Peneliti di Australia menunjukkan ”long weekend” baik untuk kesehatan tubuh. Hal ini berkaitan dengan wacana empat hari kerja dalam sepekan yang sedang menjadi topik hangat beberapa waktu terakhir.
Oleh
SEKAR GANDHAWANGI
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Liburan panjang akhir pekan atau long weekend diasosiasikan dengan kondisi kesehatan yang baik, seperti durasi tidur yang lebih panjang dan fisik yang lebih aktif dibandingkan dengan hari biasa. Temuan penelitian University of South Australia ini menambah perspektif atas wacana empat hari kerja yang sedang dibicarakan kalangan bisnis global.
Penelitian tersebut menggunakan data dari Annual Rhytms in Adult’s Lifestyle and Health (ARIA), yakni data yang mencatat ritme tubuh selama 24 jam, antara lain dari segi aktivitas fisik dan pola makan. Data ini merangkum ritme tubuh 308 orang dewasa dengan nilai tengah usia (mean) 40,4 tahun. Data dikumpulkan dari gawai pencatat kebugaran (fitness tracker) yang mereka gunakan selama 24 jam. Pengumpulan data berlangsung selama 13 bulan.
Semakin lama waktu liburnya, semakin baik manfaat kesehatannya.
Para peneliti kemudian mengamati gerakan tubuh responden sebelum, saat, dan setelah liburan. Dalam 13 bulan, para responden umumnya mengambil 2-3 kali liburan dengan durasi masing-masing sekitar 12 hari.
Jenis liburan yang mereka jalani termasuk rekreasi di luar ruangan (35 persen), acara keluarga atau sosial (31 persen), istirahat dan relaksasi (17 persen), serta liburan nonrekreasi seperti renovasi rumah (17 persen). Hasil penelitian adalah para responden menunjukkan perilaku sehat saat libur, bahkan ketika durasi libur hanya tiga hari.
”Ketika orang-orang berlibur, mereka menganti tanggung jawab sehari-hari karena mereka tidak terikat pada jadwal normal mereka,” kata peneliti University of South Australia, Ty Ferguson, seperti dikutip dari laman University of South Australia, Sabtu (15/4/2023).
Peneliti menemukan bahwa para responden tidur 21 menit atau lebih per hari lebih lama saat libur. Liburan juga membuat responden menghabiskan waktu untuk berdiam diri (sedentary time) 5 persen lebih sedikit dibandingkan dengan hari biasa. Angka itu setara 29 menit per hari atau lebih.
Responden pun terlibat dalam kegiatan fisik dengan intensitas sedang hingga kuat 13 persen lebih saat libur atau setara 5 menit per hari. Kegiatan berintensitas sedang adalah menari, mengepel lantai, dan bermain bulu tangkis secara santai, sementara contoh kegiatan dengan intensitas tinggi adalah berlari, bermain sepak bola, dan mendaki.
Ferguson mengatakan, tambahan waktu tidur selama 21 menit berdampak baik untuk kesehatan fisik dan mental. Tidur cukup pun memengaruhi kemampuan kognitif dan suasana hati.
Sebaliknya, kurang tidur dapat menyebabkan orang sulit konsentrasi, mudah lupa, mudah marah, dan stres. Dalam jangka panjang, kurang tidur meningkatkan risiko berbagai penyakit kronis, seperti penyakit kardiovaskuler, diabetes, dan obesitas.
”Menariknya, besarnya perubahan akan meningkat seiring dengan panjangnya liburan. Jadi, semakin lama waktu liburnya, semakin baik manfaat kesehatannya,” ucap Ferguson.
Kerja empat hari
Penelitian ini memberi perspektif lain terhadap wacana kerja empat hari seminggu yang belakangan dibicarakan di berbagai negara. Menurut penelitian ilmuwan University of Cambridge, Inggris, yang bekerja sama dengan akademisi Boston College, Amerika Serikat; kerja empat hari dalam seminggu mengurangi stres dan mempertahankan produktivitas pekerja.
”Penelitian ini memberi bukti empiris bahwa orang-orang memiliki pola hidup sehat ketika ada istirahat singkat, seperti libur tiga hari di akhir pekan. Peningkatan aktivitas fisik dan waktu tidur diharapkan berdampak positif untuk fisik dan mental,”kata peneliti senior University of South Australia, Carol Maher.