Tetap Waspada terhadap Covid-19, Varian Arcturus Jadi Perhatian Global
Varian baru virus penyebab Covid-19, SBB.1.16 atau yang disebut varian Arcturus, telah menjadi perhatian global. Masyarakat diminta tetap waspada.
Oleh
DEONISIA ARLINTA
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO menyatakan varian baru penyebab Covid-19, XBB.1.16 atau yang disebut Arcturus, patut menjadi perhatian bersama. Varian baru tersebut berpotensi menular lebih cepat.
Pimpinan Teknis Covid-19 dalam Program Kedaruratan Kesehatan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Maria Van Kerkhove mengatakan, penularan Covid-19 masih menjadi persoalan di tingkat global. Kematian global yang tercatat masih 5.000-10.000 kematian per minggu.
”Kita harus tetap waspada. Di satu sisi kita sudah berada dalam situasi yang jauh lebih baik. Namun, di sisi lain, kita tidak dapat memprediksi dengan pasti bagaimana pandemi ini akan terungkap, kecuali bahwa virus ini tetap ada di sini saat ini,” katanya dalam konferensi pers daring di laman WHO, Rabu (29/3/2023).
Ia mengungkapkan, WHO saat ini sedang memantau varian baru SARS-CoV-2, XBB.1.16 atau yang disebut Arcturus. Penelitian di laboratorium menunjukkan adanya peningkatkan patogenitas sehingga berisiko menular lebih cepat.
Hingga minggu lalu, baru ada 800 sekuensing dari varian XBB.1.16 yang telah dianalisis. Sebagian besar dari sekuensing tersebut berasal dari India. Varian baru ini pula yang saat ini dominan ditemukan di India dan menyebabkan peningkatan jumlah kasus di negara tersebut.
”Varian ini tengah kita pantau dan perlu kita awasi. Kita perlu fokus dalam vaksinasi, terutama pada mereka yang paling berisiko,” ucap Maria.
Kita harus tetap waspada. Di satu sisi kita sudah berada dalam situasi yang jauh lebih baik. Namun, di sisi lain kita tidak dapat memprediksi dengan pasti bagaimana pandemi ini akan terungkap.
Di Indonesia, menurut Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik Kementerian Kesehatan Siti Nadia Tarmizi, di Jakarta, Selasa (4/4/2023), menuturkan, varian Arcturus belum ditemukan. Meski begitu, kewaspadaan tetap ditingkatkan untuk mencegah masuknya varian tersebut di masyarakat.
Ia menyampaikan, penguatan surveilans terus dilakukan, terutama di pintu masuk negara, baik di pintu masuk bandara maupun pelabuhan laut. Selain itu, penapisan terhadap pelaku perjalanan juga dilakukan, terutama kepada pelaku perjalanan yang menunjukkan gejala, seperti demam.
”Surveilans wilayah di setiap daerah dilakukan dengan melaporkan adanya peningkatan kasus influenza. Monitoring surveilans genomik juga terus dilakukan,” ujarnya.
Meski sudah terkendali, kasus Covid-19 di Indonesia masih ditemukan. Per 3 April 2023 dilaporkan masih ada 329 kasus terkonfirmasi baru Covid-19 yang dilaporkan dengan tiga kematian. Upaya perlindungan menggunakan vaksinasi terus digencarkan, khususnya bagi kelompok rentan seperti warga lansia dan orang dengan penyakit penyerta (komorbid).
Sebelumnya, Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengatakan, masyarakat diharapkan segera melengkapi vaksinasi hingga vaksinasi dosis penguat kedua. Pelaksanaan vaksinasi dosis penguat kedua masih dilayani di fasilitas kesehatan. Masyarakat bisa mendapatkannya secara gratis.
Akses pada vaksinasi Covid-19 menurut rencana akan menjadi berbayar apabila status pandemi telah berubah menjadi endemi. ”Jika status pandemi berubah menjadi endemi, vaksinasi tidak lagi menjadi kewajiban. Jadi, masyarakat yang inginkan vaksinasi bisa melakukan vaksinasi di fasilitas kesehatan yang versi berbayar. Untuk masyarakat yang masuk PBI (penerima bantuan iuran), masih akan ditanggung pemerintah,” tutur Budi.