Varian XBB Belum Teridentifikasi di Indonesia, Antisipasi Diperkuat
Subvarian baru Omicron XBB belum teridentifikasi di Indonesia. Namun, kewaspadaan harus ditingkatkan seiring dengan meluasnya penularan subvarian tersebut di dunia.
Oleh
DEONISIA ARLINTA
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Kementerian Kesehatan melaporkan subvarian Omicron XBB belum teridentifikasi di Indonesia. Meski begitu, kewaspadaan tetap ditingkatkan terutama di pintu masuk negara untuk mengantisipasi masuknya subvarian yang telah memicu terjadinya lonjakan kasus di sejumlah negara.
Subvarian Omicron XBB pertama kali teridentifikasi pada Agustus 2022 di India. Sejak saat itu, setidaknya sudah ada 17 negara yang sudah melaporkan adanya subvarian tersebut, seperti Singapura, Australia, Bangladesh, Denmark, Jepang, dan Amerika Serikat.
Dalam laman resmi Kementerian Kesehatan Singapura disebutkan, subvarian XBB telah memicu terjadinya lonjakan kasus Covid-19 di negara tersebut. XBB juga dilaporkan telah menjadi subvarian dominan yang beredar di Singapura.
Direktur Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Kementerian Kesehatan Maxi Rein Rondonuwu, Selasa (18/10/2022), di Jakarta mengatakan, hingga saat ini belum ada laporan subvarian XBB yang masuk ke Indonesia. Namun, langkah antisipasi telah dilakukan terutama terkait upaya surveilans di pintu masuk kedatangan internasional.
”Kami antisipasi surveilans di pintu masuk negara, terutama di Bandara Soekarno-Hatta dan pelabuhan-pelabuhan di Batam yang berbatasan langsung dengan Singapura. Bagi PPLN (pelaku perjalanan luar negeri) yang datang dari negara dengan laporan XBB, dengan hasil PCR positif, akan dilakukan WGS (whole genome sequencing),” ujarnya.
Maxi menuturkan, Kementerian Kesehatan telah meningkatkan kewaspadaan akan subvarian tersebut. Semua kepala kantor kesehatan pelabuhan serta kepala balai teknik kesehatan lingkungan dan pengendalian penyakit di Indonesia telah diimbau untuk meningkatkan antisipasi terhadap subvarian XBB.
Kami antisipasi surveilans di pintu masuk negara, terutama di Bandara Soekarno-Hatta dan pelabuhan-pelabuhan di Batam yang berbatasan langsung dengan Singapura. Bagi PPLN (pelaku perjalanan luar negeri) yang datang dari negara dengan laporan XBB dengan hasil PCR positif akan dilakukan WGS.
Juru bicara Kementerian Kesehatan, Mohammad Syahril, menambahkan, munculnya subvarian baru merupakan reaksi alamiah dari virus yang selalu bermutasi untuk mempertahankan hidup. Mutasi dari virus biasanya memiliki tingkat penularan yang lebih rendah dari varian pendahulunya.
Akan tetapi, kewaspadaan tetap diperlukan dalam pencegahan dan pengendalian penyakit tersebut. ”Apa pun variannya, pencegahan dengan protokol kesehatan tetap sama. Vaksinnya juga sama. Masyarakat harus tetap waspada karena kita masih dalam kondisi pandemi,” ucapnya.
Secara terpisah, Direktur Pascasarjana Universitas YARSI Tjandra Yoga Aditama mengatakan, penggunaan vaksin bivalen bisa menjadi cara untuk mengantisipasi penularan dari subvarian XBB. Sejumlah negara, seperti Singapura dan Australia, pun sudah menyediakan vaksin bivalen untuk masyarakatnya.
Menurut dia, vaksin bivalen berbeda dengan vaksin yang sekarang digunakan di Indonesia. Vaksin bivalen merupakan perkembangan terbaru dari vaksin Covid-19 yang dapat memberi perlindungan terhadap varian-varian Sars-CoV-2 yang lama dan juga pada varian Omicron saat ini.
”Akan baik kalau kita juga mempertimbangkan penggunaan vaksin bivalen sekarang ini,” kata Tjandra.
Di Singapura, merujuk pada laman Kementerian Kesehatan Singapura, vaksin bivalen Moderna dan Spikevax telah tersedia sejak 14 Oktober 2022. Vaksin tersebut diberikan untuk orang yang belum mendapatkan perlindungan minimal, terutama pada populasi usia 50 tahun ke atas yang mendapatkan vaksinasi sudah lebih dari lima bulan yang lalu.
Vaksinasi dinilai menjadi pertahanan utama dalam melawan Covid-19. Kekebalan masyarakat pun dikhawatirkan sudah menurun seiring dengan berjalannya waktu. Karena itu, cakupan vaksinasi perlu ditingkatkan.