Generasi Muda Diajak Merawat Gagasan Kebangsaan Buya Syafii Maarif
Generasi muda Indonesia patut meneladani gagasan Buya Syafii Maarif dalam merawat kebinekaan. Pemikirannya melampaui sekat-sekat yang membatasi hubungan kemanusiaan.
Oleh
TATANG MULYANA SINAGA
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah Ahmad Syafii Maarif mewariskan gagasan kebangsaan, keindonesiaan, dan kemajemukan yang masih relevan hingga kini. Generasi muda diajak merawat pemikiran ”muazin” bangsa yang akrab disapa Buya Syafii itu untuk menjaga toleransi di tengah pluralitas masyarakat.
Imam Besar Masjid Istiqlal, Jakarta, Prof Nasaruddin Umar mengatakan, Buya Syafii merupakan ulama yang sangat paham tentang perkembangan sejarah, politik, dan keislaman di Tanah Air. Buah pemikirannya menjadi warisan berharga untuk dipelajari anak-anak bangsa.
”Generasi muda patut meneladani kekonsistenan pendapatnya dalam merawat kebinekaan. Dia tidak tergoda oleh jabatan dan pujian,” ujarnya dalam diskusi ”Bincang Kearifan” yang merupakan rangkaian Bineka Fest 2023, di Jakarta, Rabu (30/8/2023).
Kegiatan itu dihadiri ratusan peserta yang didominasi anak muda. Mayoritas peserta merupakan mahasiswa dan pelajar. Kegiatan ini diadakan dalam rangka mensyukuri dua dekade Maarif Institute dan mengenang satu tahun wafatnya Buya Syafii.
”Ini tanda-tanda baik bahwa gagasan-gagasan pluralisme itu disukai oleh anak muda. Bagi saya, ini poin yang sangat besar untuk masa depan kita,” ucapnya.
Menurut Nasaruddin, pluralisme tidak hanya sebatas mengakui dan menerima kenyataan kemajemukan masyarakat. Lebih dari itu, pluralisme harus dipahami sebagai suatu ikatan dan pertalian sejati seperti disimbolkan dalam Bhinneka Tunggal Ika.
”Akan tetapi, sekarang kata toleransi dipolitisasi. Toleransi karena ada maunya. Selesai maunya, hilang kata toleransi itu,” ucapnya.
Pluralisme tidak hanya sebatas mengakui dan menerima kenyataan kemajemukan masyarakat. Lebih dari itu, pluralisme harus dipahami sebagai suatu ikatan dan pertalian sejati seperti disimbolkan dalam Bhinneka Tunggal Ika.
Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan yang juga pembina Maarif Institute, Muhadjir Effendy, mengatakan, anak-anak muda dapat menjadikan Buya Syafii sebagai teladan dan inspirasi untuk melahirkan gagasan-gagasan kebangsaan yang kritis. Menurut dia, pemikiran dan keteladanan Buya Syafii sudah mencapai derajat tertinggi bagi seseorang yang sudah selesai dengan dirinya, yaitu kemanusiaan universal.
”Buya memiliki komitmen kebangsaan yang sangat kuat. Pemikiran dan pandangan yang disampaikan demi masa depan bangsa. Pemikirannya melampaui sekat-sekat yang membatasi hubungan kemanusiaan,” tuturnya.
Direktur Eksekutif Maarif Institute Abd Rohim Ghazali mengatakan, kegiatan tersebut digelar untuk mengenang setahun wafatnya Buya Syafii. Menurut dia, kebinekaan perlu difestivalkan karena merupakan keniscayaan dan anugerah dari Tuhan yang seharusnya disyukuri, bukan untuk diperdebatkan dan dipertentangkan.
”Kebinekaan harus kita jadikan sebagai anugerah dengan cara menjaga dan merayakannya. Dalam festival ini, unsur-unsur yang menjadi bagian signifikan kebinekaan, seperti kelompok minoritas, diberikan ruang testimonial agar mereka bisa bebas bercerita tentang keberadaan dan peran dirinya di tengah orkestra dan taman pelangi kebangsaan,” paparnya.
Direktur Eksekutif Institut Leimena, Matius Ho, mengatakan, gagasan kebangsaan Buya Syafii tidak sebatas teori, tetapi dipraktikkan dalam kehidupan sehari-hari. Menurut dia, Buya Syafii merupakan sosok yang terbuka pada semua kalangan dan kerap memberikan masukan untuk perbaikan bangsa ke depan.
Juru Bicara Jemaah Ahmadiyah Indonesia Dili Sadili Fadhal Ahmad mengatakan, Buya Syafii merupakan sosok yang berani menyampaikan gagasan kritis tentang kebangsaan. ”Di tengah orang-orang menjauh, bahkan menutup sebelah mata ketika mendengar kabar jemaah Ahmadiyah dipersekusi, beliau hadir,” katanya.