Sub-Pekan Imunisasi Polio Putaran Kedua Dijadwalkan sampai 25 Februari 2024
Dua hari pelaksanaan Sub-PIN Polio putaran kedua dilaporkan cakupan sementara mencapai 44,7 persen dari total sasaran.
Oleh
DEONISIA ARLINTA
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Sub-Pekan Imunisasi Nasional atau Sub-PIN Polio putaran kedua dijadwalkan berlangsung pada 19-25 Februari 2024. Sebanyak 3,8 juta anak menjadi sasaran dalam imunisasi tersebut.
Sub-PIN Polio putaran kedua merupakan kelanjutan dari pelaksanaan Sub-PIN pertama yang terlaksana pada 15-21 Januari 2024. Sasaran imunisasi kedua ini sebanyak 3.832.692 anak di Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta.
Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan Rein Rondonuwu, dalam keterangan resmi di Jakarta, Kamis (22/2/2024), mengatakan, setelah dua hari pelaksanaan Sub-PIN Polio putaran kedua, cakupan imunisasi mencapai 44,7 persen dari total sasaran.
Cakupan imunisasi ditargetkan bisa mencapai 95 persen agar perlindungan yang diberikan pada setiap anak bisa optimal.
”Masing-masing putaran Sub-PIN dilaksanakan dalam waktu satu minggu setelah itu ditambah sweeping (penelusuran) satu minggu dengan jarak minimal antarputaran satu bulan. Target cakupan sekurang-kurangnya 95 persen,” tuturnya.
Berdasarkan data riil di lapangan, cakupan imunisasi untuk dua hari pertama pelaksanaan di masing-masing daerah telah dilaporkan. Cakupan di Jawa Tengah mencapai 39,9 persen dari jumlah sasaran 1.526.559 anak.
Sementara cakupan di Jawa Timur mencapai 48,8 persen dari target sasaran 2.263.785 anak. Adapun cakupan imunisasi yang dilaporkan di Kabupaten Sleman sebanyak 37,6 persen dari target sebesar 42.348 anak.
Setelah dua hari pelaksanaan Sub-PIN Polio putaran kedua, dilaporkan cakupan imunisasi mencapai 44,7 persen dari total sasaran.
Penyelenggaraan imunisasi tambahan polio yang dilakukan sebanyak dua putaran ini merupakan bentuk dari respons adanya kejadian luar biasa (KLB) polio yang dilaporkan di Jawa Tengah dan Jawa Timur.
Sekalipun tidak dilaporkan adanya kasus di Kabupaten Sleman, wilayah ini dinilai berisiko terhadap penularan karena berbatasan langsung dengan Jawa Tengah dan Jawa Timur. Karena itu, Sub-PIN Polio juga dilaksanakan di Kabupaten Sleman.
Target sasaran imunisasi tambahan adalah semua anak usia 0-7 tahun. Imunisasi Sub-PIN Polio dapat dilakukan di puskesmas, puskesmas pembantu, posyandu, sekolah, dan pos imunisasi lainnya yang berada di bawah koordinasi puskesmas.
Surveilans
Menurut Maxi, selain imunisasi tambahan, pemerintah juga melaksanakan surveilans lumpuh layu akut dan surveilans polio lingkungan. Para orangtua diharapkan melengkapi imunisasi polio empat tetes bagi anak berusia 1-4 bulan, dua kali suntik untuk anak usia 4-9 bulan, dan imunisasi rutin anak lain sesuai usia.
”Jangan buang air besar sembarang, harus sesuai di jamban. Jangan sembarangan, kemudian cuci tangan pakai sabun. Juga segera laporkan kepada petugas kesehatan jika mendapatkan kasus lumpuh layu pada anak di bawah usia 15 tahun,” kata Maxi.
Maxi menyampaikan, kebersihan lingkungan serta penerapan perilaku hidup bersih dan sehat di masyarakat penting untuk mencegah penularan virus polio. Kebiasaan warga buang air besar sembarangan dan tak memakai air bersih untuk konsumsi harian meningkatkan risiko penularan polio.
Virus polio bisa masuk tubuh melalui mulut akibat tertelannya makanan ataupun air yang terkontaminasi. Virus polio menyebar di lingkungan sekitar melalui feses. Apabila kondisi kesehatan lingkungan buruk, virus polio di masyarakat bisa menyebar lebih cepat.
”Mencegah penularan polio dilakukan dengan memastikan cakupan imunisasi polio tinggi dan merata serta memastikan lingkungan bersih dan perilaku hidup bersih dan sehat dijalankan dengan baik,” tutur Maxi.
Sebelumnya, Ketua Satuan Tugas Imunisasi Ikatan Dokter Anak Indonesia Hartono Gunardi memaparkan, kekebalan komunitas yang ditimbulkan dari imunisasi dapat melindungi anak-anak di suatu wilayah dari penularan penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi.
Namun, perlindungan tersebut harus diiringi penerapan perilaku hidup bersih dan sehat. Pencegahan penularan polio bisa melalui imunisasi dan menjaga kebersihan, seperti tidak buang air besar sembarangan, mengonsumsi air minum bersih dan layak, serta mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir.
”Selain mencapai kekebalan komunitas, pola hidup bersih dan sehat tak kalah penting untuk mencegah penularan penyakit, termasuk polio. Pastikan pula cakupan imunisasi merata. Jika ada wilayah yang cakupannya rendah, itu bisa menjadi sumber penularan penyakit,” ucap Hartono.