Pemanfaatan Teknologi Mengakselerasi Perkembangan Bahasa dan Sastra Indonesia
Bahasa Indonesia dihadapkan pada kemajuan teknologi yang semakin cepat. Banyak istilah asing bermunculan. Pemanfaatan teknologi penting untuk mengakselerasi perkembangan bahasa dan sastra Indonesia.
Oleh
TATANG MULYANA SINAGA
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Kemajuan teknologi informasi menjadi tantangan bagi eksistensi bahasa Indonesia di tengah semakin mudahnya pengenalan serta penggunaan bahasa asing. Namun, teknologi juga bisa dimanfaatkan untuk mengakselerasi perkembangan bahasa serta sastra melalui beragam platform dan aplikasi.
Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Nadiem Anwar Makarim mengatakan, bahasa Indonesia bersifat terbuka sehingga leluasa menyerap kata atau istilah dari bahasa asing dan daerah. Hal ini membuat kosakata di Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) terus bertambah.
Akan tetapi, bahasa Indonesia juga dihadapkan pada perkembangan teknologi yang semakin cepat. Banyak muncul istilah atau kata baru, baik dalam dunia teknologi, sains, maupun lainnya. Oleh karena itu, bahasa Indonesia perlu diartikulasikan dalam kemajuan teknologi itu.
”Menjawab tantangan ini, kami berkomitmen untuk mengakselerasi perkembangan bahasa dan sastra Indonesia melalui pemanfaatan teknologi tepat guna,” ujarnya dalam Acara Puncak Bulan Bahasa dan Sastra 2022 secara daring, Jumat (28/10/2022).
Nadiem menuturkan, pihaknya telah meluncurkan sejumlah platform atau aplikasi untuk meningkatkan layanan bahasa dan sastra, antara lain Halo Bahasa, Padanan Istilah, dan Uji Kemahiran Berbahasa Indonesia.
”Terobosan ini akan bermanfaat jika semua pihak bergotong royong dalam menjaga dan mengembangkan bahasa Indonesia. Jadi, mari manfaatkan teknologi ini untuk pembelajaran di sekolah dan oleh pegiat bahasa dan sastra,” katanya.
Menurut Nadiem, bahasa Indonesia dicetuskan dalam Sumpah Pemuda pada 1928 untuk merajut keberagaman suku, agama, dan etnisitas. Bahasa menjadi elemen pemersatu para pemuda yang berasal dari berbagai identitas kedaerahan.
Bahasa Indonesia dicetuskan dalam Sumpah Pemuda pada 1928 untuk merajut keberagaman suku, agama, dan etnisitas. Bahasa menjadi elemen pemersatu para pemuda yang berasal dari berbagai identitas kedaerahan.
”Mari bersama-sama mengutamakan bahasa Indonesia dan melestarikan bahasa daerah,” ucapnya.
Penghargaan sastra
Acara Puncak Bulan Bahasa dan Sastra bertepatan dengan peringatan Sumpah Pemuda yang salah satu poin ikrarnya menjunjung bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan. Dalam sebulan terakhir, Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kemendikbudristek menggelar berbagai kegiatan, seperti pementasan teater, lomba mendongeng, dan pemberian penghargaan sastra.
Penghargaan sastra ini diberikan untuk lima kategori, yaitu novel berjudul Kidung Anjampiani karya Bre Redana, kumpulan cerpen Pada Sebuah Radio Dangdut karya Asef Saeful Anwar, dan kumpulan puisi Lidah Orang Suci karya Ahda Imran. Selain itu kategori drama berjudul Rahu karya Gus Martin serta kumpulan esai sastra Saksi Kata karya Arif Bagus Prasetyo.
”Penghargaan sastra diberikan kepada para sastrawan dan karya sastra yang membawa manfaat dan pengaruh positif dalam pembangunan karakter bangsa,” ujar Kepala Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kemendikbudristek Endang Aminudin Aziz.
Aminudin menuturkan, pihaknya juga menggelar pementasan grup teater di sekolah-sekolah. Hal ini bertujuan menghidupkan kembali aktivitas seni sastra yang melibatkan siswa.
”Bulan Bahasa dan Sastra bukan sekadar seremonial atau perayaan, melainkan juga pemantik ingatan untuk mengobarkan semangat dalam menjunjung bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan,” ujarnya.