Dampak Pandemi, Penyakit Menular Terabaikan Terus Meningkat
Selama pandemi penanganan sejumlah penyakit menular lain tidak optimal. Hal ini berdampak pada peningkatan berbagai penyakit menular di masyarakat.
Oleh
DEONISIA ARLINTA
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS – Selama masa pandemi Covid-19, seluruh perhatian dalam penanganan berbagai penyakit telah tersita. Hal ini membuat upaya pengendalian penyakit selain Covid-19 menjadi tidak optimal dan tidak terkendali. Laporan peningkatan kasus yang terjadi saat ini pun diprediksi akan terus meningkat.
Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Kementerian Kesehatan Imran Pambudi ditemui di kantor Kementerian Kesehatan di Jakarta, Rabu (20/12/2023), mengatakan, kasus penyakit menular terabaikan seperti rabies dan kusta, serta penyakit menular lain, seperti tuberkulosis dilaporkan terus meningkat. Hal itu terjadi karena selama masa pandemi, upaya penemuan kasus baru menurun secara signifikan.
Kasus baru yang tidak ditemukan berarti tidak bisa segera ditangani dan diobati sehingga risiko penularan pun semakin meluas. Selain itu, upaya pengobatan di masyarakat selama pandemi juga berkurang karena sebagian besar masyarakat takut dan khawatir untuk datang ke fasilitas kesehatan.
Kasus baru yang tidak ditemukan berarti tidak bisa segera ditangani dan diobati sehingga risiko penularan pun semakin meluas. Selain itu, upaya pengobatan di masyarakat selama pandemi juga berkurang.
”Peningkatan kasus dari tuberkulosis, kusta, dan rabies diperkirakan akan terus meningkat selama 2-3 tahun setelah pandemi. Ini harus diantisipasi dengan mulai memperkuat kembali penemuan kasus di masyarakat,” tuturnya.
Merujuk pada data Kementerian Kesehatan, tren kasus kematian tuberkulosis laporkan meningkat. Padahal, jumlah kasus tuberkulosis yang ditemukan menurun. Per 18 Desember 2023, kematian akibat tuberkulosis yang terjadi pada 2023 mencapai 20.867 kasus. Itu meningkat dari tahun 2018 yang dilaporkan sebanyak 10.682 kasus, 2019 sebesar 12.469 kasus, 2020 sebanyak kasus 13.110 kasus, dan 2021 sebanyak 14.152 kasus.
Sementara kasus tuberkulosis yang ditemukan pada 2018 sebanyak 570.289 kasus, pada 2019 sebanyak 568.987 kasus, pada 2020 sebanyak 393.323 kasus, pada 2021 sebanyak 443.235 kasus, dan 2023 baru kembali meningkat menjadi 768.422 kasus.
Peningkatan kasus juga terjadi pada penyakit kusta dan rabies. Pada penyakit kusta, jumlah kasus yang terdata hingga triwulan ketiga 2023 mencapai 18.886 kasus. Angka itu bahkan lebih tinggi daripada tahun 2018 yang dilaporkan sebanyak 18.529 kasus. Pada kasus rabies, peningkatan tidak hanya ditemukan pada angka kasus gigitan hewan penular rabies melainkan juga angka kematian.
Angka gigitan hewan penular rabies pada 2018 dilaporkan sebanyak 80. 617 kasus. Meningkat menjadi 94.841 kasus pada 2019 dan mulai menurun pada 2021 menjadi 57.257 kasus. Setelah itu, peningkatan dilaporkan signifikan setidaknya menjadi 154.877 kasus per November 2023. Sementara pada kematian, pada 2018 dilaporkan sebanyak 111 kasus, 2019 sebanyak 105 kasus, pada 2021 sebanyak 62 kasus, dan 117 kasus pada 2023.
Imran menyampaikan, upaya pengendalian penyakit menular di masyarakat harus kembali ditingkatkan. Upaya pencegahan, penemuan kasus, serta surveilans perlu diperkuat agar kasus yang ada di masyarakat dapat segera ditangani agar penularan tidak semakin meluas.
”Kesadaran serta kesediaan masyarakat untuk mau diperiksa dan diobati juga sangat penting sebagai kunci pengendalian penyakit menular. Upaya mitigasi juga disiapkan dengan baik untuk mengantisipasi jika kasus semakin meningkat,” tuturnya.
Penanggulangan
Secara terpisah, Direktur Pascasarjana Universitas Yarsi yang juga Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Tjandra Yoga Aditama mengatakan, berbagai peringatan sebenarnya sudah disampaikan pada berbagai pemangku kepentingan untuk tidak menelantarkan upaya pengendalian penyakit menular lain selama masa pandemi Covid-19. Ancaman penyakit menular lain akan semakin meningkat jika upaya pengendalian mengendur.
Menurut dia, ketika pandemi terjadi, tidak hanya terjadi penurunan pada upaya pemeriksaan dan penemuan kasus di masyarakat, tetapi juga pada upaya penyuluhan, pencegahan, dan pengobatan. Karena itu, upaya penanggulangan berbagai penyakit harus dilakukan secara lebih baik dibandingkan dengan sebelum pandemi untuk mengatasi ketertinggalan.
”Kita punya beberapa target pengendalian penyakit menular dan target-target ini harus dicapai dengan penerapan road map yang jelas. Kita harus segera bisa mengeliminasi dan bahkan mengeradikasi beberapa penyakit menular terabaikan. Kasus ini jumlahnya tinggal sedikit tetapi tidak hilang-hilang. Jadi, perlu komitmen agar bisa-bisa dihilangkan,” ujar Tjandra.