Australia-Indonesia Menawarkan Beragam Program Kolaborasi Pendidikan
Kerja sama pendidikan Autralia-Indonesia berkembang dalam berbagai program. Pertukaran pemuda dan guru hingga hadirnya perguruan tinggi Australia di Indonesia menunjukkan peluang kerja sama pendidikan makin terbuka.
Oleh
ESTER LINCE NAPITUPULU
·6 menit baca
Kolaborasi dalam dunia pendidikan antara Australia-Indonesia telah berjalan dalam waktu lama. Kerja sama itu mencakup persekolahan, perguruan tinggi, pertukaran pemuda, perdamaian, inklusivitas, dan riset demi memupuk saling pengertian di antara masyarakat dan menjalin persahabatan antardua negara yang langgeng.
Tahun ini, misalnya, Program Pertukaran Pemuda Australia Indonesia atau Australia Indonesia Youth Exchange Program (AIYEP) memeringati 40 tahun kegiatannya. Program ini mendukung pertukaran sosial, profesional, dan budaya bagi pemuda di Indonesia dan Australia yang digagas Australia-Indonesia Institute, didukung Pemerintah Australia dan Kementerian Pemuda dan Olahraga Indonesia.
Duta Besar Australia untuk Indonesia, Penny Williams PSM Williams, Jumat (4/11/2022), mengatakan, AIYEP dan menginspirasi banyak peserta muda untuk belajar banyak hal tentang kedua negara kita. ”AIYEP memupuk rasa saling pengertian di antara masyarakat kita dan mengembangkan persahabatan,” tuturnya.
Program tahunan bagi pemuda berusai 21-25 tahun ini kini memiliki hampir 1.300 alumni di Australia dan Indonesia, yang sukses berkarier di kedua negara. Gubernur Jenderal Australia David Hurley AC DSC selaku Pembina AIYEP mengutarakan, program pertukaran pemuda Australia-Indonesia adalah salah satu program pendidikan dan pengembangan internasional yang hebat.
Pertukaran pemuda juga dilakukan untuk memperet komunitas Muslim di Indonesia dan Australia melalui Program Pertukaran Muslim Australia Indonesia (AIMEP). Tahun ini kegiatan sudah berjalan selama 20 tahun.
AIMEP adalah program Pemerintah Australia yang mendukung kunjungan pemimpin Muslim muda Indonesia ke Australia, untuk bertukar pengalaman dengan masyarakat Australia dan akademisi terkemuka, organisasi nonpemerintah, pemimpin agama, media dan perwakilan Pemerintah Australia.
Ada lebih dari 300 alumni AIMEP di Australia dan Indonesia mencakup warga Indonesia dan Australia terkemuka dengan keahlian di berbagai bidang. Forum Alumni AIMEP telah dibentuk alumni program ini demi menjaga hubungan antar peserta. AIMEP ialah program Australia-Indonesia Institute yang didanai Pemerintah Australia.
Rowan Gould, Direktur AIMEP, yang juga alumnus AIMEP, mengatakan, selama lebih dari 20 tahun AIMEP telah menyatukan pemimpin Muslim muda yang paling aktif dan berperan di Australia dan Indonesia untuk berkolaborasi, berbagi, dan belajar dari satu sama lain, serta membangun persahabatan dan hubungan yang langgeng.
Sekolah damai
Sementara di tingkat sekolah, ada program sekolah damai berkolaborasi dengan Wahid Foundation. Pada peresmian program itu di Solo pada 24 Oktober 2022, Wakil Duta Besar Australia untuk Indonesia Steve Scott menjelaskan Sekolah Damai untuk mendukung pengembangan kapasitas guru dan keikutsertaan pemuda dalam isu-isu perdamaian, toleransi, inklusi dan pencegahan kekerasan ekstremisme.
Inisiatif ini dilakukan di 60 sekolah menengah atas (SMA) di Pulau Jawa, termasuk delapan SMA di Jawa Tengah.
Selain itu, ada pula program Kemitraan Sekolah BRIDGE (Building Relationships through Intercultural Dialogue and Growing Engagement) Australia-Indonesia. Pada tahun ini, sebanyak 40 guru dari 29 lembaga pendidikan di 13 provinsi di Indonesia diberangkatkan ke Australia untuk mengikuti pelatihan menjadi guru BRIDGE.
Program Kemitraan Sekolah BRIDGE Australia-Indonesia merupakan program kemitraan sekolah yang didanai Pemerintah Australia melalui Departemen Luar Negeri dan Perdagangan (DFAT) dan dijalankan Asia Education Foundation.
Program ini bertujuan untuk menjalin kemitraan kolaboratif berkelanjutan antara sekolah-sekolah Indonesia dengan Australia. Program ini sekaligus untuk menyediakan akses pada pengetahuan dan keterampilan pendidikan baru bagi para pendidik Indonesia dan Australia.
Sementara para guru di Indonesia mengikuti program Kemitraan Sekolah BRIDGE Australia-Indonesia. Program ini didanai Pemerintah Australia melalui Departemen Luar Negeri dan Perdagangan (DFAT) dan dijalankan oleh Asia Education Foundation.
Setibanya di Sydney, Australia, para guru akan melanjutkan perjalanan ke mitra sekolah Australia mereka masing-masing di tujuh negara bagian dan wilayah. Mereka akan menghabiskan waktu bersama guru mitra mereka dan tinggal di rumah warga Australia melalui komponen homestay dari program ini.
”Saya berharap para guru dapat terhubung dan belajar bersama, seperti tujuan BRIDGE dan membangun persahabatan antara dua sekolah, dua negara kita, Australia dan Indonesia. Saya percaya guru dan siswa kita akan saling menghormati antara satu sama lain dan membangun pemahaman bersama tentang budaya kita masing-masing,” kata Nurwahidah, guru SMA Negeri 1 Atambua, Nusa Tenggara Timur.
Saya percaya guru dan siswa kita akan saling menghormati antara satu sama lain dan membangun pemahaman bersama tentang budaya kita masing-masing.
Sejak tahun 2008, program Kemitraan Sekolah BRIDGE Australia-Indonesia telah menjalin 210 kemitraan (195 sekolah di 18 provinsi di Indonesia dan 195 sekolah di seluruh negara bagian dan wilayah di Australia) yang melibatkan lebih dari 840 guru.
Pendidikan tinggi
Sementara di jenjang pendidikan tinggi, kolaborasi perguruan tinggi Indonesia-Australia juga berjalan dalam berbagai aspek, termasuk riset. Bahkan, kini Monash University hadir sebagai perguruan tinggi asing di Indonesia.
President of Monash University, Indonesia Andrew MacIntyre dan President & Vice-Chancellor Monash University, Margaret Gardner baru-baru ini menggelar pertemuan resmi dengan Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Republik Indonesia Nadiem Anwar Makarim. Dalam pertemuan ini, pihak Monash University ingin mempererat hubungan baik yang sudah terjalin dengan Kemendikbudristek.
Nadiem mengapresiasi bahwa dalam kurun waktu satu tahun ini Monash University Indonesia dapat membuka kesempatan bagi banyak warga Indonesia untuk mendapatkan pendidikan bertaraf internasional.
”Kami mendukung upaya Monash University Indonesia untuk terus menjadi platform yang membentuk masa depan pendidikan di Indonesia, di mana jejaring dibentuk, riset dan ide dikembangkan, dan calon-calon pemimpin baru dipersiapkan. Kami juga mendorong agar kolaborasi dengan sesama perguruan tinggi, pelaku industri, dan organisasi masyarakat sipil berlanjut,” kata Nadiem.
Selain telah terdaftar sebagai kampus yang dapat menerima mahasiswa dari Lembaga Pengelola Dana Pendidikan, Monash University Indonesia juga telah berhasil menjalin kemitraan dengan Traveloka melalui program Mitra 5.0 untuk meningkatkan kapasitas tenaga akademik dalam mempersiapkan lulusan yang siap berkarir di industri teknologi.
Ada pula kerja sama dengan institusi akademik dalam negeri seperti Universitas Sultan Ageng Tirtayasa pada bidang riset dan aktivitas akademik, serta pelatihan inovasi bisnis. Seluruhnya bertujuan untuk mendukung pembangunan sosial, teknologi, dan ekonomi di Indonesia.
”Sebagai bagian dari komunitas akademik di Indonesia, kami ingin membantu Pemerintah Indonesia untuk menjawab kebutuhan, tidak hanya di dunia pendidikan, namun lebih dari itu, termasuk untuk mendukung pembangunan Indonesia yang inklusif dan berkelanjutan,” kata Andrew.
”Selain itu, kami juga ingin Indonesia membantu mewujudkan semangat kolaborasi yang diusung Kemendikbudristek dengan menjalin berbagai bentuk kemitraan yang memiliki misi untuk memajukan kualitas riset dan sumber daya manusia di Indonesia,” tuturnya.
Adapun terkait riset dan inovasi, salah satunya untuk memuculkan inovasi baru mulai dari solusi pertanian bebas-plastik, hingga teknologi yang mengubah mata pencarian pemulung di Indonesia.
Inovasi-inovasi ini merupakan hasil karya dari Plastic Innovation Hub Indonesia, sebuah kemitraan antara badan sains nasional Australia, CSIRO, Departemen Luar Negeri dan Perdagangan Australia (DFAT) dan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi Indonesia (Kedaireka) serta Kemitraan Aksi Plastik Nasional Indonesia (NPAP).