Tur virtual 360 memberikan pengalaman tiga dimensi yang imersif dengan mengelilingi Candi Borobudur hanya dalam genggaman.
Oleh
STEPHANUS ARANDITIO
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Masyarakat kini tidak harus pergi ke Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, untuk melihat Candi Borobudur. Candi peninggalan abad kedelapan itu kini bisa ditapaki dari jarak jauh melalui teknologi pencitraan virtual dengan video 360 derajat yang bisa diakses di mana saja.
Tur virtual 360 ini memberikan pengalaman tiga dimensi yang imersif bagi masyarakat dengan mengelilingi Candi Borobudur hanya dalam genggaman. Dengan tur virtual ini, masyarakat bisa mengetahui setiap detail cerita hingga ke stupa paling atas tanpa dibatasi waktu. Berbeda ketika datang langsung yang kini terbatas hanya 1 jam demi kelestarian candi.
Inovasi ini digagas Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Buddha Kementerian Agama dan diluncurkan pada acara Devotion Experience (Dev-X) di Jakarta Convention Center (JCC) pada 5-7 Januari 2024. Direktur Jenderal Bimas Buddha Supriyadi mengatakan, layanan pencitraan virtual Borobudur 360 ini mendukung peran Candi Borobudur sebagai warisan dunia sekaligus sebagai pusat ibadah umat Buddha di dunia.
”Ini menjadikan kebanggaan masyarakat Indonesia pada warisan budayanya semakin kental. Khususnya untuk penganut agama Buddha, aplikasi ini dapat menjadi ruang wisata religi di era digital yang bermanfaat,” kata Supriyadi, Minggu (7/1/2024).
Kepala Biro Humas, Data, dan Informasi Kementerian Agama Akhmad Fauzin menjelaskan, dengan adanya pencitraan virtual ini, pemerintah akan terus mengutamakan pengembalian fungsi utama Candi Borobudur sebagai tempat ibadah daripada pariwisata. ”Selama ini, candi hanya dianggap sebagai warisan dan cagar budaya saja, tetapi fungsi keagamaannya masih minim. Sekarang dimaksimalkan,” tuturnya.
Tur virtual ini bisa dinikmati dengan mengakses laman Ditjen Binmas Buddha melalui gawai masing-masing. Namun, untuk pengalaman virtual yang lebih menyenangkan, disarankan menggunakan perangkat pencitraan virtual, seperti kacamata, headset, dan konsol.
Lindra Hismanto dari Studio Ubud selaku pengembang fitur virtual ini mengatakan, proses desain pencitraan virtual Borobudur 360 membutuhkan waktu selama dua bulan, November-Desember 2023. Sementara untuk pengambilan foto membutuhkan waktu empat hari. Sedikitnya ada 700 foto dengan sudut pengambilan yang menyeluruh dan kualitas pencahayaan terbaik lalu dipadukan menjadi tur virtual.
”Waktu itu, kami memilih hari-hari dengan kondisi pencahayaan terbaik untuk meminimalkan bayangan matahari dan memberikan detail yang lebih jelas,” kata Lindra.
Selama tur, masyarakat akan dipandu oleh suara narator untuk mengelilingi setiap sudut dari candi seluas 2.500 meter persegi ini. Narator akan memperkenalkan satu per satu bagian dari candi sesuai dengan bagian yang dipilih pengguna secara virtual.
Kami ingin merayakan keberagaman dengan cara yang menarik bagi anak muda.
Narator berbasis kecerdasan buatan akan menjelaskan satu per satu sudut Candi Borobudur, mulai dari bagian lima teras persegi dan tiga teras bundar dengan 72 stupa, serta satu stupa besar di puncak. Ada pula lorong sempit yang terbentuk oleh pagar langkan di sekeliling teras. Setiap teras persegi menghadap ke empat arah mata angin. Di pagar langkan, ada 504 arca Buddha dengan berbagai pose.
Pada situs warisan dunia UNESCO ini terdapat 1.460 relief yang menceritakan kisah dan 1.212 relief hias, dengan total 2.672 panel yang menutupi area 2.500 meter persegi. Jika direnggangkan, panjang total relief ini mencapai 3.000 meter.
Fitur tur visual di Borobudur ini disambut gembira para pengunjung. Salah satunya Sani (10) yang tampak menarik orangtuanya ke area demo virtual Borobubur 360. Dia penasaran dan meminta petugas membantunya. Anak yang tinggal di Jagakarsa, Jakarta Selatan, ini mengaku belum pernah ke Candi Borobudur. Dia hanya mengenal candi ini dari pelajaran di sekolah.
”Senang sekali, mau beli alatnya kalau boleh, tetapi ada di handphone juga,” kata Sani.
Merayakan keberagaman
Kementerian Agama menggelar pameran Devotion Experience (Dev-X) untuk pertama kalinya sebagai upaya untuk mengedukasi masyarakat, khususnya anak muda, tentang keberagaman agama di Indonesia secara gratis. Semua perwakilan agama disiapkan untuk menampilkan kekhasannya di tempat terbuka agar semua orang bisa mengenali.
Sesi diskusi pun diisi oleh pembicara yang populer di kalangan anak muda. Mulai dari Husein Jafar Al Hadar atau Habib Jafar, Ustaz Maulana, Bhante Dhirrapunno, sederet komedian mulai dari Boris Bokir, Oza Rangkuti, Sastra Silalahi, Arafah, Yusril Fahriza, hingga musisi Onadio Leonardi, Marcello Tahitoe, dan Salma Salsabil.
”Hingga hari penutupan ini, pengunjungnya sudah 17.000 lebih dan masih terus bertambah. Kami ingin merayakan keberagaman dengan cara yang menarik bagi anak muda, harapannya bisa menjadi agenda tahunan,” kata Akhmad.
Selain VR Borobudur 360, Kemenag juga meluncurkan aplikasi Pegon Virtual Keyboard. Aksara pegon dulu digunakan untuk menuliskan teks-teks keagamaan, teks sastra, surat menyurat, mantra, dan lainnya. Penggunaan aksara pegon dalam konteks peperangan juga menjadi salah satu strategi komunikasi para pejuang bangsa dalam rangka mengelabuhi kolonial.