Migrasi Manusia Purba dari Afrika Mengikuti Jalur Lahan Subur
Manusia purba bermigrasi melalui jalur subur untuk meninggalkan Afrika menuju Eurasia dengan melintasi Semenanjung Sinai dan terus melalui Jordania.
Oleh
PRADIPTA PANDU
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Para ilmuwan telah menemukan bukti bahwa manusia purba bermigrasi meninggalkan Afrika menuju Eurasia dengan melintasi Semenanjung Sinai dan terus melalui Jordania. Migrasi yang dilakukan lebih dari 80.000 tahun lalu tersebut dilakukan manusia purba dengan melewati jalur lahan subur dengan kondisi air melimpah.
Studi yang menjabarkan tentang jalur migrasi manusia purba ini dilakukan oleh tim peneliti dari Southampton University (Inggris) dan Shantou University (China) serta rekan peneliti lain di Jordania, Australia, dan Republik Ceko. Laporan lengkap studi ini telah terbit di jurnal Science Advances, 4 Oktober 2023.
Dalam studi ini, peneliti telah membuktikan adanya kawasan dengan kondisi air melimpah sebagai jalur perjalanan manusia purba melalui wilayah Syam menuju Asia bagian baratdan Arabia utara melalui Jordania.Dulu, rute darat yang hijau ini disukai Homo sapiens yang melakukan perjalanan menuju utara.Sekarang,rute tersebut telah menjadi kawasan gurun.
Sebenarnya lahan basah kecil sangat penting sebagai tempat persinggahan selama migrasi.
Kawasan Syam—dalam bahasa Inggris disebut Levant—adalah istilah dalam geografi historis yang mengacu pada suatu wilayah di Timur Tengah. Kawasan ini mencakup wilayah bersejarah mulai dari Lebanon, Jordania, Palestina, Israel,hingga Suriah.
Manusia modern berevolusi di Afrika pada periode antara 300.000-200.000 tahun yang lalu dan menyebar ke luar benua itu dalam beberapa tahap. Selama puluhan ribu tahun, mereka diperkirakan terus bermigrasi hingga akhirnya menghuni Asia dan kemudian Eropa.
Profesor Geomorfologi di Southampton University Paul Carling mengemukakan, sudah sejak lama peneliti memperkirakan manusia bermigrasi ketika permukaan laut sedang rendah. Mereka menggunakan penyeberangan ke selatanmelalui Laut Merah dari tanduk Afrikauntuk sampai wilayah Arab barat daya.
”Meski demikian, penelitian kami menegaskan bahwa terdapat jalur yang sering dilalui ke utara, melintasi satu-satunya jalur darat dari Afrika ke Eurasia,” ujarnya dikutip dari situs resmi Southampton University, Jumat (6/10/2023).
Tim melakukan penelitian lapangan di Jordan Rift Valley danmenemukan perkakas tanganyang dikenal sebagai serpihdi tepi wadi. Wadi merupakan palung atau saluran sungai yang sekarang telah kering, tetapi puluhan ribu tahun yang lalu penuh dengan air.
Para ilmuwan menggunakan teknik penanggalan pendaran untuk membantu menentukan usia sedimen tempat peralatan dikuburkan. Metode ini dapat memperkirakan berapa lama sejak sedimen terakhir kali terkena cahaya.
Menurut Carling, bukti terbaru ini adalah bagian penting dari teka-teki yang menunjukkan manusia bermigrasi menggunakan rute utara. Mereka menggunakan lahan basah kecil sebagai basis sambil berburu satwa liar yang berlimpah di padang rumput yang lebih kering.
”Meskipun penelitian sebelumnya telah mencari danau besar sebagai potensi sumber air, sebenarnya lahan basah kecil sangat penting sebagai tempat persinggahan selama migrasi,” ucapnya.
Penulis utama studi tersebut dari Shantou University, Mahmoud Abbas, mengatakan, kawasan Syam menjadi sebuah koridor yang memiliki banyak air bagi manusia modern untuk berpencar keluar dari Afrika selama masa interglasial terakhir. Temuan para peneliti kian menunjukkan bahwa hal ini terjadi di masa lalu.
”Bukti paleohidrologi dari gurun Jordania meningkatkan pemahaman kita tentang kondisi lingkungan pada saat itu. Dibandingkan gurun kering, padang rumput sabana akan menyediakan sumber daya yang sangat dibutuhkan manusia untuk bertahan hidup selama perjalanan mereka keluar dari Afrika dan ke Asia barat daya dan sekitarnya,” tambahnya.