Angka Harapan Hidup Menurun 1,6 Tahun Akibat Covid-19
Angka harapan hidup orang dewasa menurun, tetapi bayi yang selamat semakin meningkat selama pandemi Covid-19.
Oleh
STEPHANUS ARANDITIO
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS - Pandemi Covid-19 telah mengakibatkan penurunan angka harapan hidup masyarakat dunia hingga 1,6 tahun selama dua tahun pertama pandemi. Namun, di sisi lain angka kematian anak di bawah usia 5 tahun menurun sebesar 7 persen dari tahun 2019 hingga 2021.
Studi Beban Penyakit Global (Global Burden of Disease/GBD) tahun 2021 yang dibuat oleh Institute for Health Metrics and Evaluation (IHME) menunjukkan, angka harapan hidup telah menurun 84 persen di dunia sepanjang 2019-2021. Dalam studi yang sudah dipublikasikan di jurnal Lancet ini, peneliti memperkirakan tingkat kematian bagi orang di atas usia 15 tahun naik sebesar 22 persen untuk pria dan 17 persen untuk perempuan.
Kondisi ini telah membalik peningkatan angka harapan hidup dibanding tahun-tahun sebelumnya. Kota-kota seperti Meksiko, Peru, dan Bolivia mengalami penurunan angka harapan hidup terbesar.
"Bagi orang dewasa di seluruh dunia, pandemi Covid-19 memiliki dampak yang lebih besar dibandingkan peristiwa apa pun yang terjadi dalam setengah abad ini, termasuk konflik dan bencana alam,” kata Austin E Schumacher, asisten profesor Metrik Kesehatan Sains di IHME, dikutip dari situs internet IHME, Jumat (15/3/2024).
Studi GBD dilakukan dengan menganalisis tren demografi masa lalu dan saat ini di tingkat global, regional, nasional, dan subnasional. Peneliti memperhitungkan kematian akibat virus SARS-CoV-2 serta kematian yang terkait dengan dampak tidak langsung dari pandemi ini, seperti keterlambatan dalam mencari pelayanan kesehatan.
Di sisi lain, studi ini juga menunjukkan angka kematian anak menurun di tengah pandemi Covid-19 yakni menurun setengah juta kematian pada anak di bawah usia 5 tahun pada tahun 2021 dibandingkan tahun 2019. Angka kematian anak di bawah usia 5 tahun menurun 7 persen dari tahun 2019 hingga 2021.
Tren pertumbuhan populasi global juga menurun setelah mengalami stagnasi bertahun-tahun sejak 2017.
Peneliti IHME lainnya, Hmwe Hmwe Kyu menilai hal ini merupakan kemajuan yang luar biasa dalam 72 tahun terakhir sejak 1950 dalam upaya menyelamatkan generasi masa depan. Setiap negara bisa menjadikannya sebagai momentum untuk terus memperbaiki sistem layanan dan kebijakan kesehatan masyarakatnya.
"Sekarang, kita bisa terus membangun kesuksesan kita, sambil bersiap menghadapi pandemi berikutnya dan mengatasi kesenjangan besar dalam bidang kesehatan antar negara. Ini harus menjadi fokus terbesar kita," kata Hmwe.
Populasi menurun
Tren pertumbuhan populasi global juga menurun setelah mengalami stagnasi bertahun-tahun sejak 2017, kemudian setelah adanya pandemi Covid-19 penurunan ini semakin cepat. Pada 2021, sebanyak 56 negara, terutama negara-negara yang berpendapatan menengah dan atas, telah mencapai puncak populasi, tetapi populasi di negara-negara tersebut semakin menyusut. Namun, ini tidak berlaku di negara-negara berpendapatan rendah yang terus bertambah populasinya.
"Konsentrasi pertumbuhan populasi di masa depan yang beralih ke lokasi-lokasi yang lebih miskin dengan kondisi kesehatan yang lebih buruk, akan membawa tantangan-tantangan sosial, ekonomi, dan politik yang belum pernah terjadi sebelumnya," Austin.
Selain itu, populasi di seluruh dunia juga semakin menua. Antara tahun 2000 dan 2021, jumlah penduduk berusia 65 tahun ke atas tumbuh lebih cepat dibandingkan jumlah penduduk berusia di bawah 15 tahun di 188 negara dan wilayah.
Direktur IHME, Christopher Murray mengatakan, studi GDB ini telah berjalan selama 30 tahun untuk mengukur risiko penyakit di suatu negara dari waktu ke waktu. Studi terbaru ini dianalisis dengan waktu yang lebih lama karena munculnya wabah baru Covid-19 yang kompleks.
Angka kematian meningkat secara dramatis di sejumlah tempat, khususnya pada kelompok usia yang lebih tua, di beberapa bagian dunia, seperti di Peru, Bolivia, Ekuador, dan Meksiko. Ini merupakan salah satu yang tertinggi setelah wabah sebelumnya pada 1990 hingga 2019 di dunia, seperti epidemi HIV yang menyebar di Afrika Timur dan Selatan atau meningkatnya angka kematian orang dewasa di Eropa Timur dan Asia Tengah
"Tidak seperti 30 tahun sebelumnya, di mana perubahan terjadi secara bertahap, perubahan dramatis dan sangat heterogen saat Covid-19 ini berarti bahwa kita memerlukan lebih banyak data baru dan terkini yang membutuhkan waktu cukup lama untuk mencoba mengungkap apa yang sebenarnya terjadi," kata Christopher.