Emisi Global dari Sektor Industri Bisa Dikurangi hingga 85 Persen
Emisi dari sektor industri bisa dikurangi hingga 85 persen dengan penerapan teknologi dan elektrifikasi.
Oleh
PRADIPTA PANDU
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Hasil studi terbaru menunjukkan, emisi berbahaya dari sektor industri dapat dikurangi hingga 85 persen di seluruh dunia. Sektor industri besidan baja, bahan kimia, semen, serta makanan dan minuman, telah terbukti menyumbang sekitar seperempat emisi gas rumah kaca global yang menyebabkan perubahan iklim.
Studi terbaru yang dipimpin para peneliti dari University of Leeds, Inggris, menemukan, dekarbonisasi sektor ini secara teknis bisa dilakukan dengan kombinasi berbagai teknologi. Laporan lengkap studi ini telah terbit di jurnal Joule, 31 Januari 2024.
Peneliti Dekarbonisasi Industri di Sekolah Teknik Kimia dan Proses Leeds yang juga penulis utama studi ini, Ahmed Gailani, mengatakan, saat ini upaya dekarbonisasi merupakan prioritas global bagi pemerintah, perusahaan, dan masyarakat luas. Sebab, dekarbonisasi memainkan peran yang sangat penting khususnya dalam mencegah pemanasan global.
”Temuan kami mewakili sebuah langkah maju yang besar dalam membantu merancang strategi dekarbonisasi industri. Temuan ini merupakan prospek yang sangat menggembirakan terkait dengan kesehatan bumi di masa depan,” ujarnya dikutip dari situs resmi University of Leeds, Sabtu (3/2/2024).
Negara-negara di dunia telah berkomitmen untuk mengurangi emisi gas rumah kaca hingga mencapai nol pada 2050-2060. Artinya, negara-negara tersebut harus menurunkan sebanyak mungkin emisi dan gas-gas berbahaya lainnya yang terlepas ke atmosfer.
Penelitian terbaru ini berfokus mencari cara untuk mencapai penurunan emisi bagi industri. Peneliti menemukan, teknologi dengan tingkat kematangan menengah hingga tinggi yang melibatkan penangkapan dan penyimpanan karbon, atau peralihan bahan bakar ke hidrogen atau biomassa, dapat menghemat rata-rata hampir 85 persen emisi di sebagian besar sektor industri.
Laporan ini juga menunjukkan, teknologi listrik seperti cracker uap listrik yang merupakan peralatan utama untuk memproduksi produk petrokimia secara teoritis dapat berperan dalam upaya dekarbonisasi. Bahkan, emisi yang diturunkan langsung di sektor industri dengan teknologi ini dapat mencapai angka 40-100 persen.
Jika kita tidak melakukan dekarbonisasi industri, kita tidak akan memenuhi target perubahan iklim dan pada akhirnya akan merugikan industri.
Selain itu, teknologi elektrifikasi baru lainnya juga dapat membantu mengurangi emisi dari proses yang menggunakan banyak energi seperti baja, semen, dan keramik. Elektrifikasi dalam sektor industri ini mungkin belum banyak dipikirkan oleh banyak pihak.
Produk industri seperti baja, bahan kimia, dan semen banyak berperan dalam perekonomian global. Permintaan dan produksi bahan-bahan ini telah meningkat secara signifikan selama beberapa dekade terakhir dan menyebabkan tingginya konsumsi energi serta emisi GRK.
Profesor Sistem Energi Berkelanjutan di Sekolah Bumi dan Lingkungan serta Teknik Kimia dan Proses di Leeds, Peter Taylor, mengatakan, upaya dekarbonisasi industri menjadi sebuah tantangan dibandingkan dengan sektor lain. Oleh karena itu, strategi penurunan emisi di sektor ini perlu dirancang untuk memungkinkan pengembangan teknologi baru.
”Bagi Inggris, jika kita tidak melakukan dekarbonisasi industri, kita tidak akan memenuhi target perubahan iklim dan pada akhirnya akan merugikan industri. Sebab, dalam jangka panjang, masyarakat akan mencari produk yang dibuat dengan cara yang bersih dan ramah lingkungan,” tutur Taylor, yang juga salah satu penulis studi tersebut.
Tantangan dan kendala
Gailani menekankan, hasil penelitian tersebut menggambarkandekarbonisasi di sektor industri secara teknis dapat dilakukan. Namun, upaya ini masih perlu melihat sejumlah tantangan dan kendala termasuk di aspek sosial, ekonomi, dan infrastruktur.
”Kami ingin menjelaskan fakta bahwa fokus kami adalah sisi teknis dekarbonisasi industri. Tentu saja ada banyak hambatan lain yang harus diatasi. Misalnya, proses penurunan emisi akan tertunda bila tidak ada persiapan sarana pengangkutan karbondioksida dalam teknologi penangkapan dan penyimpanan karbon,” ucapnya.
Selain itu, juga banyak penerapan teknologi dekarbonisasi industri saat ini yang dipengaruhi tingginya biaya modal dan operasional. Teknologi elektrifikasi umumnya mempunyai biaya operasional 2-3 kali lebih tinggi dibandingkan teknologi berbasis bahan bakar fosil.