Transfer Embrio Badak Pertama di Dunia Berhasil Dilakukan
Tim peneliti internasional berhasil melakukan transfer embrio badak pertama di dunia.
Oleh
PRADIPTA PANDU
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Tim peneliti internasional berhasil melakukan transfer embrio badak pertama di dunia. Embrio badak putih selatan diproduksi secara in vitro dari sel telur dan sperma yang dikumpulkan serta ditransfer ke induk penggantinya. Keberhasilan transfer embrio ini dapat membuka jalan bagi penyelamatan spesies badak lainnya dari kepunahan.
Keberhasilan transfer embrio badak pertama di dunia ini dilakukan oleh para ilmuwan dan dokter hewan BioRescue yang dipimpin oleh Institut Penelitian Kebun Binatang dan Margasatwa Leibniz (Leibniz-IZW), Jerman. Pada 24 September 2023, mereka mengumpulkan dan mentransfer embrio badak putih selatan yang diproduksi secara in vitro dari sel telur dan sperma ke induk pengganti di Ol Pejeta Conservancy, Kenya.
Oosit yang digunakan dalam pembuatan embrio diambil dari Elenore, seekor badak putih selatan yang hidup di Kebun Binatang Pairi Daiza di Belgia. Sperma yang digunakan untuk pembuahan berasal dari Athos jantan dari Kebun Binatang Salzburg di Hellbrunn, Austria.
Oosit dari Elenore dibuahi secara in vitro melalui injeksi sperma intracytoplasmic (ICSI) dan dikembangkan menjadi blastoskista di laboratorium Avantea di Cremona, Italia. Sementara untuk transfer embrio di Kenya, para ilmuwan BioRescue mentransfer dua embrio guna meningkatkan peluang keberhasilan.
Sampai saat ini, tim BioRescue telah melakukan 13 transfer embrio pada badak, tiga di Kenya dan sepuluh di Eropa. Tim BioRescue kemudian mengonfirmasi kehamilan 70 hari dengan bayi yang sehat dan mengembangkan embrio jantan sepanjang 6,4 sentimeter.
Meski banyak digunakan pada spesies domestik, teknik transfer embrio ini belum pernah dilakukan pada badak. Para ilmuwan BioRescue mengembangkan sejumlah teknik penelitian mereka sendiri selama beberapa dekade.
Kepala Proyek BioRescue Leibniz-IZW, Thomas Hildebrandt, mengatakan, teknik transfer embrio sudah umum dilakukan untuk manusia dan hewan peliharaan, seperti kuda atau sapi. Namun, bagi badak, hal ini merupakan upaya yang belum dipetakan dan masih dalam tahap pendekatan protokol prosedur.
”Peralatan yang diperlukan harus ditemukan, dikembangkan, dicoba, dan diuji agar aman untuk digunakan. Bersama dengan tim dan banyak mitra, kami mengembangkan perangkat yang benar-benar dapat menemukan dan mengakses lokasi untuk memasukkan embrio kecil ke dalam hewan,” ujarnya dikutip dari situs resmi Leibniz-IZW, Rabu (31/1/2024).
Populasi badak putih utara hanya tersisa dua ekor di dunia, yakni Najin dan Fatu.
Hildebrandt mengakui, untuk mengembangkan teknik ini dengan sempurna membutuhkan waktu selama bertahun-tahun. Ia meyakini, upayanya tersebut berpotensi menjaga kelangsungan hidup spesies badak lainnya, termasuk badak putih utara yang terancam punah.
Sejak tahun 2019, program ilmu konservasi BioRescue telah memproduksi dan melakukan kriopreservasi terhadap 30 embrio badak putih utara. Saat ini, embrio tersebut disimpan dalam nitrogen cair pada suhu minus 196 derajat celcius di Berlin, Jerman, dan Cremona, Italia, menunggu transfer embrio ke induk pengganti badak putih selatan.
”BioRescue sukses melakukan transfer embrio karena kami mampu membentuk tim yang disebut Konsorsium BioRescue. Kemungkinan besar ini adalah salah satu perbedaan signifikan dibandingkan dengan pendekatan konservasi lain yang menantang,” ucap Hildebrandt.
CEO Save the Rhino International Jo Shaw menyambut baik keberhasilan transfer embrio pertama pada badak. Namun, ia melihat upaya trasfer embrio untuk menyelamatkan spesies lainnya, seperti badak putih utara, akan sangat sulit dilakukan. Saat ini, populasi badak putih utara hanya tersisa dua ekor di dunia, yakni Najin dan Fatu.
Shaw mengatakan, saat ini dirinya akan terus fokus mengatasi dua ancaman utama terhadap lima spesies badak di seluruh dunia. Ancaman tersebut adalah perburuan badak ilegal untuk diambil culanya dan hilangnya habitat mereka akibat pembangunan.
”Harapan terbaik kami adalah tetap bekerja sama dengan berbagai mitra yang terlibat untuk memberikan ruang dan keamanan yang dibutuhkan badak untuk berkembang secara alami,” katanya dikutip dari phys.org.