduan Suara Mahasiswa Universitas Padjadjaran, bersiap mengikuti European Grand Prix for Choral Singing 2022 di Perancis pada 18 Juni. Setelah sempat tertunda selama dua tahun akibat pandemi Covid-19, keduanya berkesempatan menjuarai kompetisi paduan suara tertua dan tersulit di dunia tersebut.
Batavia Madrigal Singers (BMS) mendapatkan tiket EGP 2022 setelah menjadi juara umum dalam Tolosa Choral Competition 2019 di Spanyol. Di tahun yang sama, Paduan Suara Mahasiswa Universitas Padjadjaran (PSM Unpad) keluar sebagai kampiun dalam International Guido d’Arezzo di Italia.
European Grand Prix (EGP) 2022 juga diikuti pemenang dari empat kompetisi paduan suara bergengsi lainnya, yaitu International Choir Competition Gallus Maribor di Slovenia, International May Choir Competition di Bulgaria, Tours Vocal Competition di Perancis, dan Bela Bartok International Choir Competition di Hongaria.
Pendiri dan Direktur Musik BMS Avip Priatna mengatakan, timnya diperkuat 44 penyanyi dan seorang pianis. Beberapa di antaranya merupakan bagian dari tim paduan suara yang menjuarai Tolosa Choral Competition dua tahun lalu.
”Kompetisi ini sempat tertunda akibat pandemi (seharusnya digelar 2020). Namun, kami terus berlatih secara berkesinambungan agar benar-benar siap mengikuti ajang ini,” ujarnya di Balai Resital Kertanegara, Jakarta, Selasa (7/6/2022).
Keterbatasan pertemuan fisik akibat pandemi menjadi tantangan dalam berlatih. Avip dan anggota tim mengatasi hal itu dengan menggelar konser secara daring sehingga tetap dapat memantau perkembangan setiap penyanyi.
”Hal ini justru menjadi keuntungan tersendiri karena bisa mengenal suara anak-anak (anggota paduan suara) itu lebih jauh. Alhasil, terlihat siapa yang potensial untuk diajak,” katanya.
Keikutsertaan dalam EGP 2022 sebagai bentuk konsistensi dalam mengharumkan nama Indonesia di kompetisi paduan suara internasional. Sebelumnya, BMS terpilih menjadi finalis di kompetisi serupa pada 2013 dan 2017.
Anggota BMS berasal dari beragam latar belakang, mulai dari mahasiswa, guru, dokter, karyawan swasta, dan pegawai negeri sipil. Mereka akan membawa lagu karya Thierry Machuel, Juan Gutierrez de Padilla, Edward Elgar, József Karai, Toyotaka Tsuchida, dan Ken Steven.
”Kami (peserta lomba) diminta membawakan lagu dari zaman Renaisans, zaman Romantik abad ke-19, zaman modern pada abad ke-20 dan ke-21. Selain itu, juga disyaratkan ada lagu karya komponis asal Perancis dan satu lagu yang diiringi instrumen (musik),” jelasnya.
Avip yang juga menjadi konduktor BMS menambahkan, keikutsertaan dalam EGP 2022 sebagai bentuk konsistensi dalam mengharumkan nama Indonesia di kompetisi paduan suara internasional. Sebelumnya, BMS terpilih menjadi finalis di kompetisi serupa pada 2013 dan 2017.
”Kami optimistis mampu bersaing pada kompetisi tahun ini. Targetnya tentu bisa jadi pemenang. Untuk itu mohon doanya dari masyarakat Indonesia,” ucapnya.
Agnatasha T Putri Siahaan, penyanyi suara sopran di BMS, mengatakan, setiap anggota tim berlatih keras dan berjuang untuk memberikan penampilan terbaik dalam EGP. Meskipun sempat terkendala pandemi pada 2020, latihan tetap intens dilakukan secara daring.
”Dengan latihan secara online, kami jadi bisa mempelajari suara satu sama lain secara lebih detail karena diulang-ulang. Ketika bertemu dan latihan bersama, langsung nyambung karena proses latihannya memang sudah cukup lama,” ujarnya.