Ajak Siswa Cakap Digital dan Tidak Sekadar Jadi Pengguna
Penguasaan teknologi digital kian penting. Pelajar diajak menggunakan teknologi digital secara sehat dan produktif.
Oleh
ESTER LINCE NAPITUPULU
·5 menit baca
Kecakapan dan literasi digital kian jadi bekal penting bagi para pelajar untuk berkembang di era digital. Kesempatan untuk mempelajari berbagai keterampilan digital yang relevan, tidak hanya terbatas di sekolah, tetapi bisa didapatkan secara mandiri, termasuk belajar dari teman sebaya.
Sebanyak 150 siswa SMP Negeri 208 Jakarta Timur beberapa hari lalu antusias menyambut tawaran sekolah jika ada kelas coding gratis di sekolah. Siswa dibagi dalam beberapa sesi karena laboratorium komputer hanya mampu menampung 20-30 siswa untuk tiap sesi.
Para siswa begitu bersemangat untuk tahu soal coding yang kini mulai menjamur lewat kursus berbayar secara daring ataupun luring. Ada siswa yang sampai rela menggunakan satu komputer dipakai berdua. Tidak ketinggalan, guru pun penasaran dan ikut bergabung dengan siswa.
Para siswa SMP Negeri 208 Jakarta yang sebagian besar berasal dari keluarga menengah ke bawah di Kelurahan Ciracas, Jakarta Timur, pada Jumat (22/3/2024), mendapat pelajaran dasar-dasar coding sederhana dari komunitas Coding with Peers (Codeers) yang digagas Aurelia Benita Sitanggang (16), siswa Junior College One di Singapore Intercultural School di Kelapa Gading, Jakarta Utara. Aurel mendirikan Codeers karena ingin berbagi pengetahuannya belajar coding sejak kelas IX hingga saat ini untuk teman-teman sebaya, terutama di sekolah yang para siswanya dari keluarga menengah ke bawah.
”Aku suka main game dan internet. Aku jadi penasaran, gimana bisa membuatnya. Setelah di sekolah aku belajar soal coding, aku jadi ingin berbagi dengan teman-teman di sekolah negeri. Ternyata, banyak teman yang belum pernah belajar tentang coding. Ada yang sudah mencoba belajar mandiri di Youtube, tapi belum paham. Kalau belajar langsung dengan teman sebaya, kan, jadi seru dan bisa saling belajar,” ujar Aurel.
Sejak tahun 2021, Aurel memanfaatkan waktu libur sekolahnya untuk menawarkan pembelajaran coding. Saat libur tengah semester, Aurel membuka kelas gratis belajar coding di SMP Negeri 167 Jakarta sebanyak 210 murid, lalu di SMPN 208 Jakarta Timur.
Coding atau menulis kode pemrograman menjadi salah satu keterampilan penting di industri digital. Keterampilan menulis kode menjadi dasar untuk meluncurkan layanan berbentuk digital, baik dalam menyiapkan situs web yang nyaman digunakan pengguna maupun aplikasi andal di telepon seluler pintar.
Aurel mengenalkan salah satu bahasa pemrograman Phyton untuk memberikan instruksi kepada komputer agar bisa melakukan tugas-tugas tertentu dalam menyelesaikan masalah. Pemrograman Phyton dinilai cocok bagi pemula agar bisa belajar dalam pengembangan web, ilmu data, kecerdasan buatan, hingga pengembangan gim, salah satunya dipakai di aplikasi Instagram dan Spotify yang akrab di kalangan anak-anak muda.
Kelas dimulai dengan pre-test di quizzes untuk mengetahui pemahaman soal coding. Dari sinilah kemudian dasar-dasar pemrograman (coding) dengan bahasa Phyton dikenalkan Aurel. Para peserta langsung praktik sambil didampingi Aurel dan fasilitator lainnya untuk bisa membuat kode-kode. Aplikasi sederhananya, misal siswa tahu nilainya memenuhi ketuntasan kriteria minimal (KKM) atau saat mencoba ingin tahu umur mereka bisa jadi peserta pemilu atau tidak.
Aisyah, siswa kelas IX, awalnya tidak tertarik untuk ikutan kelas coding saat guru mengumumkan di grup WA. Namun, saat kelas berjalan, dia diajak temannya untuk ikut meski berdua di satu komputer.
”Setelah dicoba, ternyata menarik. Selama ini, kan, belajar komputernya pemrograman MS Word sama Excel. Tapi ini kita bisa buat program yang kita mau. Meskipun dasar, saya jadi mau belajar lagi sendiri nanti,” ujar Aisyah.
Maheswara mengaku senang bisa diajari langsung coding. Selama ini, dia hanya tahu dari Youtube. Setelah ada kelas coding gratis dari Codeers, dia merasa makin paham pentingnya belajar coding supaya tidak sekadar jadi pengguna komputer, tapi bisa berkreasi membuat gim atau aplikasi lainnya.
”Diajari teman sebaya membuat coding seru dan menyenangkan. Ini bermanfaat sekali dan menginspirasi untuk bisa memanfaatkan komputer yang produktif,” kata Maheswara.
Wakil Kepala Sekolah Bidang Kesiswaan SMPN 208 Jakarta Ungkap TP Sianturi menyambut baik adanya program penguatan kecakapan digital bagi siswa, salah satunya coding yang kini sedang berkembang. ”Kami merasa beruntung karena diberi program coding secara gratis. Semangat siswa untuk belajar tinggi, tapi finansial orangtua terbatas. Tentunya, kesempatan untuk bisa menambah kemampuan siswa kami sambut baik,” ujar Ungkap.
Aurel mengatakan, dirinya yang merupakan siswa di sebuah sekolah internasional merasa beruntung mendapat pelajaran ilmu komputer yang relevan, salah satunya coding. Dari pembicaraan dengan teman-teman kenalannya di sekolah negeri, kesempatan belajar coding secara serius belum banyak didapat siswa.
”Aku mau jadi jembatan untuk bisa mengajak lebih banyak anak Indonesia mau belajar coding. Kalau belajar dari teman sebaya, kan, bisa lebih cepat, tidak malu-malu. Makanya, aku berinisiatif mendirikan komunitas Codeers supaya ke depan anak-anak Indonesia bisa ikut memajukan dunia komputer di Tanah Air,” ujar Aurel yang berencana kuliah di bidang ilmu komputer di Amerika Serikat.
Sekretaris Jenderal Komunitas Guru Teknologi Informasi dan Komunikasi dan Informatika Wijaya Kusuma mengatakan, mata pelajaran TIK (Kurikulum 2013) dan Informatika (Kurikulum Merdeka) menjadi mata pelajaran wajib bagi siswa SMP dan SMA/SMK sederajat, sedangkan di tingkat SD belum diwajibkan. Kini, pembenahan dalam materi juga dilakukan, pembelajaran tidak sekadar tentang teknis, tetapi juga literasi, etika, dan keamanan di dunia digital.
”Kami di Komunitas Guru TIK dan Informatika terus memperbanyak workshop bagi para guru supaya dapat mengembangkan pembelajaran TIK yang menarik dan relevan. Kita ingin anak-anak tidak hanya jadi penikmat, tapi juga bisa berkarya dengan penguasaan teknologi digital. Kini, ada pembelajaran coding, algoritma, hingga pembuatan aplikasi,” kata guru Informatika di SMP Labschool Rawamangun, Jakarta, itu.
Secara terpisah, pendiri Clevio Coder Camp Aranggi Soemardjan mengatakan, coding pada dasarnya mengajarkan logika algoritma. ”Jika logika algoritma terasah tajam, apa pun bahasa (program)-nya akan mudah dipelajari,” ujarnya.
Clevio Coder Camp selama ini mengajarkan coding kepada anak-anak guna mengajarkan logika algoritma ini sejak usia dini. Salah satu program yang dilakukan adalah memanfaatkan coding untuk mengubah kebiasaan anak bermain gim elektronik menjadi membuatnya sendiri.
Berpikir komputasional
Beberapa waktu lalu, Kementerian Agama mendukung penguatan kecakapan dan literasi digital guru madrasah, khususnya dalam bidang berpikir komputasional. Tujuannya agar guru dapat membekali siswa dalam memahami cara berpikir manusia seperti yang dilakukan ilmuwan komputer.
Untuk itu, Kementerian Agama menyiapkan buku Panduan Berpikir Komputasional bagi Guru Madrasah, yang memuat perkenalan konsep dasar computational thinking bagi guru madrasah agar mereka mampu mengintegrasikan pemikiran komputasional dalam aktivitas pedagogis sehari-hari. Buku ini akan memandu setiap pendidik memiliki pemahaman yang tepat tentang semua hal yang berkaitan dengan berpikir.