Level Rendah Sekali Pun, Polusi Udara Tetap Ungkit Risiko Gangguan Jantung
Penelitian baru menunjukkan tingkat polusi udara yang amat rendah sekalipun terkait dengan peningkatan risiko gangguan jantung.
Oleh
AHMAD ARIF
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Studi baru menunjukkan tingkat polusi udara amat rendah sekali pun dikaitkan dengan peningkatan risiko gangguan jantung. Temuan ini jadi peringatan bagi kota-kota di Indonesia, khususnya Jakarta, yang memiliki tingkat polusi udara jauh di atas ambang aman Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
Temuan ini berasal dari tesis di dari Institute of Environmental Medicine (IMM) Karolinska Institutet, Swedia, di mana Marcus Dahlquist mempelajari dampak lingkungan terhadap risiko gangguan jantung. Penelitian ini dipublikasikan dalam Journal of American Heart Association.
Polusi udara merupakan faktor risiko utama beban penyakit global yang diperkirakan menjadi penyebab 6,7 juta kematian dini di dunia per tahun dan sebagian besar terkait dengan penyakit kardiovaskular.
”Untuk mengurangi polusi udara perlu undang-undang yang efektif. Meski tingkat partikel di udara luar ruang Swedia jauh di bawah nilai batas Uni Eropa, kami melihat risiko di kota-kota Swedia dan perdesaan,” kata Petter Ljungman, peneliti dan ahli jantung di IMM, dalam keterangan tertulis, Rabu (15/11/2023).
Penelitian Dahlquist dan Ljungman menunjukkan, nilai batas yang ada saat ini perlu diperketat untuk melindungi terhadap risiko serangan jantung. Saat ini Uni Eropa merundingkan arahan mutu udara baru yang akan menjadi undang-undang bagi semua negara di kawasan ini.
Tingkat rendah
Saat ini Swedia merupakan salah satu negara dengan tingkat PM 2,5 terendah di Eropa dan jarang melebihi pedoman harian WHO yang baru, yaitu 15 mikro gram per meter kubik (μg/m3). Namun, rendahnya paparan PM 2,5 di negara ini pun berkontribusi pada masalah kesehatan jantung masyarakatnya.
Dalam studi ini, data dari 30.000 kasus serangan jantung di seluruh Swedia digabungkan dengan data kualitas udara. Hasilnya menunjukkan risiko serangan jantung meningkat seiring dengan kenaikan polusi udara.
Meski tingkat partikel di udara luar ruang Swedia jauh di bawah nilai batas Uni Eropa, kami melihat risiko di kota-kota Swedia dan perdesaan.
Peningkatan risiko relatif sebesar 6,2 persen per 10 mikro gram per meter kubik (μg/m3) peningkatan partikel PM 2,5 dalam empat hari sebelum kejadian.
Paparan polusi udara bisa menimbulkan dampak negatif bagi kesehatan. Selain berdampak buruk pada kesehatan jantung berupa serangan jantung, gagal jantung, dan gangguan irama jantung, juga bisa meningkatkan risiko demensia, penyakit paru obstruktif kronik (PPOK), dan asma.
Unit Petter Ljungman telah menunjukkan dalam penelitian sebelumnya bahwa polusi juga memengaruhi perkembangan fungsi paru-paru pada anak-anak di Stockholm, Swedia.
Studi para peneliti di Karolinska Institutet dan Helmholtz Zentrum München dalam riset besar Eropa tersebut diterbitkan dalam The Lancet Planetary Health pada tahun 2021.
Hasil riset ini juga menemukan, paparan polusi udara dalam waktu lama meningkatkan risiko stroke dan penyakit jantung koroner, bahkan ketika tingkat polusi udara berada di bawah batas yang ditentukan WHO. Petter Ljungman juga turut menulis kajian tersebut.
Studi ini merupakan kolaborasi besar Eropa dan melibatkan lebih dari 137.000 peserta dari enam kelompok berbeda di Swedia, Denmark, Belanda, dan Jerman yang diikuti selama rata-rata 17 tahun.
Para peneliti menyelidiki apakah ada hubungan antara stroke atau penyakit jantung koroner akut dan paparan berkepanjangan terhadap partikel PM 2,5, nitrogen dioksida (NO2), karbon hitam, dan ozon (O3).
”Kami menemukan peningkatan 10 persen risiko menderita stroke untuk setiap kenaikan 5 mikrogram per meter kubik partikel halus di udara tempat Anda tinggal,” kata Annette Peters, Direktur Institut Epidemologi di Helmholtz Zentrum Muenchen, yang memimpin riset dari pihak Jerman.
”Studi kami menunjukkan bahwa polusi udara di daerah perkotaan berkontribusi terhadap risiko stroke, bahkan setelah penyesuaian terhadap kebisingan,” ujarnya menambahkan.
Alarm untuk Jakarta
Rangkaian temuan ini jadi alarm bagi negara dengan tingkat polusi udara amat tinggi seperti Indonesia. Menurut pantauan IQAir, perusahaan teknologi Swiss, pada Rabu konsentrasi PM 2,5 di Jakarta saat ini 45µg/m³. Rata-rata konsetrasi PM 2,5 di Jakarta 9 kali panduan mutu udara tahunan WHO.
Besarnya dampak kesehatan dan ekonomi dari polusi udara di Jakarta sebelumnya juga dilaporkan Ginanjar Syuhada dari Environmental, Climate, and Urban Health Division Vital Strategies Singapura dan tim di jurnal Environmental Research and Public Health edisi Februari 2023.
Turut menulis kajian ini sejumlah peneliti dari Universitas Padjadjaran, Bandung, Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta, serta Institut Teknologi Bandung.
Dalam kajian ini, para peneliti menghitung beban kesehatan dan ekonomi dari partikel 2,5 mikron (PM 2,5) dan ozon permukaan tanah (O3), yang melebihi standar kualitas udara ambien lokal dan global.
Mereka memakai metode penilaian risiko komparatif untuk memperkirakan beban kesehatan yang disebabkan PM 2,5 dan O3. Beban ekonomi dihitung memakai biaya penyakit dan nilai dari pendekatan statistik tahun hidup.
Hasil penelitian menunjukkan sekitar 10.000 kematian dan lebih dari 5.000 pasien rawat inap yang dapat dikaitkan dengan polusi udara setiap tahun di Jakarta.
Selain itu, polusi udara menyebabkan lebih dari 7.000 dampak kesehatan yang merugikan pada anak-anak, meliputi 6.100 kasus tengkes, 330 kematian bayi, dan 700 bayi dengan kelahiran yang merugikan setiap tahun.