Pekan Raya Cipta Karya Mahima 2023 diharapkan mampu menghasilkan bibit generasi baru pegiat sastra.
Oleh
STEPHANUS ARANDITIO
·3 menit baca
SINGARAJA, KOMPAS — Rumah Belajar Komunitas Mahima memanggil kembali para sastrawan alumni mereka untuk kembali ke ”rumahnya” di kota Singaraja, Kabupaten Buleleng, Bali, dalam Pekan Raya Cipta Karya Mahima 2023. Selama tiga hari, 17-19 November 2023, mereka akan berbagi ilmu kepada generasi muda penyambung napas sastra dan budaya.
Pekan Raya Cipta Karya tahun ini mencoba bereksperimen mengalihwahanakan karya sastra menjadi berbagai bentuk karya lain, seperti lokakarya mengubah karya sastra menjadi musikalisasi puisi, pertunjukan wayang dan teater, film. Lokakarya ini diikuti ratusan mahasiswa dan pelajar di sekitar Buleleng dan Bali secara umum.
”Kami mengajak mereka yang telah matang pulang dan berbagi memantulkan energi kreatif berkesenian kepada adik-adiknya di SMA dan kuliah,” kata Kadek Sonia Piscayanti, pendiri Komunitas Mahima di Buleleng, Bali Utara, Jumat (17/11/2023).
Bantuan ini hanya merupakan pemantik. Selanjutnya, mohon dukungan pemerintah daerah, para sastrawan, dan seluruh masyarakat untuk tetap berkenan mendukung pengembangan susastra.
Sonia berharap pekan kesenian ini menghasilkan bibit generasi baru di bidang sastra dan pertunjukan alih wahana. Karya-karya yang lahir dari sini juga akan diajukan menjadi bagian dari Singaraja Literary Festival 2024 setelah sebelumnya melalui tahap seleksi dan kurasi.
Sejak berdiri 2008, baru tahun ini Komunitas Mahima didukung oleh Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi melalui program Kemendikbudristek Peduli Komunitas Sastra”. Total bantuannya sebesar Rp 105,3 juta.
Pada pemberian dana bantuan tahap pertama bulan Juli 2023, Badan Bahasa telah menetapkan 28 komunitas sastra penerima bantuan fasilitasi. Ada pula lima komunitas dan 20 perorangan yang mendapatkan bantuan penghargaan.
Kemudian pada tahap kedua September 2023, bantuan kembali diberikan kepada 17 komunitas sastra dan sembilan perseorangan. Salah satunya, Komunitas Mahima.
Asisten Deputi Bidang Literasi, Inovasi, dan Kreativitas, Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Molly Prabawati mengatakan, bantuan ini diharapkan dapat meningkatkan peran komunitas sastra sebagai pihak pemroduksi karya dan dapat menjadi penggerak sekaligus penguat dalam pembangunan kesastraan di tengah masyarakat.
Namun, bantuan semacam ini terkadang mengalami hambatan dalam pelaporan penggunaannya dari pelaku budaya sehingga perlu pendampingan dari pemerintah. Oleh karena itu, tim dari pemerintah pusat akan membantu proses administrasi ini.
”Bantuan ini hanya merupakan pemantik. Selanjutnya, mohon dukungan pemerintah daerah, para sastrawan, dan seluruh masyarakat untuk tetap berkenan mendukung pengembangan susastra,” kata Molly.
Kepala Dinas Kebudayaan Kabupaten Buleleng Nyoman Wisandika, yang mewakili Penjabat Bupati Buleleng Ketut Lihadnyana, menambahkan, seni dan budaya menjadi salah satu potensi besar yang dimiliki oleh Buleleng yang jauh dari keramaian Bali Selatan. Dengan seni dan budaya, roda perekonomian kreatif di Buleleng akan semakin bergerak maju.
”Ini memberikan ruang bagi para penggiat ekonomi kreatif untuk mengasah dan memberikan kesempatan tampil agar penggiat tersebut dapat dikenal oleh masyarakat,” kata Ketut.
Dia meminta pemerintah pusat, khususnya Kemendikbudristek, untuk terus memberikan dukungan kepada para pelaku seni budaya secara berkelanjutan. Tidak hanya berhenti pada satu kegiatan saja.