Ratusan Mahasiswa Tawarkan Hasil Riset Kebijakan Publik ke Pemerintah
Ratusan mahasiswa dari enam perguruan tinggi negeri menyodorkan hasil riset dan inovasi lingkungan, kesehatan, pendidikan, dan digital kepada pemerintah.
Oleh
STEPHANUS ARANDITIO
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Ratusan mahasiswa dari enam perguruan tinggi negeri di Indonesia menyodorkan sejumlah riset dan inovasi kebijakan publik terkait isu lingkungan, kesehatan, pendidikan, dan digital. Temuan mereka ini bisa menjadi bahan bagi pemerintah untuk melakukan perubahan menuju kemajuan.
Mereka tergabung dalam program Youth as Researchers-Tanoto Student Research Awards (YAR-TSRA), kerja sama Tanoto Foundation dan Organisasi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan Kebudayaan PBB (UNESCO).
Program ini menjadi ruang bagi kaum muda untuk menyuarakan pemikiran mereka yang berbasis data dan bukti untuk berkontribusi dalam penyusunan kebijakan dan pembangunan.
Sebagai contoh, risetnya yang dibuat mahasiswa Universitas Indonesia (UI) pada isu lingkungan. Hasil riset tersebut menyarankan pemerintah memasifkan uji emisi, memberikan subsidi pajak kendaraan listrik, dan mulai meningkatkan pajak secara eksponensial pada kendaraan non-listrik.
Hal ini disebabkan kebijakan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) untuk mengonversi motor konvensional ke motor listrik dinilai tidak efisien secara anggaran dan mesin kendaraan.
Secara anggaran, pemerintah merealokasikan anggaran subsidi bahan bakar fosil Rp 350 miliar untuk program ini, tetapi peminatnya hingga September 2023 hanya mengonversi 3.559 motor dari target 50.000 unit. Rendahnya peminat ini karena konversi akan berdampak pada komposisi dan kondisi kendaraan.
”Lebih baik dananya dialokasikan untuk kendaraan listrik baru daripada konversi motor lama. Secara keamanan dan kenyamanan kendaraannya lebih baik,” kata Ahmad Yasri Zaenuri, mahasiswa UI bersama timnya.
Ahmad membuat penelitian ini bersama mahasiswa UI lainnya, yakni Aisyarini Vanesha Aji, Daffi Tanjung, Sherlyn Marchella Rumanto, dan Stefan Hutapea, pada ajang Knowledge Summit di Pos Bloc, Jakarta, Selasa (14/11/2023).
Selain itu, ada inovasi dari Fallah, Neira, dan Dani, mahasiswa Universitas Gadjah Mada (UGM) yang mengaplikasikan pembangkit listrik mikrohidro (PLTMH) di Desa Wisata Plosokuning, Sleman, DI Yogyakarta. Mereka memanfaatkan turbin turbo truk dan generator pompa air bekas untuk mengubah tenaga air menjadi listrik.
Aliran listrik yang dihasilkan bisa mencapai 200-250 watt. Menurut mereka, hal ini cukup untuk memenuhi kebutuhan penerangan dan membantu meringankan biaya operasional di desa wisata tersebut.
”Hal ini merupakan langkah kecil kami, mahasiswa yang belum punya apa-apa dan ketika ini dikasih fasilitas kami bisa memberi manfaat dengan ilmu kami kepada masyarakat. Desa itu sekarang mendapat sertifikat program iklim nasional dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan,” kata Fallah.
Selain UI dan UGM, program ini melibatkan mahasiswa dari IPB University, Institut Teknologi Bandung, Universitas Diponegoro, Universitas Brawijaya, dan Universitas Hasanuddin. Dari Agustus sampai November, mereka meriset dan membuat inovasi sosial untuk mengatasi tantangan sosial-ekonomi Indonesia.
Menyediakan ekosistem
Staf Ahli Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Bidang Manajemen Talenta, Tatang Muttaqin, menyebut riset dan inovasi dari para mahasiswa ini merupakan salah satu hasil bonus demografi Indonesia.
Pihaknya, melalui Pusat Prestasi Nasional dan Balai Pengembangan Talenta Indonesia, menyediakan ekosistem bagi mereka untuk berkembang.
”Ini bagian dari manajemen talenta nasional. Mereka bisa berkolaborasi di sana dan bisa ikut lomba-lomba yang kami gelar, seperti Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional (Pimnas) 26 November sampai 1 Desember 2023 nanti,” kata Tatang.
Menurut Direktur UNESCO di Jakarta Maki Katsuno Hayashikawa, program ini memiliki visi sejalan untuk memperlengkapi generasi muda kemampuan berpikir kritis dan pengelolaan keingintahuan. Dengan riset, kaum muda menghasilkan data dan bukti dalam menyuarakan ide-ide kebijakan publik dan pembangunan.
Hal ini merupakan langkah kecil kami, mahasiswa yang belum punya apa-apa dan ketika ini dikasih fasilitas kami bisa memberi manfaat dengan ilmu kami kepada masyarakat.
”Saya kagum, ternyata riset dan temuan mereka cukup mengejutkan, penuh dengan pemikiran yang kritis dan kreatif pada masalah-masalah di sekitar mereka,” ucap Maki.
Dalam Knowledge Summit di Jakarta ini, semua peserta saling memamerkan riset dan inovasi mereka. Ada pula pemangku kepentingan dari perwakilan kementerian dan lembaga yang melihat agar pemikiran mereka dilihat dan didengar.
”Jadi award-nya itu bukan lomba, melainkan pengalaman belajar yang kami berikan ini. Beberapa pemangku kebijakan justru juga belajar dari para mahasiswa ini mengenai hal-hal yang belum terpikirkan oleh pemerintah,” kata Kepala Tanoto Foundation di Indonesia Inge Sanitasia Kusuma.
YAR-TSRA merupakan kegiatan tahunan yang dapat dimanfaatkan penerima beasiswa Tanoto dan mahasiswa umum dalam meningkatkan pengetahuan dan kompetensi riset. Kegiatan ini awalnya hanya berbentuk perlombaan proposal untuk hibah yang dibantu-kelola perguruan tinggi mitra.
Namun, mulai tahun 2020 diusulkan dan dibantu-kelola oleh IPB University untuk sampai tingkat nasional. Pada tahun 2022, Institut Teknologi Bandung mengusulkan dan membantu-kelola konsep baru yang menggeser konsep kompetisi dan mengedepankan konsep kolaborasi antar disiplin ilmu.
Pada tahun 2023, UNESCO membawa serta kegiatan Youth as Researchers (YAR) yang awalnya hanya di tingkat global, dan mengintegrasikannya bersama Tanoto Student Research Awards (TSRA).