Tokoh Konservasi Raja Ampat, Kristian Thebu, Berpulang
Almarhum Kristian Thebu selalu resah dengan ancaman kerusakan alam di Papua.
Oleh
TATANG MULYANA SINAGA
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Ketua Dewan Adat Suku Maya di Kabupaten Raja Ampat, Papua Barat Daya, Kristian Thebu (55), berpulang, Minggu (3/3/2024) malam. Om Kris, sapaan akrabnya, dikenal sebagai tokoh yang konsisten memperjuangkan konservasi lingkungan di kawasan Raja Ampat dan sekitarnya.
Om Kris dibawa ke Rumah Sakit Sele Be Solu, Sorong, Papua Barat Daya, karena mengeluhkan sakit, Minggu siang. Setelah dokter mendiagnosis penyakit jantung pada dirinya, ia pun dimasukkan ke ruang perawatan intensif (ICU). Inisiator pembentukan Forum Intelektual Muda Suku Maya tersebut mengembuskan napas terakhir sekitar pukul 21.05 WIT.
Om Kris bekerja sebagai Raja Ampat Program Manager Konservasi Indonesia sejak 1 Januari 2022. Gagasannya dalam pengelolaan laut berkelanjutan membuat bapak tiga anak itu diundang di acara Kongres Kawasan Konservasi Laut Internasional Kelima (IMPAC5) di Vancouver, Kanada, pada Februari 2023.
Senior Vice President & Executive Chair Konservasi Indonesia Meizani Irmadhiany menuturkan, dikenalnya Raja Ampat sebagai model konservasi perairan terbaik dan pusat pariwisata berkelanjutan dibangun dari mimpi dan perjuangan masyarakat di tingkat tapak yang dipimpin oleh Om Kris. Hal ini dikuatkan dengan kemitraan di tingkat nasional, regional, hingga global.
Menurut Meizani, banyak orang telah mendengar keindahan perairan dan alam Raja Ampat yang memiliki keanekaragaman hayati. Bahkan, tidak sedikit yang menjuluki kawasan itu sebagai serpihan surga yang jatuh ke Bumi.
”Akan tetapi, tidak banyak yang sadar perjuangan yang diperlukan untuk mentransformasi jalur perkembangan itu. Sebab, sekitar dua dekade lalu, pembalakan liar dan praktik pengeboman untuk menangkap ikan masih marak dilakukan di sana. Kemiskinan dan opsi penghidupan yang terbatas menimbulkan insentif negatif bagi masyarakat yang berada di daerah untuk melakukan praktik yang merusak lingkungan,” katanya melalui keterangan tertulis, Senin (4/3/2024).
Kristian Thebu mempunyai visi jangka panjang untuk menjaga lingkungan sembari membangun penghidupan masyarakat di sekitarnya. Ia bergabung dengan organisasi konservasi lingkungan untuk membangun program pengelolaan kawasan konservasi yang berbasis pengetahuan dan kearifan adat lokal di Raja Ampat.
”Sejak saat itu hingga dedikasi terakhirnya untuk konservasi alam Raja Ampat selalu mengingatkan bahwa orang Papua selalu menghargai alam. Tanah dan hutan sebagai Mama kita dan laut sebagai Papa kita yang terus menghidupi turun-temurun. Kalau kita tidak melindunginya, suatu saat anak cucu tidak akan punya apa-apa. Kami pun sepakat bahwa alam bukan hanya sumber kehidupan, tetapi juga sebagai jati diri, sejarah, budaya, dan masa depan kita,” ujar Meizani.
Harus punya komitmen kuat untuk menjaga hutan dan laut. Generasi sekarang jangan meninggalkan air mata, tetapi wariskanlah mata air. Caranya, dengan melindungi hutan dan laut agar terus memberikan manfaat untuk generasi berikutnya.
Meizani menuturkan, kepergian Om Kris meninggalkan kesedihan mendalam bagi para pegiat lingkungan. Banyak pelajaran serta kenangan bermakna bersama almarhum yang akan terus diingat dan dijaga dalam memperjuangkan konservasi lingkungan di Tanah Papua.
Papua Conservation Strategy Director Konservasi Indonesia Meity Mongdong menuturkan, kerja keras Om Kris terlihat saat ia menggunakan semua forum kampung untuk berbicara mengenai kekayaan, keunikan, dan ancaman terhadap alam Raja Ampat. Ia juga menekankan pentingnya menjaga kelestarian kawasan tersebut bagi kehidupan orang Raja Ampat.
Om Kris, lanjut Meity, mengikuti ibadat-ibadat kelompok dan di gereja untuk mendapatkan kesempatan berbicara. Tak hanya itu, ia juga mengajak penduduk kampung untuk berkeliling pulau-pulau di Wayag dan Piay/Sayang menggunakan long boat masyarakat untuk memperlihatkan kekayaan alam mereka sekaligus ancaman-ancamannya. ”Sebagai putra Waigeo, Om Kris sangat mengetahui budaya masyarakatnya,” ucapnya.
Pekerja keras
Vice President, Marine, Asia-Pacific Field Division Conservation International Mark Erdmann mengakui besarnya dedikasi Om Kris untuk Tanah Papua. Ia menyebut almarhum sebagai salah satu pelestari lingkungan yang paling bersemangat, pekerja keras, dan efektif.
”Tidak diragukan lagi, beliau adalah contoh terbaik dari pendekatan yang kami buat untuk inisiatif konservasi kami di Raja Ampat pada awal 2000-an. Dengan memilih pemimpin adat yang kuat, yang meskipun secara umum tidak memiliki pendidikan formal atau bahkan kemampuan dasar bahasa Inggris, tetapi memiliki komitmen yang mendalam dan seumur hidup kepada masyarakat Papua dan alam tempat mereka bergantung,” ujarnya.
Dalam beberapa kali obrolan dengan Kompas, Om Kris selalu resah dengan ancaman kerusakan hutan dan laut di Papua. Menurut dia, keterlibatan warga secara aktif menjadi kunci utama dalam melestarikan lingkungan guna mendukung kehidupan orang Papua.
Saat bertemu dengan Kompas, Juli 2023, ia menyebutkan, kehidupan masyarakat adat di Tanah Papua bergantung pada hutan dan laut. ”Harus punya komitmen kuat untuk menjaga hutan dan laut. Generasi sekarang jangan meninggalkan air mata, tetapi wariskanlah mata air. Caranya, dengan melindungi hutan dan laut agar terus memberikan manfaat untuk generasi berikutnya,” ujarnya. Selamat jalan, Om Kris....