Ketersediaan vaksin Covid-19 jenis Pfizer di Indonesia kian terbatas. Hal ini patut menjadi perhatian karena masyarakat yang mendapatkan vaksin dosis ketiga Pfizer hanya bisa jenis vaksin yang sama untuk dosis keempat.
Oleh
DEONISIA ARLINTA
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Jumlah vaksin Covid-19 mulai terbatas, terutama vaksin Covid-19 jenis Pfizer. Hal ini perlu menjadi perhatian pemerintah di tengah kasus baru positif Covid-19 yang meningkat serta risiko penularan yang semakin besar akibat mobilitas tinggi saat mudik lebaran.
Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik Kementerian Kesehatan Siti Nadia Tarmizi dihubungi di Jakarta, Sabtu (15/4/2023), mengatakan, stok vaksin Covid-19 saat ini setidaknya masih tersedia 5,6 juta dosis. Itu terdiri dari 130.760 dosis vaksin jenis Janssen, 6.818 dosis jenis Sinopharm, 152.142 dosis Zifivax, 1,2 juta dosis Inavac, dan 4,1 juta dosis Indovac. Sementara untuk vaksin jenis Pfizer sebanyak 286.794 dosis.
”Saat ini sebagian besar vaksin yang ada adalah Indovac dan Inavac. Kebijakan saat ini tidak lagi mengadakan (vaksin) Pfizer tetapi mengutamakan vaksin produksi dalam negeri,” tuturnya.
Kebijakan tersebut perlu menjadi perhatian pemerintah sebab saat ini tidak sedikit masyarakat yang mendapatkan vaksinasi dosis penguat pertama berjenis Pfizer. Dalam Surat Edaran Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan Nomor 380 Tahun 2023 tentang Vaksinasi Covid-19 Dosis Booster ke-2 bagi Kelompok Masyarakat Umum disebutkan, masyarakat yang mendapatkan vaksinasi booster (dosis penguat) pertama dengan jenis Pfizer hanya bisa menerima vaksin dosis penguat kedua dengan jenis Pfizer, Moderna, dan AstraZeneca.
Merujuk pada data ketersediaan vaksin yang ada saat ini, masyarakat yang mendapatkan dosis penguat pertama Pfizer kini hanya bisa memilih vaksin jenis Pfizer untuk dosis penguat kedua. Itu disebabkan karena vaksin jenis Moderna dan AstraZeneca tidak lagi tersedia.
Saat ini sebagian besar vaksin yang ada adalah Indovac dan Inavac. Kebijakan saat ini tidak lagi mengadakan (vaksin) Pfizer tetapi mengutamakan vaksin produksi dalam negeri.
Dihubungi terpisah, Kepala Seksi Surveilans, Epidemiologi, dan Imunisasi Dinas Kesehatan DKI Jakarta Ngabila Salama menuturkan, jumlah vaksin jenis Pfizer juga mulai terbatas di DKI Jakarta. Saat ini, stok vaksin jenis Pfizer yang tersedia hanya tersisa 5.172 dosis. Keterbatasan jumlah vaksin tersebut sebaiknya disikapi masyarakat dengan semakin meningkatkan upaya pencegahan dan lebih disiplin dalam protokol kesehatan.
Meski demikian ia berharap agar pemerintah pusat melalui Kementerian Kesehatan dapat memberikan solusi atas persoalan tersebut. Penguatan regulasi pun diperlukan. Selain itu, pengujian terkait penggunaan vaksin dalam negeri untuk dosis penguat kedua juga perlu dilakukan.
”Kami menyarankan Kementerian Kesehatan terkait vaksinasi ada solusi untuk booster pada usia 18 tahun ke atas, baik dosis ketiga maupun keempat, dengan menggunakan merek vaksin yang tersedia dari buatan dalam negeri, yaitu Indovac dan Inavac. Semoga dua merek vaksin dalam negeri ini dapat diberikan untuk regimen dosis primer sebelumnya,” kata Ngabila.
Kepastian terkait ketersediaan vaksin tersebut amat penting untuk melindungi masyarakat dari penularan Covid-19, terutama pada masyarakat rentan, seperti lansia, dan masyarakat dengan penyakit penyerta. Perlindungan dari vaksinasi diperlukan untuk mencegah perburukan, baik risiko rawat inap maupun kematian, akibat penularan Covid-19.
Varian Arcturus
Kasus Covid-19 di Indonesia dilaporkan terus meningkat. Satuan Tugas Penanganan Covid-19 per 14 April 2023 melaporkan 1.017 kasus baru Covid-19 terkonfirmasi di Indonesia. Peningkatan tersebut diduga terkait varian baru Omicron XB.1.16 atau varian Arcturus yang sudah terdeteksi di Indonesia. Dua kasus varian Arcturus sudah dilaporkan di DKI Jakarta.
Ngabila mengatakan, kasus dengan varian tersebut menunjukkan gejala, antara lain, batuk, pilek, sakit tenggorokan, hidung tersumbat, kesulitan mencium bau, demam, mual, dan muntah. Untuk itu, masyarakat diharapkan segera memeriksakan diri apabila mengalami gejala tersebut.
”Dari data di India, varian Arcturus memiliki gejala baru yang berbeda dari varian lainnya, yaitu mata merah dan peningkatan kotoran mata. Kedua pasien Arcturus di Jakarta tidak mengalami mata merah. Namun, ada beberapa pasien Covid-19 yang dirawat mengalami gejala mata merah. Proses pemeriksaan genome sequencing masih dilakukan,” ujarnya.