Mengubah mobilitas dari kendaraan pribadi ke aktivitas fisik, seperti berjalan dan berlari, dapat turut menjaga kesehatan sekaligus berkontribusi mengurangi emisi.
Oleh
PRADIPTA PANDU
·4 menit baca
Hampir setiap hari Nurul (34) menghabiskan waktu setengah jam berjalan kaki saat hendak berangkat ataupun pulang dari Stasiun Sudirman menuju tempat kerjanya yang masih satu area di kawasan Jalan Jenderal Sudirman, Jakarta. Kegiatan ini dilakukannya untuk menghindari kemacetan di berbagai ruas di Jakarta saat hari kerja.
Menggunakan transportasi umum dan dilanjutkan dengan berjalan kaki merupakan pilihan yang paling bijak bagi Nurul sebagai pekerja kantor yang tinggal di daerah Citayam, Bogor, Jawa Barat. Pilihan ini jauh lebih menghemat waktu dan biaya bila dibandingkan dengan harus menggunakan kendaraan pribadi menuju tempat kerjanya di Jakarta yang berjarak 35 kilometer.
Bagi Nurul, berjalan kaki setiap hari membantunya untuk tetap bisa beraktivitas fisik di tengah kesibukan kerja. Di sisi lain, ia juga menyadari bahwa menggunakan transportasi umum dan berjalan kaki bisa menurunkan polusi dari pemakaian kendaraan pribadi.
”Jadi, alasan utama berjalan kaki setiap hari, yaitu untuk efektivitas dan efisiensi dalam menuju tempat kerja. Alasan lainnya, yaitu untuk berolahraga kecil karena berjalan kaki itu sehat dan bisa memperkuat tulang kita,” katanya, Minggu (10/12/2023).
Aktivitas yang dilakukan Nurul sebenarnya turut berkontribusi mengurangi emisi gas rumah kaca di perkotaan. Upaya untuk mengurangi emisi gas rumah kaca bisa dimulai dari gaya hidup sehari-hari, salah satunya dilakukan dengan beralih dari moda transportasi pasif, seperti mengemudi mobil atau motor, ke moda transportasi aktif, seperti berjalan kaki.
Hasil kajian yang dipimpin University of Oxford’s Transport Studies Unit bersama peneliti dari Imperial College London, Inggris, menunjukkan, melakukan peralihan gaya hidup dari berkendara ke berjalan kaki selama satu hari dalam seminggu berdampak signifikan terhadap emisi karbon pribadi di perkotaan. Tim peneliti menemukan peralihan gaya hidup ini dapat menghemat seperempat emisi karbon dioksida pribadi dari transportasi.
Studi yang terbit di jurnal Global Environmental Changetahun 2021 ini adalah studi pertama mengenai dampak pengurangan karbon dari perubahan gaya hidup berbasis kota. Studi ini mengungkapkan peningkatan mobilitas aktif secara signifikan menurunkan jejak karbon, bahkan di kota-kota di Eropa yang sudah mempunyai frekuensi berjalan kaki yang tinggi.
Beralih dari penggunaan mobil ke aktivitas fisik merupakan hal yang penting dan harus dilakukan karena memberikan dampak nyata di perkotaan.
Guna mengetahui dampak dari berjalan kaki bagi penurunan emisi, tim peneliti mengikuti hampir 2.000 orang di tujuh kota di Eropa, yakni Antwerp (Belgia), Barcelona (Spanyol), London (Inggris), Orebro (Swedia), Roma (Italia), Vienna (Austria), dan Zurich (Swiss).
Tim peneliti kemudian mengumpulkan data tentang perilaku perjalanan sehari-hari, tujuan perjalanan, serta informasi mengenai lokasi rumah dan lokasi kerja atau belajar mereka. Kemudian, peneliti juga melihat apakah subyek penelitian tersebut memiliki akses terhadap transportasi umum beserta faktor sosial ekonomi mereka.
Setelah itu, tim peneliti melakukan pemodelan statistik terhadap data tersebut. permodelan ini bertujuan untuk menilai bagaimana perubahan mobilitas aktif, moda utama perjalanan sehari-hari, dan frekuensi bersepeda memengaruhi emisi karbon dioksida.
Peneliti utama studi ini dari Universitas Oxford, Christian Brand, mengatakan, tim peneliti menemukan potensipenurunan emisi yang signifikan. Tercatat seseorang yang beralih satu kali perjalanan per hari dari mengemudi mobil ke bersepeda atau berjalan kaki dapat mengurangi jejak karbon mereka sekitar 0,5 ton dalam setahun.
”Bila diasumsikan 10 persen saja populasi yang mengubah perilaku perjalanannya, penurunan emisi ini akan mencapai sekitar 4 persen. Jadi, beralih dari penggunaan mobil ke aktivitas fisik merupakan hal yang penting dan harus dilakukan karena memberikan dampak nyata di perkotaan,” ucapnya dikutip dari situs resmi Imperial College London.
Selain itu, para peneliti juga menyatakan, berjalan kaki tidak hanya berdampak baik bagi iklim dan Bumi. Lebih dari itu, aktivitas ini juga bisa mengurangi kesenjangan sosial dan meningkatkan kesehatan masyarakat serta kualitas kehidupan perkotaan yang lebih baik.
Semangat berlari
Selain berjalan kaki, semangat untuk menggaungkan aktivitas fisik, seperti berlari, juga ditunjukkan dalam ajang lari PLN Electric Run 2023 yang berlangsung di Scientia Square Park, Gading Serpong, Tangerang, Minggu (10/12/2023). Melalui tema ”Running the New Spirit”, PLN Electric Run 2023 diharapkan bisa menjadi sarana berkompetisi bagi semua kalangan pelari dengan membawa semangat ramah lingkungan.
PLN Electric Run 2023 akan memberikan pemahaman sekaligus meningkatkan kesadaran para peserta untuk mengurangi emisi karbon yang biasanya dihasilkan oleh mobil. Ajang lari ini juga menargetkan dapat mengurangi emisi sebanyak 11.880 kilogram karbon dioksida.
”Terdapat tiga kategori, yaitu 5k, 10k, dan half marathon. Dari tiga kategori ini, bila kita asumsikan, yaitu bisa mereduksi emisi karbon sekitar 12 kilogram. Dengan 5.000 peserta, maka diasumsikan kita bisa mencapai penurunan emisi 11.880 kilogram,” kata Executive Vice President (EVP) Niaga dan Pemasaran PLN Fientje Lumembang, Jumat (8/12/2023).
Direktur Utama PT PLN Darmawan Prasodjo dalam acara peluncuran PLN Electric Run 2023 beberapa waktu lalu menyebut bahwa salah satu latar belakang diselenggarakannya ajang lari ini tidak terlepas dari adanya tantangan pemanasan global akibat peningkatan emisi gas rumah kaca. Upaya menurunkan emisi pun harus melibatkan seluruh lapisan masyarakat.
Aktivitas fisik seperti berlari, kata Darmawan, merupakan bentuk mobilitas tanpa emisi. Aktivitas ini jauh lebih ramah lingkungan dibandingkan dengan penggunaan kendaraan dari bahan bakar minyak (BBM) yang menghasilkan emisi. Hal ini menggambarkan potensi besar dalam mengurangi emisi dengan berlari sebagai alternatif mobilitas yang ramah lingkungan.
Berbagai hasil riset telah menunjukkan bahwa aktivitas fisik, seperti berjalan, bersepeda, dan berlari, tidak hanya bermanfaat untuk kesehatan, tetapi juga lingkungan sekitar. Jadi, mari berjalan dan berlari untuk kesehatan sekaligus menyelamatkan Bumi.