MJO Mulai Aktif Kembali, Intensitas Hujan Meningkat
Osilasi gelombang submusiman Madden Jullian Oscillation atau MJO mulai aktif kembali di wilayah Indonesia bagian barat dan bergerak ke timur. Hal ini menambah intensitas hujan di sebagian wilayah Indonesia.
Oleh
AHMAD ARIF
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Osilasi gelombang submusiman Madden Jullian Oscillation atau MJO mulai aktif kembali di wilayah Indonesia bagian barat dan bergerak ke timur. Hal ini menambah intensitas hujan di sebagian wilayah Indonesia sepekan mendatang.
Peringatan dini cuaca akibat aktifnya kembali pergerakan MJO ini disampaikan Deputi Bidang Meteorologi Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika Guswanto pada Sabtu (28/1/2023). Selain MJO dan Monsun Asia yang masih cukup aktif, saat ini juga terdapat aliran lintas ekuator dan perlambatan angin serta belokan angin di sekitar wilayah Indonesia.
Menurut Guswanto, BMKG juga mendeteksi kemunculan bibit siklon tropis 94S di Samudra Hindia sebelah barat daya Lampung dengan kecepatan angin maksimum 37 kilometer per jam dan tekanan udara minimum 1005.0 milibar (mb). Bibit siklon tropis 90B juga teramati di Samudra Hindia sebelah barat Aceh dengan kecepatan angin maksimum 37 km/jam dan tekanan udara minimum 1006.0 mb.
”Kondisi tersebut dapat berkontribusi meningkatkan pertumbuhan awan hujan dan potensi cuaca signifikan dalam sepekan ke depan,” katanya.
Berdasarkan prakiraan berbasis dampak, menurut Guswanto, wilayah dengan potensi siaga potensi dampak hujan lebat periode 28-30 Januari 2023 di antaranya Aceh, Sumatera Barat, Bengkulu, Kepulauan Riau, Jawa Tengah, Yogyakarta, Jawa Timur, Kalimantan Selatan, dan Sulawesi Utara.
Guswanto mengatakan, potensi gelombang tinggi juga berpotensi terjadi di wilayah perairan Indonesia pada 28 Januari hingga 1 Februari 2023. Sementara tinggi gelombang 4-6 meter berpotensi terjadi di perairan utara Kepulauan Anambas hingga Kepulauan Natuna dan Samudra Hindia barat Aceh. Tinggi gelombang lebih dari 6 meter berpotensi terjadi di Laut Natuna Utara.
Pelaksana Tugas Kepala Pusat Data, Informasi, dan Komunikasi Kebencanaan Badan Nasional Penanggulangan Bencana Abdul Muhari mengatakan, banjir yang melanda Kota Manado, Sulawesi Utara, pada Jumat (27/1/2023) telah merendam lebih kurang 400 rumah di 34 desa/kelurahan dan 9 kecamatan. Banjir dengan tinggi muka air yang berkisar 80-300 sentimeter itu telah berdampak pada 3.013 keluarga atau 9.382 jiwa dan merenggut satu korban jiwa.
Sementara itu, tanah longsor telah berdampak pada 63 keluarga dan terbagi di beberapa titik di 22 desa/kelurahan dan 7 kecamatan. Bencana tersebut juga menelan empat korban jiwa, satu luka berat, dan dua lainnya luka ringan. Rumah rusak ada sebanyak 53 unit, termasuk satu tempat ibadah.
Wilayah dengan potensi siaga potensi dampak hujan lebat periode 28-30 Januari 2023 di antaranya Aceh, Sumatera Barat, Bengkulu, Kepulauan Riau, Jawa Tengah, Yogyakarta, Jawa Timur, Kalimantan Selatan, dan Sulawesi Utara.
Di samping itu, banjir dan longsor juga memaksa 1.021 jiwa mengungsi di beberapa titik. Adapun pengungsian terjadi di Kecamatan Tikala sebanyak 209 jiwa, Kecamatan Paal 2 ada 261 jiwa, Kecamatan Tuminting ada 50 jiwa, Kecamatan Singkil sebanyak 460 jiwa, dan Kecamatan Wanang ada 41 jiwa.
Sebagai upaya percepatan penanganan darurat bencana banjir dan longsor, Pemerintah Kota Manado telah menetapkan status keadaan darurat dengan nomor 27/KEP/B.06/BPBD/2023 tertanggal 27 Januari 2023. Dalam surat keputusan yang ditandatangani oleh Wali Kota Manado Andrei Angouw itu telah ditetapkan periode status keadaan darurat sejak 27 Januari 2023 hingga 2 Februari 2023.