Waspadai Hujan Ringan hingga Lebat di Jabodetabek Bagian Selatan
Cuaca mendung hingga hujan lebat berpotensi di Jabodetabek masih akan terjadi beberapa hari ke depan sebagai imbas peralihan cuaca dari musim kemarau ke musim hujan.
Oleh
PRADIPTA PANDU
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Sejumlah wilayah di Indonesia termasuk Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi atau Jabodetabek diguyur hujan lebat semalam. Cuaca mendung hingga hujan lebat ini berpotensi masih akan terjadi beberapa hari ke depan sebagai imbas peralihan cuaca dari musim kemarau ke musim hujan.
Kepala Bidang Prediksi dan Peringatan Dini Cuaca Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Miming Saepudin menyampaikan, secara umum wilayah Jabodetabek pada awal November saat ini sedang memasuki periode peralihan musim. Kemudian, pada pertengahan November sebagian wilayah sudah mulai masuk awal musim hujan.
”Hal ini membuat potensi hujan ringan hingga lebat mulai kerap terjadi di Jabodetabek terutama di bagian selatan.Wilayah Jabodetabek masih ada potensi hujan lebat terutama di sore hari,” ujarnya ketika dihubungi, Minggu (5/11/2023).
Citra radar cuaca dari BMKG menunjukkan wilayah Jabodetabek dan sekitarnya pada 4 November 2023 sejak sore hingga malam hari terpantau mengalami hujan yang merata. Pada pukul 16.06, hujan dengan intensitas sedang hingga lebat terjadi di sebagian wilayah Kabupaten Serang, Kabupaten Bogor, Kabupaten Tangerang, dan Tangerang Selatan.
Setelah itu, pada pukul 17.26, hujan dengan intensitas sedang hingga lebat juga masih terpantau di sebagian wilayah tersebut ditambah Kota Bogor dan Depok. Sementara pada pukul 20.06 hujan berintensitas sedang hingga lebat mulai mengguyur di sebagian wilayah Bekasi, Depok, Jakarta Selatan, Jakarta Timur, Jakarta Utara, dan Tangerang Selatan.
BMKG memperkirakan pada 5 November cuaca di Jabodetabek berawan hingga hujan ringan khususnya untuk wilayah Jakarta Selatan dan Jakarta Timur. Sementara pada Senin, 6 November juga diperkirakan masih akan berawan sejak pagi hingga malam hari.
Sebelumnya, Deputi Bidang Meterologi Guswanto juga menyebut bahwa penyebab wilayah Jabodetabek diguyur hujan karena sekarang merupakan periode peralihan musim dari kemarau ke hujan atau pancaroba.Pada beberapa kasus, kondisi ini dapat menimbulkan fenomena cuaca ekstrem, seperti puting beliung dan hujan es.
Berdasarkan prakiraan BMKG, sejumlah wilayah Jabodetabek memiliki periode awal musim hujan yang cukup bervariasi. Umumnya, awal musim hujan untuk wilayah DKI Jakarta bagian utara diprediksi masuk di awal tahun atau periode dasarian I Januari 2024.
Penyebab wilayah Jabodetabek diguyur hujan karena sekarang merupakan periode peralihan musim dari kemarau ke hujan atau pancaroba.
Sementara untuk wilayah DKI Jakarta bagian tengah hingga selatan, termasuk wilayah selatan seperti Depok, Bogor, dan sekitarnya, awal musim hujan diprediksi baru masuk pada periode November pertengahan atau dasarian II November 2023 (Kompas.id, 27/10/2023).
Terkait kondisi ini, BMKG mengimbau masyarakat agar tetap waspada terhadap potensi cuaca ekstrem yang menyebabkan terjadinya potensi bencana hidrometeorologi seperti banjir, tanah longsor, angin kencang, dan puting beliung. Oleh karena itu, masyarakat juga diimbau untuk lebih mengenali lingkungan beserta potensi bencana di tempat tinggalnya.
Hujan berintensitas ringan hingga lebat yang mengguyur cukup merata di wilayah Jakarta pada Sabtu (4/11/2023) malam membuat kualitas udara Jakarta membaik pada pagi harinya. Berdasarkan data situs pemantau kualitas udara IQAir, Indeks Kualitas Udara (AQI) di Jakarta sempat berada di angka 83 atau masuk dalam kategori sedangpada pukul 06.03.
Pengajar Sekolah Tinggi Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (STMKG), Dodo Gunawan, menjelaskan, hujan memang memiliki potensi untuk membersihkan atmosfer dari polutan dan membuat udara terasa lebih segar. Proses ini dikenal sebagai ”hujan membersihkan udara” atau ”hujan asam netralisasi”.
Hujan bekerja dengan beberapa cara untuk menghilangkan polutan dari udara, yakni pencucian udara (atmospheric washout) dan netralisasi hujan asam. Hujan asam ini dapat merusak lingkungan dan mengurangi kualitas udara. Namun, hujan asam juga dapat membantu menghilangkan polutan dari udara dengan mengikat dan membawanya ke tanah.
Intensitas dan durasi hujan juga akan memengaruhi seberapa efektif hujan dalam menghilangkan polutan dari udara.Hujan yang lebih intens dan lebih lama cenderung memiliki efek pembersihan yang lebih baik. Oleh karena itu, udara pada musim hujan relatif lebih bersih dibandingkan pada musim kemarau.
Meski demikian, hujan hanya efektif untuk mengurangi polutan berukuran besar seperti partikel berukuran 10 mikron (PM10) dan debu. Sebaliknya, hujan kurang efektif dalam mengurangi polutan berukuran 2,5 mikron(PM2,5) dan partikel lebih kecil lainnya.