Peneliti Dituntut Menjawab Persoalan di Masyarakat
Masih banyak program peneliti yang belum mampu menjawab berbagai persoalan masyarakat di Indonesia. Di antaranya problem mendasar seperti tengkes dan kemiskinan ekstrem.
Oleh
Atiek Ishlahiyah Al Hamasy
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Hasil riset para peneliti diharap mampu memberi solusi atas berbagai persoalan bangsa, terutama masyarakat kecil. Pembangunan ekosistem yang mendukung talenta muda berkualitas dan berempati perlu dibangun untuk mencapai hal itu.
Dewan Pengarah Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Tri Mumpuni Wiyatno mengatakan, saat ini sudah lebih dari 30.000 orang Indonesia yang menerima beasiswa dari Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP). Namun, yang masih menjadi pertanyaan adalah seberapa besar kontribusi mereka untuk negara, khususnya dalam hal riset atau penelitian.
Menurut Tri Mumpuni, riset yang hebat ialah mampu menjawab permasalahan masyarakat dan dapat memberi dampak signifikan untuk menyejahterakan masyarakat. Di Indonesia ada banyak peneliti pintar, tetapi di dalam program-program risetnya belum banyak menjawab berbagai tantangan masyarakat. Di antaranya, problem mendasar seperti stunting atau tengkes dan kemiskinan ekstrem.
”Sebagus apa pun riset yang dilakukan, harus mampu menjawab kebutuhan rakyat kecil. Peneliti perlu menyeimbangkan kapasitas logika dan empatinya, tidak hanya meneliti untuk keperluan pribadi,” kata Tri Mumpuni dalam acara Peluncuran Lima Program Apresiasi Talenta Riset dan Inovasi 2023 di Auditorium Gedung BJ Habibie, Jakarta, Senin (19/6/2023).
Tri Mumpuni berharap, dalam 5-10 tahun ke depan, BRIN dan para peneliti mampu mengatasi berbagai persoalan bangsa. Untuk itu, ekosistem yang dibangun untuk mendukung perkembangan talenta muda harus diseriusi. Keseimbangan kapasitas logika dan empati juga harus diberikan saat pembekalan.
Pelaksana Tugas Deputi Bidang Sumber Daya Manusia Ilmu Pengetahuan dan Teknologi BRIN Edy Giri Rachman Putra mengatakan, untuk menjadikan Indonesia lebih maju, diperlukan sumber daya manusia (SDM) berkualitas yang dididik mulai dari sekarang. Dalam jangka pendek, BRIN memberikan kesempatan luas kepada masyarakat untuk mengikuti berbagai program yang ditawarkan. Hal ini untuk meningkatkan kualifikasi periset dan meningkatkan ekosistem riset serta inovasi nasional.
Sebagus apa pun riset yang dilakukan, harus mampu menjawab kebutuhan rakyat kecil. Peneliti perlu menyeimbangkan kapasitas logika dan empatinya, tidak hanya meneliti untuk keperluan pribadi saja.
Skema yang ditawarkan, antara lain, meliputi kerja sama dengan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi dalam menjalankan panduan, identifikasi, serta pembinaan talenta riset dan inovasi muda melalui berbagai kegiatan kompetisi ilmiah. Hal tersebut dinilai dapat menumbuhkan minat riset pada kalangan talenta muda, bahkan sejak pendidikan dasar hingga perguruan tinggi.
”Untuk kalangan perguruan tinggi dan mahasiswa, program pendampingan riset dilakukan melalui skema magang riset dan magang tugas akhir bersama kelompok riset BRIN pada dua semester akhir mereka. Kami perlu bekerja sama dan bertemu dengan banyak kampus karena akan ada banyak SDM yang berbakat di sana,” tutur Edy.
Selanjutnya, untuk jangka menengah, target BRIN ialah mendapatkan talenta-talenta di bidang riset dan inovasi yang unggul di tingkat nasional. Oleh sebab itu, perlunya memulai menguatkan jejaring atau kolaborasi secara internasional dari sekarang.
Edy melanjutkan, target jangka panjangnya, BRIN mendapatkan talenta-talenta yang unggul di bidang riset dan inovasi yang mampu bersaing secara nasional. Tujuannya untuk mendapatkan penghargaan internasional bergengsi di bidang riset dan inovasi, seperti penghargaan Nobel atau lainnya.
Sementara itu, Kepala BRIN Laksana Tri Handoko menyampaikan, pemerintah juga berkomitmen untuk menyusun arah kebijakan dan strategi yang mencakup perluasan talent pool riset dan inovasi, perbaikan ekosistem, dan akuisisi. Pemerintah juga akan fokus pada pembinaan talenta yang terintegrasi dan berkesinambungan.
Melalui apresiasi
Di kesempatan yang sama, dalam memperkuat ekosistem riset dan inovasi, BRIN melalui Bidang Sumber Daya Manusia Iptek (SDMI) menggandeng Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) Kementerian Keuangan Republik Indonesia dalam meluncurkan program apresiasi kepada talenta peneliti. Penyelenggaraan acara itu berlandaskan Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2021 yang mengatur Gugus Tugas Manajemen Talenta Nasional (MTN).
”Apresiasi talenta riset dan inovasi akan menjadi ujung dari rangkaian sembilan skema untuk proses penemuan talenta baru,” ujar Handoko.
Handoko menyampaikan, melalui program manajemen talenta nasional (MTN), pemerintah menargetkan peningkatan rasio SDM per 1 juta penduduk yang mendapatkan pengakuan dari dunia internasional di bidang riset dan inovasi. Selain itu, juga memunculkan talenta-talenta bangsa yang dapat mengangkat kebanggaan nasional.
Staf Ahli Bidang Manajemen Talenta Nasional Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Tatang Muttaqin mengatakan, untuk mewujudkan inovasi riset, diperlukan kerja sama dengan kementerian lain dan harus memiliki target yang dapat diproyeksikan. Selain itu, riset kolaboratif dengan berbagai pihak, bahkan pihak luar negeri juga diperlukan.
Direktur Utama LPDP Andin Hadiyanto menambahkan, apresiasi talenta riset dan inovasi diberikan berdasarkan akumulasi jejak riset dan inovasi selama tahun 2023. Setidaknya, ada lima penghargaan yang masuk dalam Program Apresiasi Talenta Riset dan Inovasi.
Lima penghargaan tersebut ialah Habibie Prize, Indonesia Innovator Award, Sarwono Award dan Sarwono Prawirohardjo Memorial Lecture, Nurtanio Award dan Nurtanio Pringgoadisuryo Memorial Lecture, serta Siwabessy Award dan G.A Siwabessy Memorial Lecture.
”Tujuannya, sebagai bentuk apresiasi para ilmuwan, pakar, atau praktisi yang telah memberikan sumbangan nyata dan bermanfaat bagi kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi,” kata Andin.