Organisasi Kesehatan Dunia tengah memantau penularan virus flu burung H5N1 secara meluas pada kucing di Polandia.
Oleh
AHMAD ARIF
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Organisasi Kesehatan Dunia tengah memantau penularan virus flu burung H5N1 pada kucing di Polandia. Infeksi sporadis H5N1 sebelumnya telah dilaporkan, tetapi kejadian kali ini merupakan laporan pertama dari sejumlah besar kucing yang terinfeksi di wilayah geografis yang luas di suatu negara.
Dalam keterangan yang dikeluarkan WHO pada Senin (17/7/2023), Focal Point Nasional International Health Regulations (IHR) Polandia disebut telah melaporkan kematian yang tidak biasa pada kucing di seluruh negeri itu. Per 11 Juli 2023, sebanyak 47 sampel telah diuji dari 46 kucing dan 1 kucing caracal penangkaran, 29 di antaranya ditemukan positif influenza A (H5N1).
Beberapa kucing ini sebelumnya mengalami gejala yang parah, termasuk kesulitan bernapas, diare berdarah, serta tanda-tanda neurologis dengan kerusakan yang cepat dan kematian dalam beberapa kasus. Secara total, 20 kucing memiliki tanda-tanda neurologis, 19 memiliki tanda-tanda kesulitan bernapas, serta 17 memiliki tanda-tanda neurologis dan pernapasan.
Sebanyak 14 kucing dilaporkan telah disuntik mati dan 11 lainnya mati. Pemeriksaan post-mortem pada sejumlah kecil kucing menunjukkan pneumonia. Menurut informasi yang tersedia, kematian kucing terakhir yang diketahui dilaporkan pada 30 Juni.
Analisis genom 19 virus yang diurutkan dari wabah ini menunjukkan, mereka semua termasuk dalam clade H5 2.3.4.4b dan sangat terkait satu sama lain. Juga, virus tersebut mirip dengan virus influenza A (H5N1) clade 2.3.4.4b yang telah beredar pada burung liar dan menyebabkan wabah pada unggas baru-baru ini di Polandia.
Namun, sumber paparan kucing terhadap virus saat ini tidak diketahui dan penyelidikan epizootik sedang berlangsung.
Infeksi sporadis pada kucing dengan H5N1 sebelumnya telah dilaporkan, tetapi kejadian kali ini merupakan laporan pertama dari sejumlah besar kucing yang terinfeksi di wilayah geografis yang luas di suatu negara.
Risiko pada manusia
Menurut laporan ini, sejak 12 Juli, tidak ada kontak manusia dengan kucing positif H5N1 dan periode pengawasan untuk semua kontak kini telah selesai.
WHO menyebutkan, risiko infeksi pada manusia di populasi umum setelah infeksi terhadap kucing pada tingkat nasional dinilai rendah. Sementara pemilik kucing dan mereka yang karena pekerjaannya terpajan dengan kucing yang terinfeksi, seperti dokter hewan, tanpa menggunakan pelindung memiliki risiko rendah hingga sedang.
”WHO terus memantau situasi dan bekerja sama erat dengan sektor kesehatan hewan dan masyarakat, lembaga regional, Organisasi Pangan dan Pertanian Perserikatan Bangsa-Bangsa (FAO), Organisasi Kesehatan Hewan Dunia (WOAH), dan lembaga mitra lainnya di Polandia,” tulis WHO.
Beberapa kucing ini sebelumnya mengalami gejala yang parah, termasuk kesulitan bernapas, diare berdarah, serta tanda-tanda neurologis dengan kerusakan yang cepat dan kematian dalam beberapa kasus.
Berdasarkan data WHO, deteksi virus sporadis influenza A(H5N1) clade 2.3.4.4b pada manusia telah dilaporkan, tetapi tetap sangat jarang, yaitu 8 kasus dilaporkan sejak Desember 2021. Sekalipun kasusnya relatif jarang, infeksi pada manusia dapat menyebabkan penyakit parah dengan tingkat kematian tinggi. Kasus manusia yang terdeteksi sejauh ini sebagian besar terkait kontak dekat dengan unggas yang terinfeksi dan lingkungan yang terkontaminasi.
Dalam rilis sebelumnya, FAO, WHO, dan WOAH mendesak negara-negara untuk lebih waspada mengantisipasi perkembangan wabah flu burung. Mereka mengajak bekerja sama lintas sektor untuk menyelamatkan sebanyak mungkin hewan dan melindungi manusia.
Direktur Epidemi, Kesiapsiagaan dan Pencegahan Pandemi WHO Sylvie Briand mengatakan, dengan informasi yang tersedia sejauh ini, virus flu burung tersebut tampaknya tidak dapat menularkan dari satu orang ke orang lain dengan mudah. Namun, kewaspadaan diperlukan untuk mengidentifikasi setiap evolusi dalam virus yang dapat mengubahnya.
Menurut Briand, kemampuan untuk memantau virus-virus ini dan untuk mendeteksi setiap kasus pada manusia menjadi kunci penanganan. Hal ini sangat penting karena virus tersebut sekarang menyerang negara-negara dengan pengalaman yang terbatas dalam pengawasan flu burung.