Fase bulan purnama yang terjadi berimpitan dengan perige atau jarak terdekat Bulan ke Bumi berpotensi memicu banjir rob di sejumlah daerah.
Oleh
AHMAD ARIF
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Fase bulan purnama pada Selasa (1/8/2023) terjadi berimpitan dengan perige atau jarak terdekat Bulan ke Bumi pada Rabu (2/8/2023). Hal ini berpotensi meningkatkan ketinggian pasang air laut maksimum sehingga bisa memicu banjir pesisir atau rob di sejumlah daerah.
Kepala Pusat Meteorologi Maritim Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika Eko Prasetyo mengatakan, berdasarkan pantauan data water level (ketinggian air) dan prediksi pasang surut, banjir rob berpotensi terjadi di beberapa wilayah pesisir Indonesia.
Beberapa daerah berisiko di antaranya pesisir Sumatera Barat, Kepulauan Riau, Banten, utara DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Timur, Bali, Kalimantan Barat, Maluku, dan Papua Selatan. ”Potensi banjir pesisir (rob) ini berbeda waktu (hari dan jam) di tiap wilayah,” katanya.
Menurut Eko, banjir rob ini bisa berdampak pada aktivitas masyarakat di sekitar pelabuhan dan pesisir, seperti bongkar muat di pelabuhan, aktivitas di permukiman pesisir, serta aktivitas tambak garam dan perikanan darat. ”Masyarakat diimbau untuk selalu waspada dan siaga mengantisipasi dampak dari pasang maksimum air laut serta memperhatikan update informasi cuaca maritim dari BMKG,” katanya.
Eko mengatakan, berdasarkan laporan yang diterima, pesisir Semarang, Jawa Tengah, saat ini sudah mengalami banjir rob. Banjir rob juga dilaporkan telah terjadi di Tanjung Perak, Surabaya.
Selain banjir rob, BMKG juga mengeluarkan peringatan dini gelombang tinggi yang berpotensi di beberapa wilayah perairan pada 2-3 Agustus 2023.
Pola angin di wilayah Indonesia bagian utara umumnya bergerak dari tenggara-barat daya dengan kecepatan angin berkisar 8-25 knot, sedangkan di wilayah Indonesia bagian selatan umumnya bergerak dari timur-tenggara dengan kecepatan 8-25 knot. Kecepatan angin tertinggi terpantau di perairan utara Sabang, Laut Banda, Laut Arafuru, dan perairan Kepulauan Kei-Kepulauan Aru.
Kondisi ini menyebabkan terjadinya peluang peningkatan gelombang setinggi 1,25-2,5 meter di Selat Malaka bagian utara, perairan barat Aceh-Kepulauan Nias, perairan Bengkulu, Teluk Lampung bagian selatan, Selat Sape bagian selatan, Selat Sumba bagian barat, perairan selatan Pulau Sumba, perairan Pulau Sawu-Pulau Rote-Kupang, Laut Sawu, Laut Natuna Utara, perairan Kepulauan Natuna, perairan utara Jawa Tengah-Kepulauan Kangean, perairan selatan Kalimantan, Laut Jawa, hingga perairan Fakfak-Amamapare.
Adapun gelombang di kisaran lebih tinggi, 2,5-4 meter, berpeluang terjadi di perairan utara Sabang, perairan barat Kepulauan Mentawai, perairan Pulau Enggano, perairan barat Lampung, Samudra Hindia barat Sumatera, Selat Sunda bagian barat dan selatan, perairan selatan Pulau Jawa-Pulau Sumbawa, Selat Bali, Lombok, Alas bagian selatan, dan Samudra Hindia selatan Jawa-Nusa Tenggara Timur.
Dalam peringatan dini cuaca untuk tiga hari ke depan, Deputi Bidang Meteorologi BMKG Guswanto menyebutkan, perlambatan kecepatan angin saat ini terpantau memanjang dari perairan barat Aceh hingga Selat Malaka, Sumatera Barat, Kepulauan Bangka, Kepulauan Natuna, Jawa bagian tengah, Kalimantan Timur hingga Kalimantan Utara, dari Laut Banda hingga Sulawesi Tengah, Maluku Utara, Papua Barat, dan di Papua. Kondisi tersebut mampu meningkatkan potensi pertumbuhan awan hujan di sepanjang daerah konvergensi tersebut.
Daerah yang berpotensi hujan pada tanggal 3 Agustus meliputi Aceh, Sumatera Utara, Riau, Kepulauan Riau, Bengkulu, Jambi, Sumatera Selatan, Kalimantan Utara, Maluku Utara, Maluku, Papua Barat, dan Papua.