Ribuan Kilogram Garam Turunkan Hujan Buatan di Jabodetabek
Sebanyak 4.800 kilogram garam atau NaCl dan 800 kilogram kapur tohor yang disemai di langit Jabodetabek selama empat hari terakhir mulai berbuah hasil. Sejumlah wilayah turun hujan agar polusi udara berkurang.
Oleh
Stephanus Aranditio
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Operasi teknologi modifikasi cuaca mulai membuahkan hasil. Sejumlah wilayah di Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi sudah diguyur hujan pada Minggu (27/8/2023). Hujan buatan ini diharapkan bisa mengurangi polusi udara yang melanda wilayah Ibu Kota dan sekitarnya dalam beberapa pekan terakhir.
Operasi teknologi modifikasi cuaca atau TMC ini dilakukan tim gabungan dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN); Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG); Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB); dan TNI AU. Posko operasi TMC yang sebelumnya dipusatkan di Bandara Pangkalan TNI Angkatan Udara (Lanud) Husein Sastranegara, Bandung, Jawa Barat, juga akan dipindahkan ke Bandara Lanud Halim Perdanakusuma, Jakarta.
Koordinator Laboratorium Pengelolaan Teknologi Modifikasi Cuaca BRIN Budi Harsoyo mengatakan, operasi TMC dari Bandara Halim sudah dilakukan selama empat hari terakhir. Sebanyak 4.800 kilogram (kg) garam (NaCl) dan 800 kg kapur tohor (CaO) disemai ke awan kumulus dan stratokumulus yang muncul di langit Jabodetabek.
Penyemaian dilakukan menggunakan CASA 212 registrasi A-2114 di ketinggian 8.000-10.000 kaki. Selama empat hari terakhir, total jam terbang pesawat miliki TNI AU ini mencapai 10 jam 35 menit. ”Sejak sore tadi kami sudah mendapat banyak laporan kejadian hujan di wilayah Bogor, Depok, Tangerang Selatan, ke Jakarta Selatan,” kata Budi saat dihubungi di Jakarta, Minggu (27/8/2023).
Sementara itu, BMKG memprediksi hujan ini akan terus turun di sejumlah wilayah Jabodetabek hingga Minggu (27/8/2023) pukul 21.00. Intensitas hujan turun akan berbeda di setiap daerah, mulai dari sedang hingga lebat, bahkan disertai petir. ”Jabodetabek berpotensi terjadi hujan sedang sampai lebat yang dapat disertai kilat atau petir dan angin kencang,” tulis BMKG dalam prakiraan cuacanya, Minggu (27/8/2023) sore.
Stok bahan semai yang tersisa saat ini sebanyak 6.200 kilogram garam dan 3.400 kg kapur tohor. Operasi TMC akan terus dilakukan dengan menyesuaikan kondisi awan.
Kondisi cuaca
Adapun kondisi cuaca dalam beberapa hari terakhir menunjukkan, aktivitas gelombang atmosfer Rossby terpantau aktif di sekitar wilayah Jawa bagian barat (Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi). Kondisi ini dapat memberikan kontribusi terhadap pembentukan awan hujan.
Jabodetabek berpotensi terjadi hujan sedang sampai lebat yang dapat disertai kilat atau petir dan angin kencang.
Indeks surge berada pada nilai +2.3 ini mengindikasikan aktivitas seruakan dingin dari Asia dan angin lintas ekuator tidak signifikan. Sementara arah angin regional mendominasi dari arah timur laut ke timur dengan kecepatan maksimum 20 knot yang melintasi Banten, DKI Jakarta, dan Jawa Barat.
Kemudian, arah dan kecepatan angin antara angin permukaan hingga lapisan 18.000 kaki umumnya dari arah utara ke tenggara dan kecepatan angin bervariasi 1-25 knot, sedangkan kelembaban di lapisan 850 sampai 500 mb antara 2 dan 100 persen. Kondisi labilitas, yaitu labil lembab sehingga potensi petir dalam kategori lemah, prediksi air mampu curah berkisar 1-3 milimeter per 3 jam.
”Berdasarkan hal tersebut, cuaca di wilayah Banten, DKI, dan Jawa Barat secara umum dalam kondisi cerah berawan hingga berawan, potensi hujan yang sifatnya lokal dengan intensitas ringan pada siang hingga sore hari di Banten dan Jawa Barat tengah dan selatan,” tutur Budi.