Gorengan untuk Menu Buka Puasa dan Sahur? Maksimal Dua Selama Ramadhan
Kebiasaan buruk mengonsumsi gorengan saat buka puasa bisa mempercepat risiko radang tenggorokan dan batuk.
Oleh
DIAN DEWI PURNAMASARI
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Ahli gizi dan kesehatan mengimbau umat Islam yang menjalankan ibadah puasa Ramadhan untuk menghindari makanan tidak sehat, seperti gorengan, untuk menu buka puasa dan sahur. Konsumsi gorengan bisa berefek infeksi atau peradangan pada tenggorokan, apalagi jika bersamaan dengan minuman dingin. Akibatnya, ibadah puasa pun bisa terganggu.
Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Prof Dr Ari Fahrial Syam, saat dihubungi dari Jakarta, Selasa (12/3/2024), mengatakan, pada saat berbuka puasa menu ideal dan sehat tentu bukan gorengan.
Demi kesehatan, sebaiknya diawali dengan minuman hangat, kurma tiga buah, serta makanan yang diproses dengan cara direbus, seperti kue-kue ringan.
”Bahkan lebih bagus jika pilihannya buah-buahan, seperti melon atau pepaya. Jangan begitu berbuka langsung makan gorengan,” kata Ari.
Apalagi jika konsumsi gorengan juga dilakukan pada saat santap sahur. Hal itu akan lebih mempercepat iritasi pada tenggorokan. Jika kebiasaan buruk itu dilakukan tiga hari berturut-turut di awal Ramadhan ini, misalnya, Ari bisa memastikan seseorang akan mudah terkena batuk.
”Gorengan juga mengandung banyak lemak yang secara jangka panjang bisa memicu kolesterol dan penyakit kardiovaskular lainnya,” ucapnya.
Gorengan juga mengandung banyak lemak yang secara jangka panjang bisa memicu kolesterol dan penyakit kardiovaskular lainnya.
Saat ditanya berapa jumlah batas maksimal gorengan bisa dikonsumsi selama Ramadhan, Ari menyebut tidak ada takaran yang jelas karena sulit untuk mengukur batas aman pada tubuh seseorang.
Namun, idealnya satu sampai dua potong gorengan sudah cukup agar tidak berdampak buruk pada tubuh seseorang.
”Maksimal dua, lah,” ujarnya.
Ari menjelaskan pilihan makanan seseorang lebih dipengaruhi pada gaya hidup dan kebiasaan orang tersebut. Sebenarnya ada banyak varian makanan sehat dengan harga yang murah.
Terkadang ketidaktahuan cara berbuka yang baik dapat membuat tubuh menjadi tidak nyaman, hakikat puasa tidak tercapai, bahkan menjadi jatuh sakit.
Misalnya, buah-buahan potong yang kerap dijual oleh pedagang kaki lima, sebenarnya harganya juga murah. Selain itu, kurma juga cukup dan sehat karena sesuai dengan ajaran nabi.
Jika hal itu sudah menjadi kebiasaan atau gaya hidup tentu sulit untuk mengubahnya. Namun, hal itu tetap bisa dilakukan jika seseorang sadar akan risiko kesehatan yang membayanginya.
Dalam jangka panjang, konsumsi gorengan bisa menyebabkan kadar kolesterol tinggi di dalam tubuh yang bisa memicu penyakit dalam lainnya.
”Kalau sampai sakit nantinya justru ibadah puasa terganggu atau bahkan tidak bisa melaksanakan ibadah puasa,” ujarnya.
Meskipun demikian, faktanya, gorengan memang masih menjadi makanan favorit warga untuk berbuka puasa. Siti (36), warga Tangerang Selatan, misalnya, menyukai gorengan dan kolak sebagai menu berbuka puasa. Walakin, ia juga mengetahui bahwa makanan tersebut tidak sehat bagi tubuh.
Menggoreng sendiri
Saat ini, cara yang dia lakukan bukanlah sepenuhnya menghindari gorengan, tetapi menghindari membeli gorengan dari luar. Ia lebih memilih membuat menu gorengan sendiri karena lebih bisa mengontrol minyak yang digunakan.
Jika membeli gorengan di luar, ia tidak tahu apakah minyak yang digunakan itu sudah berkali-kali digunakan atau tidak.
”Selain itu, saya dan keluarga juga mengurangi makanan berbahan dasar tepung. Kami mengimbangi dengan makan buah dan sayuran,” katanya.
Hindari minuman yang terlalu panas atau terlalu dingin. Makanan yang sedikit hangat lebih baik karena suhunya relatif sama dengan suhu tubuh sehingga membantu melancarkan proses pencernaan.
Dalam buku berjudul Puasa Sambil Detoks, Memurnikan Kembali Body, Mind, & Soul yang ditulis oleh Prof Dr Hardinsyah tahun 2011 disebutkan, terkadang ketidaktahuan cara berbuka yang baik dapat membuat tubuh menjadi tidak nyaman, hakikat puasa tidak tercapai, bahkan menjadi jatuh sakit.
Berbuka tepat waktu
Agar puasa dapat bermanfaat, menurut Hardinsyah, hal pertama yang harus dilakukan adalah berbuka tepat waktu. Ketertiban dalam berbuka akan menghindarkan dari perilaku tamak dan rakus. Selain itu, tubuh yang berpuasa selama sekitar 14 jam memerlukan asupan nutrisi untuk memulihkan tenaga.
Ia menyarankan agar saat berbuka didahulukan dengan memakan buah segar, baik berupa buah potong atau jus. Itu pun tidak boleh berlebihan, cukup dua sampai tiga potong. Buah adalah sumber gula yang baik untuk menggantikan kadar gula darah yang berkurang saat puasa. Buah juga tidak membuat pencernaan kaget.
”Hindari minuman yang terlalu panas atau terlalu dingin. Makanan yang sedikit hangat lebih baik karena suhunya relatif sama dengan suhu tubuh sehingga membantu melancarkan proses pencernaan,” katanya.