Harian ”Kompas” memiliki data sejarah yang berjalan sejak tahun 1965 hingga sekarang yang bisa dimanfaatkan publik.
Oleh
ALOYSIUS BUDI KURNIAWAN
·3 menit baca
SLEMAN, KOMPAS — Harian Kompas membuka pelayanan data gratis untuk publik di Omah Petroek, Karangklethak, Desa Hargobinangun, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, Sabtu (28/1/2024). Pelayanan data ini menyediakan arsip-arsip harian Kompas dari tahun 1965 hingga sekarang.
Untuk menandai pembukaan layanan data, Kompas didukung Kalbe dan Omah Petroek menggelar lokakarya ”Pemanfaatan Arsip Harian untuk Penulisan Karya Ilmiah” pada 28-29 Januari 2024. Sebanyak 113 mahasiswa dan 10 dosen ikut dalam lokakarya ini.
Kenduri bersama yang diikuti para mahasiswa menjadi seremoni dibukanya layanan data Kompas. Ritual kenduri diiringi dengan tarian dari penari Kinanti Sekar Rahina di kompleks Taman Yakopan, Omah Petroek.
Ratusan mahasiswa yang ikutlokakarya ini berasal dari sejumlah universitas di Yogyakarta, meliputi Universitas Gadjah Mada, Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta, Universitas Negeri Yogyakarta, Universitas Atma Jaya Yogyakarta, Universitas Amikom Yogyakarta, Universitas Islam Indonesia, Universitas Sanata Dharma, dan Universitas Kristen Duta Wacana.
”Kita masih sangat minim bersinggungan dengan penggunaan arsip-arsip berita sehingga kadang ahistoris. Hal ini pula yang terjadi pada fenomena pemilihan umum 2024 ini. Arsip-arsip atau berita-berita terdahulu perlu dibaca agar kita lebih memiliki pemahaman yang benar tentang sejarah Indonesia,” kata General Manager Litbang Kompas Ignatius Kristanto, Sabtu.
Lokakarya ”Pemanfaatan Arsip Harian untuk Penulisan Karya Ilmiah” dimulai dengan sesi pengenalan Kompas Data untuk penyusunan skripsi/tesis, lalu sesi pemanfaatan arsip Kompas, terutama bagaimana caranya membaca hasil survei, pemanfaatan arsip untuk menjalankan survei, pemanfaatan arsip untuk menentukan tema tulisan, dan praktik menulis menggunakan arsip Kompas.
Harian Kompas memiliki data sejarah yang berjalan sejak tahun 1965 hingga sekarang. Data/arsip Kompas bisa dimanfaatkan untuk menyusun karya ilmiah ataupun non-ilmiah. Selain di Omah Petroek, layanan data Kompas juga disediakan di Kantor Kompas Perwakilan Yogyakarta di Jalan Suroto 2A, Kotabaru, Yogyakarta.
”Surga” bagi penulis
Pendiri Omah Petroek sekaligus wartawan senior Sindhunata membayangkan, seandainya ia mengalami zaman sekarang, ketika Kompas sudah bisa mendata artikel-artikel yang diterbitkan sejak 1965, maka ia akan menemukan layanan data Kompas sebagai “surga” bagi penulis.
”Anda tinggal mau apa, ada semua. Begitu setiap saat anda bisa mengakses ini, maka apa pun yang dibutuhkan bisa dicari. Untuk skripsi, tesis, atau disertasi bisa. Anda langsung masuk ke data dan tinggal milih apa. Ini betul-betul penting untuk kita, di samping memperdalamnya lewat buku,” kata Sindhunata.
Di tengah melimpahnya informasi pada era digital ini, diperlukan data dan artikel yang tepercaya, salah satunya dari media massa arus utama, seperti Kompas.
Sindhunata mulai menjadi penulis dan wartawan di Kompas sejak tahun 1977. Tulisan-tulisannya yang terbit di Kompas jumlahnya ribuan.
”Saya dulu mencari tulisan saya sendiri saja setengah mati karena hanya dikumpulkan dengan cara dipotong lalu diarsipkan dengan dibendel. Tapi, sekarang saya bisa membaca tulisan-tulisan saya tentang bola di Kompas mulai dari tahun 1988 sampai sekarang. Mau cari tinggal masukkan kata kunci lalu klik, langsung ketemu semua,” ujarnya.
Omah Petroek sebagai tempat yang dipilih untuk tempat pelayanan data harian Kompas juga memiliki sejarah unik. Tempat ini pada awalnya menjadi tempat khusus bagi para penulis majalah kebudayaan Basis untuk nenepi (menyendiri untuk mengendapkan diri) dan mencari inspirasi dalam menulis. Sindhunata menyebutnya sebagai Domus Scriptorum atau rumah untuk menulis.
Omah Petroek sebagai bagian dari majalah Basis juga menyimpan artikel-artikel lama yang menjadi buah pikiran tokoh-tokoh penting, seperti Zoetmulder, Dick Hartoko, Driyarkara, dan aneka macam memorabilia tentang pendiri Kompas, Jakob Oetama dan PK Ojong.
Bela, salah satu peserta lokakarya dari Universitas Amikom Yogyakarta mengungkapkan, pelatihan menulis dan layanan data sangat dibutuhkan mahasiswa. Di tengah melimpahnya informasi pada era digital ini, diperlukan data dan artikel tepercaya, salah satunya dari media massa arus utama, seperti Kompas.