Meningkatkan Layanan BPJS Kesehatan
Tahun 2024, BPJS Kesehatan genap berusia 10 tahun. Pelayanan yang diberikan kepada para peserta JKN-KIS diharapkan membaik.
Tahun depan BPJS kesehatan akan berusia sepuluh tahun. Sejak diluncurkan sepuluh tahun yang lalu, BPJS kesehatan telah melalui masa-masa sulit dan kita bersyukur saat ini BPJS kesehatan sudah semakin kuat. Jumlah pesertanya termasuk terbanyak dibandingkan dengan asuransi kesehatan di negeri lain karena penduduk kita memang peringkat empat terbesar di dunia. Pada waktu BPJS baru dimulai, banyak suara sumbang yang menyatakan bahwa program ini tak akan dapat mengatasi jaminan pembiayaan kesehatan di negeri kita.
Saya masuk BPJS sekitar delapan tahun yang lalu. Pengalaman sekitar delapan tahun ini dapat merupakan gambaran kemajuan layanan BPJS yang saya rasakan. Kami sekeluarga, saya dan istri serta kedua anak remaja, menjadi peserta BPJS berbayar. Semula agak terasa berat menyisihkan iuran BPJS untuk empat orang karena saya hanya pedagang perantara dan istri saya punya warung makanan sederhana di rumah. Anak pertama laki-laki kuliah semester empat di perguruan tinggi, sedangkan anak kami yang kedua, perempuan, sekarang kelas 3 SMU.
Istri saya secara disiplin menyisihkan dana untuk membayar iuran BPJS. Saya 52 tahun, memiliki penyakit jantung koroner dan darah tinggi, sedangkan istri 49 tahun menderita diabetes melitus. Kami berdua secara teratur berobat. Untunglah penyakit kami terdiagnosis dini sehingga belum ada komplikasi. Saya dan istri sebulan sekali ke puskesmas dan kadang-kadang jika diperlukan di rujuk ke rumah sakit.
Baca juga : Penguatan Ekosistem Anti-”Fraud” Cegah Kecurangan Jaminan Kesehatan Nasional
Kami merasa dukungan pembiayaan BPJS amat membantu. Saya harus menjalani pemeriksaan laboratorium yang cukup lengkap dan tentu mahal, bahkan juga harus menjalani ekokardiografi. Pada waktu ada keluhan nyeri dada, dokter tadinya sudah merencanakan pemeriksaan kateterisasi jantung dengan kemungkinan pemasangan stent jantung. Biayanya tentu tak sedikit. Untunglah kemudian keadaan saya membaik dan pemeriksaan tersebut tak jadi dilakukan.
Istri saya menjalani pemeriksaan untuk komplikasi diabetes melitus mulai dari pemeriksaan jantung, ginjal, hingga mata. Untunglah semua masih baik. Dia dianjurkan untuk mengatur makanan, berolahraga, dan minum obat penurun gula darah. Kedua anak saya jarang sekali sakit. Biasanya hanya flu dan berobat ke puskesmas sudah membaik. Dulu, sistem rujukan BPJS amat ketat dan memerlukan dukungan banyak surat pengantar dengan fotokopi yang tak sedikit. Sekarang rasanya sudah lebih lancar. Saya juga sudah jarang ke kantor BPJS Kesehatan. Setahu saya, BPJS kesehatan juga telah mampu membiayai tindakan cuci darah, terapi kanker, serta operasi besar yang mahal. Sebagai anggota masyarakat, saya berharap BPJS Kesehatan dapat berlanjut, prosedurnya lebih sederhana, dan cakupannya lebih luas lagi.
Baca juga : UU Kesehatan dan Antrean Rawat Inap Pasien BPJS
Saya ingin menanyakan pendapat dokter, apakah tenaga kesehatan sudah puas dengan adanya BPJS Kesehatan ini? Saya mendengar bahwa honorarium untuk layanan BPJS Kesehatan masih rendah dan pembayarannya masih sering terlambat. Benarkah demikian? Apa harapan tenaga kesehatan pada BPJS Kesehatan agar lembaga ini semakin kuat, berkembang, dan semakin meningkatkan mutu layanannya? Terima kasih atas pendapat Dokter.
M di S
Ya, tidak terasa BPJS Kesehatan yang mulai bekerja sejak tahun 2014 akan berusia sepuluh tahun. Dibandingkan dengan asuransi kesehatan nasional negara tetangga, kita sebenarnya masih tertinggal. Asuransi kesehatan nasional Thailand sekarang telah 20 tahun. Total jumlah peserta BPJS kita mencapai 262 juta pada tahun 2023 ini atau 94 persen penduduk Indonesia. Sementara dana investasi yang dikelola pada Agustus 2023 ini mencapai Rp 95,14 triliun. Sebelumnya, BPJS Kesehatan sering mengalami defisit, semoga di masa depan dana BPJS Kesehatan akan tetap positif.
Persepsi tenaga kesehatan terhadap BPJS Kesehatan amat positif. Sebelum kehadiran BPJS Kesehatan, para dokter menghadapi dilema, tak dapat memberi pengobatan atau melakukan tindakan medis pada pasien yang memerlukan karena pasien tak mempunyai dana untuk biaya. Dengan dukungan BPJS Kesehatan, sekarang banyak sekali terapi dan tindakan medis yang telah dilakukan. Bukan hanya tindakan hemodialisis, sekarang cangkok ginjal juga sudah mendapat bantuan dana BPJS Kesehatan. Saya sepenuhnya sependapat dengan Anda, BPJS Kesehatan adalah milik kita semua dan kita harus menjaganya agar dapat tumbuh dan berkembang.
Efisiensi dan koordinasi
Salah satu tugas pengelola BPJS Kesehatan tentulah menjaga agar dana yang terbatas dapat dimanfaatkan sebaik-baiknya untuk memelihara kesehatan masyarakat. Untuk tujuan tersebut, pemborosan serta tindakan medis yang tak diperlukaan harus dicegah. Pengelolaan penyakit sekarang ini sudah ada standar prosedurnya sehingga tak lagi bergantung pada selera dokter secara perorangan. BPJS Kesehatan juga harus menjaga agar likuiditasnya terjaga. Para peserta tentu harus patuh membayar iuran. Dewasa ini jumlah peserta nonaktif yang tak membayar iuran masih tinggi.
Untuk menjaga agar dana BPJS kesehatan digunakan secara benar, sering kali peserta dibebani kewajiban termasuk fotokopi berbagai surat untuk tanda bukti. Dengan digitalisasi, secara bertahap layanan BPJS Kesehatan jadi lebih mudah.
Pembinaan tenaga kesehatan, layanan kesehatan yang merata, serta pembiayaan kesehatan yang memadai merupakan unsur penting peningkatan taraf kesehatan masyarakat. Ketiga unsur tersebut saling terkait dan saling memengaruhi. Karena itu, para pengelola BPJS Kesehatan perlu menyadari bahwa pengembangan ke depan harus disertai dengan perbaikan layanan serta kesejahteraan tenaga kesehatan. Meski BPJS Kesehatan mempunyai dana besar, jika minat menjadi tenaga kesehatan menurun karena kesejahteraannya kurang atau rumah sakit banyak yang tutup karena merugi, BPJS Kesehatan tak akan dapat maju sendiri. Sebaliknya, fasilitas dan tenaga kesehatan juga harus memelihara BPJS Kesehatan kita agar tetap sehat dan berkembang.
Pemborosan serta tindakan medis yang tak diperlukaan harus dicegah.
Koordinasi merupakan hal yang penting. Dalam layanan HIV/AIDS pemerintah telah menerapkan kebijakan pemberian obat antiretroviral (ARV) multibulan kepada ODHIV (orang dengan HIV). ODHIV yang jumlah virusnya sudah tak terdeteksi, keadaannya baik, dapat diberikan obat ARV setiap tiga bulan. Kebijakan ini amat menolong baik penderita maupun layanan kesehatan. Namun, BPJS Kesehatan mengharuskan peserta datang sendiri sebulan sekali untuk mendapat obat ARV. Alangkah baiknya jika kebijakan ini dapat sejalan sehingga peserta BPJS Kesehatan juga dapat menikmati kebijakan tersebut.
Satu hal lagi yang penting adalah agar BPJS Kesehatan aktif dalam penyuluhan dan pencegahan, tidak hanya kuratif. Dalam jangka panjang, penyuluhan dan pencegahan penyakit akan meningkatkan taraf kesehatan masyarakat dan dapat menghemat biaya pengobatan. Kita berharap BPJS Kesehatan akan membiayai klinik henti rokok, klinik pengaturan berat badan, dan imunisasi orang dewasa. Kita doakan BPJS Kesehatan semakin kuat dan mutu layanannya meningkat.