Seater, Kendaraan Otonom untuk Satu Penumpang
Periset dari BRIN mengembangkan kendaraan mobilitas perorangan yang dapat beroperasi secara swakemudi.
Penelitian pada kendaraan listrik semakin berkembang. Penggunaan kendaraan listrik pun semakin banyak di masyarakat. Menurut laporan Forum Ekonomi Dunia atau WEF, penjualan mobil listrik meningkat 30 persen dalam satu dekade terakhir.
Kendaraan listrik diyakini dapat menjadi kendaraan dengan emisi bersih (zero emission) yang ramah lingkungan sekaligus mengurangi polusi udara di lingkungan. Selain itu, kendaraan listrik juga bisa lebih efisien digunakan dibandingkan dengan kendaraan konvensional.
Jika dibandingkan antara penggunaan bahan bakar kendaraan konvensional dengan BBM dan listrik, besaran biaya untuk kendaraan listrik lebih rendah daripada kendaraan BBM. Harga bensin yang Rp 15.000 per liter setara dengan 1,5 kWh listrik sekitar Rp 2.300.
Baca juga: Mengembangkan Sistem Peralatan Otonom
Kendaraan listrik pun dinilai memiliki prospek yang baik di masa depan. Hal itu pula yang membuat Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) menjadikan penelitian dan pengembangan kendaraan listrik sebagai fokus riset yang dijalankan di sejumlah organisasi riset di BRIN.
Dari berbagai inovasi yang dilakukan, Single-passenger Electric Autonomous Transporter atau Seater merupakan salah satu inovasi kendaraan listrik yang telah berhasil dikembangkan. Seater merupakan kendaraan untuk mobilitas perorangan (personal mobility vehicle) yang dapat beroperasi secara otonom atau swakemudi di lingkungan terbatas dan terkendali.
Kendaraan otonom ini bisa berjalan dan menavigasikan arah sendiri tanpa harus dikendalikan oleh manusia sebagai pengguna. Kendaraan ini juga dilengkapi dengan kemampuan memahami lingkungan sekitarnya.
Peneliti Ahli Muda Pusat Riset Mekatronika Cerdas (PRMC) Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Roni Permana Saputra, dihubungi di Jakarta, Sabtu (2/3/2024), mengatakan, Seater telah dikembangkan sejak 2023. Pengembangan inovasi ini sesuai dengan prioritas riset dari BRIN dalam pengembangan sistem otonom dari kendaraan listrik. Selain itu, pengembangan ini juga sekaligus untuk mendukung prioritas nasional dalam pengembangan kendaraan rendah emisi.
”Seater ini dikembangkan dalam rangka mendukung prioritas riset, tetapi dibuat berbeda dengan pengembangan kendaraan otonom lainnya, Jadi, Seater ini untuk mobilitas berbasis permintaan yang bisa digunakan secara umum. Kami juga pilih komponen kendaraan yang lebih terjangkau daripada yang sudah tersedia di pasaran sekarang,” katanya.
Seater prospektif untuk digunakan di kawasan urban, kompleks perkantoran, ataupun mobilitas dari rumah ke selter bus.
Roni menjelaskan, secara umum, kendaraan listrik otonom yang tersedia di pasaran menggunakan sensor-sensor tertentu dengan teknologi tinggi. Harga dari sensor tersebut cukup mahal. Itu sebabnya, ketika suatu kendaraan otonom dikembangkan dengan menggunakan sensor tersebut akan sulit diimplementasikan secara luas di masyarakat. Sebab, harga produk jadinya menjadi sangat mahal.
Karena itu, Roni dan tim berupaya untuk bisa mengembangkan inovasi kendaraan otonom yang lebih terjangkau tetapi tetap memiliki fungsi, kenyamanan, dan keamanan yang tidak kalah dengan kendaraan otonom pada umumnya. ”Kita targetkan Seater ini bisa dikomersialisasikan dengan harga kurang dari Rp 50 juta. Itu jauh lebih terjangkau dengan kendaraan otonom lainnya yang harga sensornya saja sudah setara dengan harga mobil konvensional,” katanya.
Dalam pengembangannya, sensor teknologi tinggi yang biasanya digunakan untuk kendaraan otonom diganti dengan sensor kamera yang berfungsi untuk memahami lingkungan sekitar. Kinerja sistem otonom ini dioptimalkan dengan perangkat lunak yang dikembangkan.
”Optimalisasi dilakukan pada perangkat lunak yang digunakan serta ada juga beberapa strategi lainnya sehingga kendaraan otonom ini tetap bisa beroperasi secara optimal,” katanya.
Operasional
Sesuai dengan fungsinya sebagai kendaraan otonom, Seater dapat beroperasi secara otonom (dapat mengemudi sendiri). Kendaraan ini dapat melakukan navigasi secara otonom di jalur yang sudah dipetakan sebelumnya.
Seater akan bergerak dari satu tempat menuju tempat tujuan mengikuti jalur yang sudah direncanakan. Kendaraan ini juga sudah dilengkapi dengan kemampuan untuk menghindari tabrakan dari halangan yang terdeteksi di sepanjang jalur yang direncanakan. Kemampuan ini berasal dari sensor kamera stereo yang terpasang di kendaraan.
Baca juga: Saat Mobil Swakemudi Mulai Wira-wiri di Jalanan
Kendaraan otonom Seater ini dapat dikembangkan untuk dapat digunakan di dalam maupun di luar ruangan. Kendaraan ini juga sudah dirancang agar bisa melalui tanjakan maupun turunan dengan kemiringan tertentu. Kendaraan ini juga bisa melalui jalanan yang berpolisi tidur.
Namun, pada kondisi jalanan yang terlalu curam ataupun dengan lubang yang terlalu dalam masih belum bisa digunakan. Karena itu, pemetaan jalan yang dilakukan sebelumnya sudah memperhatikan kondisi jalanan yang tidak bisa dilewati tersebut.
Seater dinilai ideal untuk digunakan di kawasan terminal bandara, di kawasan terminal terintegrasi, ataupun kawasan luar ruangan yang terbatas seperti di kawasan sains terpadu BRIN dan kawasan kebun raya. ”Ke depan, Seater prospektif untuk digunakan di kawasan urban, kompleks perkantoran, ataupun mobilitas dari rumah ke selter bus. Dengan menggunakan Seater, pengguna bisa melakukan kegiatan produktif lain dengan lebih nyaman karena bisa dalam posisi duduk,” kata Roni.
Aplikasi
Roni menjelaskan, ada dua aplikasi yang bisa digunakan untuk mengoperasikan Seater, yakni I-Seater untuk aplikasi di dalam ruangan dan O-Seater untuk aplikasi di luar ruangan. Penggunaannya cukup sederhana. Tidak berbeda dengan pemesanan ojek daring, pengguna perlu memilih lokasi penjemputan yang diinginkan. Layanan penjemputan ini juga bisa diakses dengan memindai kode batang (barcode) yang tersedia di titik penjemputan.
Setelah menentukan lokasi, Seater akan datang untuk melakukan penjemputan. Saat penjemputan, Seater akan melakukan konfirmasi terlebih dahulu dengan pengguna. Setelah terkonfirmasi barulah pengguna dapat memasukkan lokasi tujuan yang diinginkan dan Seater akan mengantarkan ke lokasi tujuan tersebut.
Roni mencontohkan, Seater untuk kawasan dalam ruangan dapat digunakan di bandara sebagai kendaraan micro-shuttle. Seater dapat beroperasi untuk mengantarkan penumpang dari satu pintu terminal ke pintu terminal lainnya. Sementara untuk kawasan luar ruangan, Seater bisa digunakan di kawasan kebun raya sebagai kendaraan tur otonom ataupun kendaraan untuk mengantarkan pengunjung dari satu pos ke pos lainnya.
Spesifikasi
Pada produk purwarupa atau prototipe yang tengah dikembangkan, spesifikasi Seater untuk kapasitas satu orang penumpang dengan berat maksimal 120 kilogram. Namun, kapasitas tersebut dapat disesuaikan jika ada pemesanan khusus.
Seater telah diatur dengan kecepatan maksimum sekitar 5 kilometer per jam yang setara dengan kecepatan seseorang berjalan cepat. Adapun jarak tempuh maksimal untuk penggunaan Seater sejauh 10 kilometer dengan durasi maksimal operasi selama dua jam dengan kondisi baterai penuh.
Inovasi ini telah mendapatkan paten untuk teknologi pengaturan yang digunakan pada Seater. Sementara itu, pendaftaran hak cipta untuk aplikasi perangkat Android yang digunakan juga telah dilakukan.
”Saat ini masih terus kami kembangkan dengan memperluas kerja sama bersama multidisiplin, baik dengan akademisi di perguruan tinggi maupun industri. Harapannya dari kolaborasi ini bisa menghasilkan produk yang siap untuk diproduksi secara massal,” tutur Roni.
Sebelumnya, Kepala Pusat Riset Mekatronika Cerdas (PRMC) BRIN Yanuandri Putrasari dalam siaran pers yang dirilis oleh BRIN beberapa waktu lalu mengatakan, inovasi kendaraan listrik otonom yang dikembangkan diharapkan bisa bekerja pada level keempat. Pada level ini, sistem yang digunakan pada kendaraan sudah bisa melakukan semua kegiatan berkendara sehingga pengemudi dapat mengabaikan perjalanan dan melakukan kegiatan lain saat berkendara.
Baca juga: Riset Kendaraan Listrik yang Kian Masif
Ia menuturkan, teknologi kendaraan listrik level keempat akan menjadi target yang akan dilakukan oleh para periset. Untuk itu, dia berharap agar masyarakat bisa memiliki kesadaran dan kedisiplinan yang baik ketika menggunakan kendaraan otonom.