Magang Mengatasi Kesenjangan Kompetensi Dunia Pendidikan dan Dunia Kerja
Kesenjangan lulusan perguruan tinggi dan dunia kerja diatasi dengan memperkuat program magang bagi mahasiswa.
Oleh
ESTER LINCE NAPITUPULU
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Kesenjangan kompetensi lulusan dari dunia pendidikan dan dunia kerja dipersempit. Jembatan untuk mengatasi kesenjangan ini diperkuat melalui program magang dan studi independen bersertifikat pada mahasiswa sebagai kolaborasi perguruan tinggi dan dunia kerja,
Pada tahun 2024, sebanyak 276 mitra magang dan studi independen mendukung program magang dan studi independen bersertifikat (MSIB). Program yang digagas Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi ini memasuki angkatan keenam tahun ini. Program ini akan diikuti 47.984 mahasiswa.
”Program MSIB akhirnya bisa menjadi jembatan perguruan tinggi dengan mitra karena kedua belah pihak merasakan dampaknya untuk menyiapkan mahasiswa menjalani kehidupan seusai lulus nanti,” ujar Kepala Program MSIB Wachyu Hari Haji, di Jakarta, Rabu (28/2/2024).
Bagi mahasiswa, program ini meningkatkan kapasitas berpikir mulai dari kemampuan memecahkan masalah, berpikir kritis dan kreatif, hingga kompetensi kepemimpinan di atas rata-rata daripada alumni program lain. Dampak positif dirasakan mitra dari perguruan tinggi serta dunia usaha dunia industri (DUDI).
”Bagi perguruan tinggi, program MSIB menghasilkan potensi kerja sama dengan perusahaan. Bagi mitra DUDI, MSIB bisa memberi dampak ekonomi dan sosial karena dinilai telah menggantikan program management trainee,” ujarnya.
Program MSIB bertujuan memberi kesempatan kepada mahasiswa untuk magang atau kursus dengan proyek akhir di perusahaan kelas dunia. Sejak diluncurkan pada tahun 2021, MSIB memiliki 128.463 alumnus program yang tersebar di 34 provinsi di Indonesia.
Khusus untuk MSIB angkatan keenam, terdapat 21.950 mahasiswa magang dan 26.034 mahasiswa studi independen dari total 873 perguruan tinggi di bawah naungan Kemendikbudristek.
Salah satu program magang yang diminati mahasiswa adalah program Bangkit bersama Google, GoTo, Traveloka, dan mitra lain demi mengoptimalkan potensi mahasiswa dalam bidang teknologi. Tahun ini, 4.650 peserta dari 55.000 pendaftar pada semester pertama terpilih mengikuti program yang masuk tahun kelima ini.
Peserta akan menjalani pelatihan komprehensif selama 20 minggu atau setara dengan lebih dari 900 jam pembelajaran. Pada tahun ini, peserta juga akan mendapatkan materi kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI) yang masuk ke dalam kurikulum pembelajaran.
Lulusan terbaik Bangkit 2023 batch 2, Faris Zaidan Nafis dari Universitas Gadjah Mada, mengatakan mendapat kesempatan dibimbing para mentor ahli di bidangnya dalam membuat proyek teknologi secara holistik dari awal hingga akhir, sampai membuka peluang karier amat luas di bidang teknologi.
”Kurikulum amat terstruktur untuk mengajarkan materi teknologi dari dasar, seperti materi AI, secara konsep maupun praktikal. Saya jadi mengetahui materi yang harus dipelajari dari dasar dan membantu peserta dari non-IT,” tuturnya.
Selain itu, materi keterampilan nonteknis atau soft skill juga diajarkan kepada peserta. ”Hal ini membantu meningkatkan kemampuan public speaking (berbicara di depan publik) hingga time management (mengelola waktu),” ujar Faris.
Mengatasi ketidakcocokan
Direktur Akademik Pendidikan Tinggi Vokasi Kemendikbudristek Beny Bandanadjaja memaparkan, peningkatan relevansi pendidikan tinggi dengan dunia kerja kini makin didorong.
Kurikulum amat terstruktur untuk mengajarkan materi teknologi dari dasar, seperti materi AI, secara konsep maupun praktikal.
Ketidakcocokan kompetensi lulusan dengan kebutuhan dunia kerja menjadi landasan utama pelaksanaan kegiatan mahasiswa di luar kampus melalui berbagai kegiatan Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM).
”Program MSIB ada karena kekurangan pengetahuan, keterampilan, dan sikap kerja yang diperlukan mahasiswa saat terjun ke dunia riil. MSIB tak hanya bermanfaat bagi mahasiswa. Para mitra bisa memanfaatkan program magang MBKM ini sebagai ajang pencarian bakat,” ujarnya.
”Perguruan tinggi juga dapat terus memperbarui kurikulum serta bahan ajarnya sehingga lebih relevan dengan kebutuhan dunia kerja saat ini,” kata Beny.
Sementara itu, Pelaksana Tugas Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi, Riset, dan Teknologi Kemendikbudristek Nizam mengutarakan, pelaku usaha dan industri yang bermitra dengan perguruan tinggi berperan penting mengembangkan MSIB. Hal ini bertujuan agar lulusan PT sesuai dengan kebutuhan dunia kerja.
”Agility (kemampuan bergerak cepat) dan relevansi dari lulusan yang telah mengikuti program MSIB terlihat dari masa tunggu kerjanya yang jauh lebih pendek dan penghasilan pertamanya jauh lebih tinggi dibandingkan rekan-rekannya yang tak ikut program. Ini jawaban kita atas masalah selama ini,” kata Nizam.