Kasus Meningkat, Masyarakat Dipersilakan Tes Covid-19 secara Mandiri
Deteksi dini Covid-19 perlu dilakukan untuk mencegah penularan yang semakin meluas. Pemerintah mengimbau masyarakat melakukan tes antigen mandiri sebagai upaya deteksi dini.
Oleh
DEONISIA ARLINTA
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Kasus penularan Covid-19 mulai meningkat setelah subvarian baru XB.1.16 atau subvarian Arcturus ditemukan di Indonesia. Setidaknya tujuh kasus dengan subvarian tersebut sudah dilaporkan. Masyarakat pun diminta untuk waspada dan melakukan deteksi dini dengan melakukan tes antigen secara mandiri ketika timbul gejala.
Juru Bicara Kementerian Kesehatan M Syahril di Jakarta, Senin (17/4/2023), mengatakan, gejala yang timbul dari pasien yang tertular subvarian Arcturus hampir sama dengan gejala akibat subvarian sebelumnya, seperti demam, batuk, sakit tenggorokan, dan sulit menelan. Namun, pada sejumlah kasus ditemukan gejala lain seperti mata merah dan muncul kotoran mata.
”Jika mengalami gejala atau melakukan kontak erat dengan orang memang sedang sakit Covid-19 disarankan untuk melakukan pemeriksaan. Itu bisa dilakukan dengan pemeriksaan mandiri. Upaya ini sebagai langkah deteksi dini,” katanya.
Syahril menuturkan, pemerintah telah menyarankan masyarakat untuk melakukan pemeriksaan Covid-19 secara mandiri melalui tes usap cepat, yakni dengan tes antigen. Langkah ini dilakukan agar status penularan bisa segera diketahui sekaligus mencegah terjadinya penularan yang semakin meluas.
Jika mengalami gejala atau melakukan kontak erat dengan orang memang sedang sakit Covid-19 disarankan untuk melakukan pemeriksaan. Itu bisa dilakukan dengan pemeriksaan mandiri. Upaya ini sebagai langkah deteksi dini.
Kepala Tim Kerja Produk IPD Impor Direktorat Kefarmasian dan Alat Kesehatan Kementerian Kesehatan Edi Setiawan mengatakan, masyarakat diharapkan secara aktif bisa melaporkan hasil pemeriksaan yang dilakukan melalui tes antigen mandiri, terutama jika dari pemeriksaan menunjukkan hasil positif. Hal tersebut dinilai penting agar penanganan lebih lanjut bisa dilakukan sehingga penularan tidak semakin meluas.
Alat tes cepat antigen dapat dibeli melalui toko alat kesehatan, apotek, ataupun tempat lain yang memiliki izin distribusi alat kesehatan. Pembelian alat di tempat yang resmi perlu diperhatikan agar standar dan kualitas dari alat yang dijual dapat terjamin.
Selain itu, produk yang dibeli juga harus memiliki izin edar dari Kementerian Kesehatan. Nomor izin edar dengan kode AKD untuk produk dalam negeri dan kode AKL untuk produk impor.
”Tes cepat antigen mandiri yang digunakan hanya disarankan dengan metode nasal yang hanya dengan memasukkan alat ke hidung. Dengan alat ini tidak perlu sampai masuk ke nasofaring. Pemeriksaan yang harus memasukkan alat sampai ke nasofaring hanya boleh dilakukan oleh tenaga medis yang kompeten,” kata Edi.
Ia menuturkan, apabila dari hasil pemeriksaan tes antigen mandiri menunjukkan hasil positif, masyarakat diharapkan segera melaporkannya melalui aplikasi Satu Sehat. Pelaporan bisa dilakukan melalui kode bar yang tersedia.
Setelah itu, masyarakat bisa melakukan konsultasi melalui fitur telemedicine yang tersedia di aplikasi Satu Sehat. Tenaga medis yang tersambung pada aplikasi tersebut kemudian akan memberikan saran ataupun rekomendasi untuk perawatan lanjutan yang harus dilakukan.
”Biasanya jika gejala yang dialami hanya ringan, tenaga medis hanya akan memberikan resep vitamin atau obat ringan. Namun, jika memang dengan gejala berat akan disarankan untuk melakukan tes PCR (polymerase chain reaction) lanjutan. Semua itu masih ditanggung pemerintah,” tuturnya.
Varian Arcturus
Meskipun situasi penularan Covid-19 di Indonesia masih terkendali, laporan harian menunjukkan adanya kenaikan jumlah kasus baru. Satuan Tugas Penanganan Covid-19 per 16 April 2023 melaporkan adanya 904 kasus baru Covid-19.
Syahril mengatakan, evaluasi dan penilaian masih dilakukan untuk mengetahui sebab dari kenaikan kasus baru yang terjadi di Indonesia. Menurut dia, adanya subvarian baru yang sudah dilaporkan dapat menjadi salah satu penyebabnya.
Saat ini, setidaknya sudah ada tujuh kasus dengan subvarian Arcturus yang ditemukan di Indonesia. Dua kasus dilaporkan di Surabaya, Jawa Timur, dan lima kasus lainnya dilaporkan di DKI Jakarta. Sebanyak dua kasus di DKI Jakarta yang paling awal ditemukan kini sudah dinyatakan sembuh, sementara kasus lainnya masih dirawat dengan gejala ringan.
”Jadi, memang seperti yang diketahui bahwa pandemi masih terjadi dan penularan masih ada. Kenaikan kasus pun masih dilaporkan di beberapa negara, seperti India, Brunei Darussalam, Singapura, Malaysia, Thailand, dan Australia. Semua kenaikan di negara tersebut karena subvarian baru,” tutur Syahril.
Untuk itu, ia mengatakan, masyarakat diminta tetap waspada, terutama ketika melakukan mudik Lebaran. Penggunaan masker tetap disarankan sebagai upaya pencegahan, khususnya pada orang yang sedang sakit ataupun sedang berada di kerumunan. Vaksinasi pun sebaiknya segera dilengkapi untuk meningkatkan perlindungan dari penularan. Dengan vaksinasi, risiko penularan bisa dicegah serta risiko rawat inap dan kematian bisa dihindari.
”Pemerintah juga telah menyiapkan obat untuk penanganan Covid-19 Paxlovid yang didapatkan melalui hibah dari Pemerintah Amerika Serikat dan Pemerintah Australia. Obat ini dapat menekan tingkat keparahan pada pasien Covid-19,” kata Syahril.