Mendekatkan Akses Buku Bacaan Bermutu untuk Literasi
Tersedianya buku bacaan menarik dengan harga terjangkau bisa memacu minat baca warga. Karena itu, akses pada buku bacaan bermutu perlu dipermudah.
TANGERANG, KOMPAS — Penyediaan akses terhadap buku bacaan bermutu dan menarik dengan harga terjangkau terus diupayakan bersama untuk meningkatkan literasi di Indonesia. Budaya membaca sebagai bagian penting dari literasi mesti menjadi keseharian hidup masyarakat seperti di negara-negara maju.
Berdasarkan hasil Asesmen Nasional tahun 2021, satu dari dua peserta didik jenjang SD sampai SMA belum mencapai kompetensi minimum literasi.
Padahal, siswa perlu menguasai kemampuan dasar ini sebelum belajar konsep pemahaman lebih tinggi. Salah satu penyebabnya, rendahnya kebiasaan membaca sejak dini karena kurangnya buku bacaan bermutu yang menarik minat baca siswa serta penggunaannya yang tepat dalam kegiatan belajar.
Presiden Direktur Big Bad Wolf Indonesia Uli Silalahi mengutarakan hal itu dalam konferensi pers Big Bad Wolf Books (BBW) Bookish Wonderland di Tangerang, Banten, Selasa (28/11/2023).
Menurut Uli, tersedianya buku bacaan bervariasi dengan harga terjangkau bisa menarik minat warga untuk membeli dan membaca buku. Karena itu, akses buku bacaan, termasuk buku bacaan anak, perlu didekatkan dengan keseharian hidup masyarakat. Jadi, masyarakat menganggap bahwa membaca itu keren.
”Selama ini BBW dikenal lewat pameran di tempat khusus. Mulai tahun ini dan ke depan, kami akan menjemput bola, menghadirkan BBW ke mal-mal. Di mal, orang-orang, termasuk keluarga, datang untuk belanja dan hiburan. Kini, mereka bisa melihat buku bacaan juga menarik, lalu membeli dan membaca,” kata Uli.
Baca juga : Literasi Terhambat Minimnya Akses Buku dan Budaya Membaca
Uli mengatakan, masyarakat Jakarta dan sekitarnya mulai 1 Des 2023 -7 Januari 2024 dapat memilih dan membeli sekitar 2 juta eksemplar buku internasional dan lokal di Mal @Alam Sutera, Tangerang.
Sekitar 50 persen dari koleksi yang ada adalah buku anak-anak. Sebagian besar atau 80 persen buku internasional dari sejumlah negara, sisanya koleksi buku dari 40 penerbit di Indonesia.
”Misi kami ingin menjadikan membaca buku keren karena membaca dapat mencerdaskan kehidupan bangsa. Kami bersikukuh dengan pegiat literasi untuk membangun kesadaran bahwa membaca jadi bagian kehidupan kita,” ujarnya.
Uli menyebutkan, BBW dilakukan di 17 negara, termasuk ASEAN, kecuali Singapura. Jika melihat Singapura dengan tingkat literasi masyarakat tinggi, negara menjadi aman, tertib, dan nyaman. Para siswa diwajibkan membaca lima buku per semester. Ketika hendak ujian, siswa ditanya tentang buku yang dibaca.
”Kita ingin kebiasaan membaca itu bukan lagi karena disuruh-suruh, tapi jadi bagian kehidupan. Karena itu, menghadirkan dunia literasi di pusat perbelanjaan modern ini adalah upaya untuk menjadikan membaca buku sebagai bagian dari gaya hidup keren masa kini,” tuturnya.
Vice President PT Bank Central Asia Tbk Fandy memaparkan, BCA mendukung berbagai upaya meningkatkan literasi dan mutu pendidikan di Indonesia. Salah satunya dengan terus mendukung program bazar buku internasional BBW di Indonesia. Kini, di Indonesia, BBW sudah ada di tujuh kota.
Menghadirkan dunia literasi di pusat perbelanjaan modern ini adalah upaya untuk menjadikan membaca buku sebagai bagian dari gaya hidup keren masa kini.
”Untuk gelaran BBW di mal ini, ada flash sale buku yang harganya hanya Rp 100. Ada juga promo tambahan bagi nasabah BCA, termasuk pay later atau cicilan tiga atau enam bulan dengan bunga nol persen. Kami ingin membawa literasi ini jadi bagian kehidupan masyarakat agar warga gemar membaca,” kata Fandy.
Potongan harga buku yang digelar BBW Bookish Wonderland dengan tema #BacaItuKeren di mal mencapai 90 persen.
Menurut rencana, BBW akan mengadakan tur ke enam kota, yaitu Jakarta, Bandung, Surabaya, Yogyakarta, Balikpapan, dan Semarang, serta BBW Bookish Wonderland yang akan jadi kejutan sebagai tambahan perjalanan tur.
BBW Bookish Wonderland akan menghadirkan pengalaman berbelanja buku yang luar biasa, koleksi buku internasional dengan terjangkau, berbagai kejutan berhadiah, dan promosi menarik lainnya.
Menyalurkan buku bacaan
Untuk meningkatkan literasi siswa, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) meluncurkan beberapa inisiatif dalam menyalurkan buku bacaan bermutu ke sekolah-sekolah.
Pada tahun 2022, lebih dari 15 juta eksemplar buku bacaan bermutu disalurkan ke lebih dari 20.000 PAUD dan SD yang membutuhkan di Indonesia. Hal ini disertai pelatihan dan pendampingan untuk membantu sekolah memanfaatkan buku-buku yang diterima.
Ajakan bergotong royong untuk meningkatkan literasi melibatkan akademisi, pegiat literasi, kepala sekolah, guru, hingga filantropi. Salah satu dukungan datang dari Tanoto Foundation lewat program Gerakan Buku Bacaan Bermutu.
Baca juga : Dukung Akses Buku Bacaan Anak di Daerah 3T
Penyerahan buku bacaan bermutu pekan ini dilakukan di SDN 018 Tenggarong Seberang, Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur.
Direktur Pendidikan Dasar Tanoto Foundation Margaretha Ari Widowati menuturkan, dalam kolaborasi ini, Tanoto Foundation bersama Kemendikbudristek mendistribusikan 156 judul buku dengan total 76.752 buku di 12 kabupaten.
Program tersebut juga dilengkapi dengan pelatihan untuk guru. Pelatihan diikuti sembilan kepala sekolah dan 19 guru dari sekolah-sekolah di Kutai Kartanegara. Mereka mempelajari pemanfaatan buku untuk menumbuhkan minat baca siswa serta penggunaannya dalam pembelajaran.
”Bersama-sama, kami tidak hanya memberikan buku berkualitas, tetapi juga memberikan pelatihan pada guru di Kabupaten Kutai Kartanegara untuk mengoptimalkan penggunaan buku dalam pembelajaran,” kata Margaretha.
”Kami sangat mengapresiasi para guru yang telah bekerja keras untuk mendidik generasi muda Indonesia,” ujarnya. Harapannya, upaya bersama ini terus menciptakan dampak positif dalam meningkatkan kemampuan literasi anak-anak Indonesia.
Sementara Kepala Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kemendikbudristek Endang Aminudin Azis mengutarakan, pada tahun 2024, Badan Bahasa menargetkan mencetak 20 juta sampai 21 juta eksemplar buku dengan target 31.000 sekolah di luar sekolah yang sudah menerima sebelumnya.
”Kami juga temukan ada beberapa sekolah membiarkan buku-buku yang diterima. Jadi, kami meminta kepada dinas pendidikan setempat untuk menginstruksikan sekolah penerima agar menggunakan buku yang diterima tanpa takut ada tagihan karena diberikan secara gratis,” katanya.