Kementerian Kesehatan melaporkan temuan 41 kasus Covid-19 subvarian Omicron JN.1 di Indonesia. Gejalanya cenderung ringan.
Oleh
DEONISIA ARLINTA
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Kementerian Kesehatan, per 19 Desember 2023, telah melaporkan temuan 41 kasus Covid-19 subvarian Omicron JN.1 di Indonesia. Gejala yang ditimbulkan subvarian tersebut cenderung ringan, tetapi masyarakat, terutama kelompok rentan, diharapkan tetap waspada.
Direktur Jenderal Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Kementerian Kesehatan Maxi Rein Rondonuwu mengatakan, kasus Covid-19 subvarian JN.1 sudah ditemukan di Indonesia sejak November 2023. Kasus Covid-19 subvarian JN.1 setidaknya ditemukan pada lima kasus yang sampelnya diambil pada November 2023 dan 36 kasus yang sampelnya diambil pada Desember 2023.
”Gejalanya (subvarian JN.1) sama ringannya (dengan Omicron lain),” ucapnya di Jakarta, Rabu (20/12/2023).
Subvarian JN.1 sebelumnya dilaporkan oleh Pemerintah Singapura sebagai subvarian Omicron yang menjadi salah satu penyebab lonjakan kasus Covid-19 di negara tersebut. Mengutip laman resmi Kementerian Kesehatan Singapura, peningkatan kasus telah terjadi setidaknya dalam sepekan terakhir. Pada 3-9 Desember 2023 kasus dilaporkan naik menjadi 56.043 kasus dibandingkan dengan 32.035 kasus pada minggu sebelumnya.
Maxi menuturkan, peningkatan kasus Covid-19 juga telah dilaporkan di Indonesia sejak akhir November 2023 dan diperkirakan masih akan meningkat hingga pertengahan Januari 2024. Jumlah kasus baru akan sangat bergantung pada tingkat mobilitas serta pemeriksaan yang dilaporkan oleh masyarakat.
Gejalanya (subvarian JN.1) sama ringannya (dengan Omicron lain).
Rendahnya angka pemeriksaan Covid-19 saat ini membuat kasus positif yang dilaporkan di Indonesia menjadi cukup tinggi, mencapai 12,3 persen dari 3.924 pemeriksaan.
Secara terpisah, Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Imran Pambudi menyampaikan, penularan akibat subvarian JN.1 umumnya sama dengan varian Omicron lainnya. Sekalipun penularannya cepat, tingkat fatalitasnya rendah.
Meski begitu, masyarakat harus tetap waspada. Penularan Covid-19 tetap dapat berdampak fatal apabila terjadi pada kelompok rentan, seperti warga lansia, masyarakat dengan penyakit penyerta, ataupun masyarakat dengan gangguan imun tubuh.
Kasus kematian terkait Covid-19 yang dilaporkan umumnya terjadi pada masyarakat dengan penyakit penyerta. Pada Desember 2023 setidaknya telah dilaporkan ada 8 kematian terkait Covid-19.
”Masyarakat kini diajak kembali untuk bisa memperkuat PHBS (perilaku hidup bersih sehat). Cuci tangan dengan air dan sabun, memakai masker ketika sedang sakit atau berada di kerumunan, serta sebaiknya tidak bepergian saat sakit. Vaksinasi juga penting untuk segera dilengkapi, terutama pada kelompok rentan,” tutur Imran.
Sebelumnya, Ketua Umum Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia (Papdi) Sally Aman Nasution dalam konferensi pers di Jakarta, Senin (18/12/2023), menuturkan, protokol kesehatan menjadi kunci dalam perlindungan diri dari penularan Covid-19. Protokol kesehatan sebaiknya diterapkan secara baik, khususnya oleh masyarakat yang hendak melakukan perjalanan, baik ke luar negeri maupun di dalam negeri.
Vaksinasi juga harus segera dilengkapi. Manfaat vaksin Covid-19 akan maksimal jika diberikan setidaknya dua minggu sebelum seseorang akan melakukan perjalanan. ”Namun, saya kira tidak ada kata terlambat untuk mendapatkan vaksin karena mungkin perjalanan dilakukan bisa sampai seminggu ke depan. Jadi, sangat dianjurkan untuk segera mendapatkan vaksinasi Covid-19 sebagai perlindungan,” ujar Sally.