Konferensi Perubahan Iklim Ke-28 atau COP28 di Dubai perlu menyepakati tindakan iklim yang lebih kuat dalam mengendalikan perubahan iklim.
Oleh
PRADIPTA PANDU
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Hasil studi para ilmuwan telah banyak menemukan bahwa rencana aksi iklim nasional yang ada saat ini masih belum cukup untuk membatasi kenaikan suhu global. Konferensi Perubahan Iklim Ke-28 atau COP 28 di Dubai, Uni Emirat Arab, yang dimulai akhir November ini perlu menyepakati tindakan iklim yang lebih kuat sekaligus peta jalan dan langkah nyata untuk mewujudkan tindakan tersebut.
Laporan ilmiah terbaru dari Panel Antarpemerintah tentang Perubahan Iklim PBB (IPCC) menunjukkan, emisi gas rumah kaca perlu dikurangi sebesar 43 persen tahun 2030 dibandingkan dengan tingkat emisi pada 2019. Hal ini penting untuk membatasi kenaikan suhu 1,5 derajat celsius akhir abad ini dan menghindari dampak terburuk perubahan iklim.
Sekretaris Eksekutif Perubahan Iklim PBB Simon Stiell mengemukakan, laporan ilmiah tentang perubahan iklim yang ada saat ini telah menunjukkan bahwa semua negara secara bersama-sama perlu mengambil langkah maju dan berani pada COP28 Dubai.
Kita harus memenuhi semua komitmen, khususnya di bidang keuangan, yang merupakan faktor penting dalam aksi iklim.
”COP28 harus menjadi titik balik yang jelas. Pemerintah tidak hanya harus menyetujui tindakan-tindakan iklim yang lebih kuat yang akan diambil, tetapi juga mulai menunjukkan bagaimana cara mewujudkannya dengan tepat,” ujarnya dalam rilis yang diterima pada Jumat (17/11/2023).
Laporan Inventarisasi Global yang dirilis Kerangka Kerja Perubahan Iklim PBB (UNFCC) tahun ini dengan jelas menunjukkan bahwa kemajuan dalam mengatasi perubahan iklim dari negara-negara di dunia masih terlalu lambat. Namun, laporan ini juga menjabarkan beragam alat dan solusi dari berbagai negara untuk mempercepat pengendalian perubahan iklim.
Menurut Stiell, kesimpulan dari survei global pertama di COP28 adalah mendorong setiap untuk meningkatkan upaya mereka dalam menurunkan emisi. Inventarisasi ini dimaksudkan sebagai masukan bagi dokumen kontribusi nasional penurunan emisi (NDC) berikutnya yang akan diajukan kembali pada tahun 2025 sehingga membuka jalan bagi percepatan tindakan.
Sebelumnya, UNFCC telah menganalisis NDC dari 195 negara yang berkomitmen dalam Perjanjian Paris 2015. Analisis ini juga dilakukan bagi 20 NDC baru atau diperbarui yang diserahkan ke UNFCCC hingga 25 September 2023.
Hasil analisis menunjukkan, komitmen yang ada NDC terbaru saat ini diperkirakan masih akan meningkatkan emisi sekitar 8,8 persen dibandingkan dengan tingkat emisi pada tahun 2010. Sementara dalam analisis lalu, peningkatan emisi sebesar 10,6 persen diperkirakan masih akan terjadi pada tahun 2030 apabila mengacu NDC dari setiap negara.
Terlepas dari analisis tersebut, emisi pada tahun 2030 diperkirakan akan berada 2 persen di bawah tingkat emisi tahun 2019. Hal ini menunjukkan bahwa puncak emisi global akan terjadi dalam dekade ini apabila semua pihak tidak mengambil langkah yang lebih ambisius.
Tergantung akses keuangan
Guna mencapai puncak emisi sebelum tahun 2030, setiap negara harus benar-benar menerapkan aksi yang telah dituangkan dalam NDC. Hal ini juga bergantung pada akses terhadap peningkatan sumber daya keuangan, transfer teknologi dan kerja sama teknis, dukungan pengembangan kapasitas, serta ketersediaan mekanisme berbasis pasar.
”Dengan menggunakan Global Stocktake untuk membuat rencana ke depan, kita dapat menjadikan COP28 sebagai sebuah terobosan dan memberikan batu loncatan untuk gelombang aksi iklim selama dua tahun. Kita harus memenuhi semua komitmen, khususnya di bidang keuangan, yang merupakan faktor penting dalam aksi iklim,” kata Stiell.
Presiden COP28 Dubai Sultan Al Jaber menyatakan, saat ini tidak ada waktu untuk menunda aksi iklim yang lebih ambisius. Laporan sintesis rencana iklim nasional hari ini juga menggarisbawahi perlunya setiap negara bertindak dengan ambisi dan urgensi yang lebih besar untuk mencapai tujuan Perjanjian Paris.
”COP28 harus menjadi titik balik bersejarah dalam dekade kritis ini bagi para pihak untuk berkomitmen meningkatkan ambisi. Kita perlu bertindak untuk menjaga agar suhu tetap di bawah 1,5 derajat celsius tanpa meninggalkan pihak mana pun,” ucapnya.
Presiden COP 27 dan Menteri Luar Negeri Mesir Sameh Shoukry menambahkan, NDC tetap menjadi landasan visi bersama untuk mencapai target Perjanjian Paris. ”Di Sharm El-Sheikh (COP27 Mesir), para pemimpin membahas beberapa inisiatif untuk membantu kita mencapai tujuan tersebut, serta membantu negara-negara Selatan dalam mengadaptasi perekonomian mereka,” katanya.