Lempeng Tektonik Purba yang Sempat Hilang Ditemukan di Kalimantan
Ahli geologi menemukan bahwa sisa-sisa samudra di Kalimantan bagian utara diyakini berasal dari lempeng purba yang telah lama hilang bernama Pontus.
Oleh
PRADIPTA PANDU
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS —Ahli geologi telah merekonstruksi lempeng tektonik besar berukuran seperempat Samudra Pasifik yang sebelumnya hilang dan tidak diketahui keberadaannya. Hasil rekonstruksi menemukan bahwa sisa-sisa samudra di Kalimantan bagian utara diyakini berasal dari lempeng purba yang telah lama hilangbernama Pontus.
Rekonstrukis terkait lempeng tektonik besar yang hilang ini dilakukan oleh peneliti dari Utrecht University, Belanda, dan dipimpin ahli geologi Suzanna Van de Lagemaat dengan laporan yang terbit di Elsevier, 29 September 2023. Lagemaat merekonstruksi lempeng purba yang sempat hilang ini melalui penelitian lapangan dan pengamatan rinci di sabuk pegunungan Jepang, Kalimantan, Filipina, Papua Niugini, dan Selandia Baru.
Van de Lagemaat menemukan bahwa sisa-sisa samudra di Kalimantan bagian utara diyakini berasal dari Lempeng Pontus. Pontus adalah wilayah di pantai selatan Laut Hitam yang saat ini terletak di Turki modern. Wilayah ini dahulu terkenal akan kesuburannya.
Kami juga melakukan penelitian lapangan di Kalimantan bagian utara, tempat kami menemukan bagian paling penting dari teka-teki tersebut.
Van de Lagemaat mempelajari wilayah lempeng tektonik paling rumit di Bumi, yakni di wilayah sekitar Filipina. ”Filipina terletak di persimpangan kompleks sistem lempeng yang berbeda. Wilayah ini hampir seluruhnya terdiri dari kerak samudra. Namun, beberapa bagiannya terangkat di atas permukaan laut dan menunjukkan batuan dengan usia yang sangat berbeda,” katanya dikutip dari situs resmi Utrecht University, Minggu (22/10/2023).
Memahami pergerakan lempeng tektonik yang membentuk kulit terluar Bumi yang kaku sangat penting untuk memahami sejarah geologi. Pergerakan lempeng-lempeng ini sangat memengaruhi perubahan paleogeografi dan iklim planet seiring berjalannya waktu.
Meski demikian, lempeng samudra besar geologis purba telah menghilang ke dalam mantel Bumi melalui subduksi. Lempeng ini hanya meninggalkan pecahan batu yang tersembunyi di sabuk pegunungan. Hal inilah yang mendasari Van de Lagemaat mempelajari lempeng ini.
Van de Lagemaat pertama kali merekonstruksi pergerakan lempeng saat ini di wilayah antara Jepang dan Selandia Baru dengan menggunakan data geologi. Hasil rekonstruksi mengungkap, lempeng yang hilang di kawasan Pasifik barat memiliki area yang sangat luas.
”Kami juga melakukan penelitian lapangan di Kalimantan bagian utara, tempat kami menemukan bagian paling penting dari teka-teki tersebut. Kami pikir kami sedang berhadapan dengan peninggalan lempengan hilang yang sudah kami ketahui,” tuturnya.
Namun, penelitian laboratorium magnetik pada bebatuan tersebut menunjukkan bahwa temuan peneliti tersebut berasal dari wilayah di utara dan diyakini merupakan sisa-sisa dari lempeng lain yang sebelumnya tidak diketahui keberadaannya.
Douwe van Hinsbergen yang merupakan pembimbing studi doktoral (PhD) Van de Lagemaat menyebut bahwa 11 tahun yang lalu, peneliti memperkirakan sisa-sisa Pontus terletak di bagian utara Jepang. Akan tetapi, mereka kemudian membantah teori tersebut.
”Dugaan Lempeng Pontus baru terungkap setelah SuzannaVan de Lagemaat secara sistematis merekonstruksi setengah dari sabuk pegunungan Cincin Api dari Jepang melalui Papua Niugini hingga Selandia Baru. Ini juga termasuk batuan yang kami pelajari di Kalimantan,” ungkapnya.
Jejak peninggalan
Jejak peninggalan Pontus tidak hanya terletak di Kalimantan bagian utara, tetapi juga di Palawan yang merupakan pulau di Filipina Baratdan di Laut China Selatan. Penelitian ini juga menunjukkan bahwa sistem lempeng tektonik tunggal yang koheren membentang dari Jepang bagian selatan hingga Selandia Baru. Sistem tersebut setidaknya sudah ada selama 150 juta tahun.
Prediksi sebelumnya tentang keberadaan Pontus dimungkinkan karena lempeng subduksi meninggalkan jejak ketika tenggelam ke dalam mantel Bumi. Anomali ini dapat diamati ketika seismograf menangkap sinyal gempa bumi.
Gempa bumikemudian mengirimkan gelombang melalui bagian dalam Bumi. Ketika gelombang merambat melalui suatu anomali seperti pecahan lempeng tua, anomali tersebut kemudian menghasilkan gangguan pada sinyal.
Ahli geologi dapat menelusuri gangguan tersebut hingga keberadaan fenomena di dalam mantel seperti pecahan lempeng tektonik. Hal ini memungkinkan para peneliti dapat melihat peristiwa 300 juta tahun lalu, khususnya terkait dengan pecahan lempeng purba pada batas antara mantel dan inti.
Penelitian yang dilakukan 11 tahun lalu menunjukkan bahwa zona subduksi besar diyakini melintasi Samudra Paleo-Pasifik bagian baratyang memisahkan Lempeng Pasifik. Zona ini diketahui berada di timur dari lempeng hipotesis Pontus di bagian barat. Hipotesis ini sekarang telah dibuktikan secara independen oleh penelitian Van de Lagemaat.