Marbot Mahasiswa, Merawat Masjid Kampus Bonus Indekos Gratis
Sejumlah mahasiswa ingin menjadi marbot demi menyiasati biaya kuliah yang semakin mahal.
Oleh
STEPHANUS ARANDITIO
·3 menit baca
Duduk di bangku kuliah bagi kebanyakan mahasiswa adalah tahap awal untuk belajar mandiri dan perlahan lepas dari tanggungan orangtua. Berbagai cara dilakukan untuk bertahan hidup dengan uang saku seadanya, salah satunya dengan menjadi marbot masjid. Seiring sejalan, mereka pun bisa semakin dekat dengan nilai-nilai agama.
Prinsip ini dipegang oleh trio marbot mahasiswa di Masjid Al-Jami’ah di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah, Ciputat, Tangerang Selatan, Banten, selama satu tahun terakhir. Mereka adalah Muhammad Haikal Abi (21) dan Adibya Ardhana (21) dari jurusan ilmu tarbiyah dan keguruan serta Abizar Al Ghifari (22) dari jurusan ilmu Al Quran dan tafsir.
Setelah mengumandangkan azan Dzuhur sekitar pukul 12.30, Abizar meletakkan mikrofonnya di mimbar imam. Satu per satu sivitas akademika UIN Jakarta terbangun dari tidurnya dan langsung merapatkan saf untuk shalat berjemaah. Kali ini Abizar bertugas mengumandangkan azan sekaligus menjadi imam.
Begitu salam diucapkan Abizar, jemaah langsung membubarkan saf. Ada yang kembali tidur, ada juga yang beranjak keluar untuk masuk ke mata kuliah berikutnya. Sementara mereka bertiga masih harus berkeliling mengecek masjid, jangan sampai ada barang jemaah yang tertinggal.
Saat semua dipastikan beres, mereka masuk ke sekretariat masjid untuk merapikan berkas di lemari, lalu membuka laptop untuk mengerjakan tugas. Aktivitas ini rutin mereka lakukan bergantian setiap hari tanpa dibayar.
Marbot mahasiswa bertanggung jawab pada kebersihan dan kegiatan keagamaan di masjid, seperti mengumandangkan azan lima waktu dan mengajar ngaji di TPQ yang diselenggarakan di masjid. Mereka pun bertugas untuk memastikan jadwal khatib dan imam shalat Jumat. Mereka yang berpengalaman bahkan harus siap-siap menjadi badal saat sang khatib terjadwal berhalangan. Di luar itu, mereka bisa mengajar ngaji secara privat di rumah-rumah jemaah.
”Lumayan juga, kan, jadi gak perlu ngekos lagi. Per bulan lumayan kosan sekarang aja paling murah Rp 800.000. Sekarang keluar uang buat makan saja, kadang masak juga.Alhamdulillah sudah jarang minta orangtua,” kata Abizar, Senin (25/3/2024).
Dari situ kami terus berlatih, belajar tanggung jawab, dan memanfaatkan ilmu agama yang kami punya.
Mereka disediakan kamar di lantai atas masjid. Kamarnya sangat sederhana, hanya ada kasur dilapisi tikar, kipas angin, meja, kursi, dan lemari. Lingkungan kampus yang asri cukup melindungi kamar mereka dari paparan polusi kemacetan jalan Ciputat.
Menurut Haikal, posisi marbot yang didapatkan sekarang ini berkah dari keaktifan mereka di unit kegiatan mahasiswa Himpunan Qari dan Qariah Mahasiswa (Hiqma). Mereka ditunjuk oleh kakak tingkatnya karena dianggap mampu bertanggung jawab memakmurkan masjid kampus.
Jadi incaran mahasiswa
Marbot di masjid ini cukup menjadi incaran banyak mahasiswa karena bisa mendapatkan fasilitas tempat tinggal yang layak dan gratis. Namun, Haikal menyatakan bahwa mereka mau menjadi marbot bukan hanya mengincar keuntungan itu, melainkan ingin mengaplikasikan ilmu mereka pada masjid dan umat.
”Niat saya di sini karena mengimami, mengulang-ulang hafalan, juga kadang belajar tampil di depan umum waktu jadi MC kegiatan. Jadi, ya, lumayan dari situ kami terus berlatih, belajar tanggung jawab, dan memanfaatkan ilmu agama yang kami punya,” kata Haikal.
Selama menjadi marbot, ketiga mahasiswa ini merasakan adanya peningkatan dalam religiositas yang dilihat dari adanya peningkatan dimensi-dimensi religiositas. Mulai dari dimensi pengetahuan agama, dimensi efek atau pengalaman, hingga dimensi praktik keagamaan.
”Dulu kalau ngekos mungkin kalau dengar azan tidak langsung shalat. Sekarang harus melantunkan azan lima waktu. Walaupun itu kewajiban kami, itu juga menjadi dorongan untuk langsung shalat,” tutur Adibya.
Mereka bertiga bertekad tetap ingin aktif memakmurkan masjid di lingkungannya setelah lulus dan meniti karier meski tidak bekerja di bidang keagamaan. ”Jadi menumbuhkan rasa tanggung jawab lebih dalam beribadah buat kami,” ucapnya.