Badan Bahasa Berikan Bantuan Penguatan Komunitas Sastra
Meski timbul tenggelam karena keterbatasan dana, komunitas sastra yang masih eksis tetap menjaga nilai kesastraan di tengah masyarakat.
Oleh
STEPHANUS ARANDITIO
·3 menit baca
SINGARAJA, KOMPAS — Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi memberikan 79 paket bantuan dana kepada komunitas sastra dan penghargaan perseorangan bagi sastrawan dan pegiat sastra. Bantuan ini diharapkan bisa mengoptimalkan peran dari akar rumput untuk terus berkreativitas dalam dunia sastra.
Program ”Bantuan Pemerintah Bidang Kebahasaan dan Kesastraan: Penguatan Komunitas Sastra” ini berupa fasilitasi dan penghargaan sebagai program perdana Bantuan Pemerintah. Mereka mendapatkan bantuan setelah melalui rangkaian seleksi administrasi dan substansi yang ketat dan akuntabel.
Kepala Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa (Badan Bahasa) Endang Aminudin Aziz mengatakan, komunitas sastra sangat penting untuk membangun karakter daerah masing-masing. Karya-karya sastra yang mengungkit kearifan lokal sangat dinanti sebagai kekayaan seni budaya Indonesia.
Mohon dukungan pemerintah daerah, para sastrawan, dan seluruh masyarakat untuk tetap berkenan mendukung pengembangan susastra.
Dia berharap bantuan yang disalurkan oleh Pusat Pengembangan dan Pelindungan Bahasa dan Sastra dan Unit Pelaksana Teknis (UPT) di daerah ini bisa menggerakkan pegiat sastra yang timbul tenggelam karena keterbatasan dana. Komunitas yang masih eksis harus tetap menjaga nilai-nilai kesastraan di tengah masyarakat.
”Keberadaan komunitas sastra sebagai wadah para sastrawan untuk saling asah, asih, asuh, dan produksi karya sastra dari para sastrawan bagaikan dua sisi mata uang yang saling berkaitan,” kata Aminudin, Minggu (19/11/2023).
Komunitas penerima bantuan tersebut, antara lain, Komunitas Forum Lingkar Pena di Jawa Barat, Klub Baca Petra di Nusa Tenggara Timur, Jangkah Nusantara di Yogyakarta, dan Komunitas Mahima di Bali, serta Ruma Kata Sorong di Papua Barat Daya.
Bantuan ini juga menjadi pemantik bagi pemerintah daerah, lembaga, atau masyarakat setempat untuk dapat lebih menghargai pelaku atau pegiat sastra yang ada di tengah masyarakat. Dukungan materi maupun nonmateri akan sangat berguna untuk menggerakkan komunitas sastra dan menguatkan karakter bangsa.
”Selanjutnya, mohon dukungan pemerintah daerah, para sastrawan, dan seluruh masyarakat untuk tetap berkenan mendukung pengembangan susastra,” kata Asisten Deputi Bidang Literasi, Inovasi, dan Kreativitas Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Molly Prabawati, menambahkan.
Salah satu penerima bantuan fasilitasi ini adalah Komunitas Mahima di Singaraja, Buleleng, Bali. Mereka mendapatkan total bantuan Rp 105,3 juta. Bantuan ini digunakan Komunitas Mahima untuk menggelar Pekan Raya Cipta Karya Mahima 2023, 17-19 November.
”Pekan Raya Cipta Karya Mahima tahun ini kami buat agak besar karena ada bantuan ini, biasanya acara kecil-kecilan saja. Ini untuk menstimulasi bakat-bakat muda di Bali Utara. Saya berharap bantuan ini tidak hanya saat ini, tetapi berkelanjutan,” kata pendiri Komunitas Mahima, Kadek Sonia Piscayanti.
Dukung komunitas seni
Ketua DPRD Buleleng Gede Supriatna mengatakan, seni modern menjadi salah satu potensi besar Buleleng yang jauh dari keramaian Bali Selatan. Seni modern yang berdampingan dengan seni tradisional akan semakin menguatkan roda perekonomian kreatif di Buleleng.
Oleh sebab itu, dia mendorong pemerintah, baik pusat maupun daerah, untuk terus mendukung komunitas seni seperti Komunitas Mahima ini untuk membantu program pengembangan seni sastra modern. Tidak hanya pada pengembangan seni tradisional.
”Selama ini, di Beleleng hanya ataupun lebih banyak program bantuan untuk seni budaya tradisional, seni modern juga perlu diperhatikan,” kata Gede.
Pekan Raya Cipta Karya tahun ini mencoba bereksperimen mengalihwahanakan karya sastra menjadi berbagai bentuk karya lain melalui lokakarya mengubah karya sastra menjadi musikalisasi puisi, pertunjukan wayang dan teater, juga film. Selama tiga hari, para sastrawan yang pernah belajar di Komunitas Mahima pulang ke Rumah Belajar Komunitas Mahima berbagi ilmu kepada ratusan mahasiswa dan pelajar di sekitar Buleleng dan Bali secara umum.
Sonia berharap pekan kesenian ini menghasilkan bibit generasi baru di bidang sastra dan pertunjukan alih wahana. Karya-karya yang lahir dari sini juga akan diajukan menjadi bagian dari Singaraja Literary Festival 2024 setelah melalui tahap seleksi dan kurasi.