Menghadirkan Ruang Baca Ramah Anak
Minat baca anak-anak dapat ditumbuhkan lewat buku-buku cerita yang menarik. Itulah perlunya tersedia ruang bacaan di perpustakaan sekolah, rumah, dan masyarakat yang ramah anak.
Literasi dasar membaca dan menulis menjadi fondasi penting bagi anak-anak untuk berhasil dalam belajar dan menjadi pembelajar sepanjang hayat. Hal ini dapat dimulai dari menumbuhkan minat baca dengan menghadirkan ruang baca seperti perpustakaan sekolah ataupun taman bacaan masyarakat yang ramah anak.
Sayangnya, minat baca anak-anak yang sebenarnya tinggi sering terkendala minimnya akses bacaan. Di perpustakaan sekolah, misalnya, lebih banyak buku pelajaran daripada buku bacaan sesuai usia anak. Ketersediaan bahan bacaan sesuai usia anak sebenarnya dapat menggugah ketertarikan anak membaca buku-buku cerita guna mendorong imajinasi dan kreativitas.
Gabriel, siswa kelas 1 SD Inpres Butata, Kabupaten Nagekeo, Nusa Tenggara Timur, sebenarnya suka membaca. Tulisan yang ada di sekitarnya, seperti tulisan di bungkus makanan, papan informasi, ataupun tulisan-tulisan di baju, dibacanya dengan lantang. Tidak ada buku cerita yang tak dibacanya nyaring.
Ketika akhirnya perpustakaan sekolah ramah anak yang didirikan Taman Bacaan Pelangi bekerja sama dengan Pemerintah Kabupaten Nagekeo dan Room to Read di sekolahnya diresmikan pada Sabtu (18/11/2023), Gabriel merasa bahagia.
”Saya sudah selesai baca lima buku. Senang sekali ada banyak buku di sini (perpustakaan). Aku mau baca buku karena aku pintar,” ujar Gabriel, yang senang melihat banyak buku bergambar yang ada di perpustakaan baru sekolahnya.
Baca juga : Dukung Akses Buku Bacaan Anak di Daerah 3T
Akses buku bacaan anak menjadi salah satu penyebab tingkat literasi anak yang rendah di Indonesia. Menurut Survey Inovasi Pembelajaran dan Pendidikan Indonesia yang dilakukan oleh INOVASI pada 2017, sekitar 68 persen buku anak yang tersedia di sekolah-sekolah dasar adalah buku pelajaran. Anak tidak dapat belajar membaca tanpa adanya bahan bacaan. Bahan bacaan yang paling efektif untuk anak adalah buku-buku cerita yang menarik dan berjenjang sesuai dengan kemampuan membaca anak.
Bersama Pemkab Nagekeo, Taman Bacaan Pelangi mengadakan serangkaian peresmian 20 perpustakaan ramah anak baru di 20 sekolah dasar di Nagekeo pada 7-18 November 2023. Kini ada 109 perpustakaan ramah anak yang telah berhasil didirikan Taman Bacaan Pelangi bersama dengan Kabupaten Nagekeo dan Room to Read di Nagekeo. Di Indonesia total ada 250 perpustakaan ramah anak.
Pendiri Taman Bacaan Pelangi Nila Tanzil mengatakan, kemampuan membaca merupakan kemampuan dasar yang harus dimiliki setiap anak di Indonesia. Anak yang belum lancar membaca akan terus mengalami ketertinggalan di sekolah dibandingkan teman-temannya yang sudah lancar membaca.
”Agar anak termotivasi untuk bisa lancar membaca diperlukan buku bacaan yang sesuai. Untuk itulah, kami menyediakan berbagai buku cerita anak yang menarik dan sudah dijenjangkan sesuai kemampuan membaca mereka. Kami percaya buku-buku yang kami sediakan di perpustakaan sekolah ini akan disukai oleh anak-anak dan bisa meningkatkan kemampuan membaca anak dan menumbuhkan minat baca anak-anak di setiap sekolah,” kata Nila.
Bupati Nagekeo Johannes Don Bosco mengatakan, literasi dasar merupakan salah satu fokus Pemkab Nagekeo dalam peningkatan sumber daya manusia di daerahnya. Berdasarkan Rapor Pendidikan Kabupaten Nagekeo, kompetensi membaca teks sastra pada siswa SD mengalami peningkatan 7,8 persen. Pada tahun 2021 hanya 46 persen dan pada 2023 mencapai 54 persen. Meski demikian, rekapan secara keseluruhan pada rapor pendidikan Kabupaten Nagekeo terkait kemampuan literasi sekolah dasar masih masuk dalam kategori capaian rendah.
Kebiasaan membaca dapat tumbuh melalui rutinitas membaca yang dilakukan di sekolah dan di rumah.
”Kami mengapresiasi komitmen dari Taman Bacaan Pelangi yang berupaya membantu pemerintah daerah dalam meningkatkan kemampuan literasi anak-anak dan menumbuhkan minat baca anak-anak di wilayah kami,” ujar Johannes.
Perpustakaan sekolah ramah anak dilengkapi dengan buku-buku cerita anak berkualitas dengan gambar yang menarik sehingga mampu mendorong kebiasaan membaca siswa. Penataan ruang perpustakaan ramah dengan anak sehingga siswa dengan nyaman dan memudahkah siswa menemukan buku yang ingin dibaca sesuai dengan kemampuan membaca mereka. Para guru ataupun kepala sekolah dan pustakawan juga telah diberikan pelatihan tentang sistem pengelolaan perpustakaan ramah anak dan program literasi yang dapat dilakukan di perpustakaan.
Perpustakaan ramah anak di sekolah-sekolah dasar ini diharapkan dapat digunakan semaksimal mungkin baik oleh siswa, guru, maupun orangtua. Orangtua diperbolehkan meminjam buku cerita dengan harapan mereka dapat membacakan buku kepada anaknya sebelum tidur setiap malam.
”Kebiasaan membaca dapat tumbuh melalui rutinitas membaca yang dilakukan di sekolah dan di rumah,” ujar Nila.
Kesenjangan literasi
Sementara itu, Kementerian Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (PMK) melalui Gerakan Nasional Revolusi Mental menggelar Rembug Forum Taman Bacaan Masyarakat (TBM) untuk membahas TBM yang ramah anak. Acara ini untuk merumuskan kebijakan TBM ramah anak (penyusunan petunjuk teknis dan uji publik), sekaligus merespons berbagai kondisi dalam rangka pemenuhan Undang-Undang tentang Perlindungan Anak.
Saat ini masih ada kesenjangan literasi di Indonesia yang tinggi. Mengacu pada Indeks Pembangunan Literasi Masyarakat (IPLM) Indonesia tahun 2022, besarnya 64,48 dari skala 1-100. Target IPLM di akhir tahun 2024 sebesar 71,4.
Ketua Forum TBM Opik mengatakan, saat ini masih banyak persoalan anak, termasuk di dunia pendidikan. ”TBM ingin mewujudkan TBM yang memiliki ruang atau tempat yang layak bagi anak. Selain itu, kita juga akan menyusun model sebagai standardisasi TBM yang ramah anak sehingga dapat direplikasi pada TBM-TBM se-Indonesia,” ujar Opik.
Berdasarkan data yang dikumpulkan Forum TBM, ada 2.388 TBM yang lebih dari 80 persennya melayani anak-anak. Forum TBM yang merupakan gerakan literasi ini diinisiasi oleh masyarakat dan untuk masyarakat. Selain berupaya meningkatkan minat baca masyarakat melalui layanan membaca dan peminjaman buku gratis, Forum TBMjuga memberikan edukasi beragam hal mulai dari melestarikan bahasa daerah, sosialisasi tentang pengelolaan keuangan menangkis maraknya pinjaman online dan judi online, pembuatan hutan buatan dalam rangka menghadapi perubahan iklim, pengelolaan sampah termasuk pemanfaatan sampah yang bernilai ekonomi, hingga pengelolaan koperasi.
Menurut Opik, kebutuhan permodelan yang menetapkan standardisasi TBM yang ramah anak menjadi strategis dan penting. Adapun rancangan permodelan yang dibahas dalam rembuk ini, antara lain, meliputi penyusunan instrumen kesiapan TBM model; analisis data TBM yang menjalankan; penilaian dan penentuan 3-9 TBM model; dan pendampingan TBM.
”Salah satu yang jadi pembahasan permodelan TBM, misalnya, penerapan aturan pengelolaan buku yang terstandar sesuai jenjang umur anak,” tambah Opik.
Baca juga : TBM Beradaptasi di Tengah Transformasi Gerakan Literasi
Pengurus TBM Lentera Talangsuko, Kecamatan Turen, Kabupaten Malang, Jawa Tengah, Ahmad Ainul Yaqin mengisahkan dirinya bersama 10 sukarelawan pemuda/pemudi melakukan jemput bola untuk mengajak masyarakat gemar membaca. Mereka berbagi tugas, masing-masing membawa beberapa buku dan mendatangi rumah warga secara langsung kemudian mengajak anak-anak untuk bersama membaca beragam buku yang sesuai umur.
”Untuk mendekatkan pada adik-adik di lingkungan, kami melakukan pendampingan belajar. Selain sudah membuat pojok literasi, kami juga mendatangi langsung rumah warga di beberapa RW dan seizin pemilik rumah, kita gelar buku dan bersama membaca,” ujar Ainul.
Asisten Deputi Literasi, Inovasi, dan Kreativitas Kemenko PMK Molly Prabawaty mengatakan, Kemenko PMK yang bertugas mengoordinasikan target peningkatan literasi masyarakat dan mengawal peta jalan pembudayaan literasi akan terus berkomitmen memperkuat kerja sama dengan TBM. ”Kami menanti kontribusi segenap pihak dalam pembangunan literasi dapat berjalan dengan baik,” kata dia.