Penularan Flu Singapura Intai Pemudik, Tetap Tenang dengan Pencegahan Berikut
Risiko penularan flu Singapura saat mudik Lebaran harus diwaspadai. Pencegahan harus diterapkan dengan baik.
Mobilitas masyarakat yang tinggi sangat rentan meningkatkan risiko penularan penyakit menular. Hal ini pula yang harus diwaspadai ketika mudik Lebaran. Risiko penyakit menular, seperti flu Singapura yang kini kasusnya cukup banyak dilaporkan, harus diwaspadai oleh masyarakat.
Berbagai upaya pencegahan perlu diperkuat, terutama dengan meningkatkan imunitas tubuh serta menghindari faktor risiko penularan. Kewaspadaan juga perlu ditingkatkan apabila gejala dan tanda bahaya muncul.
Data Sistem Kewaspadaan Dini dan Respons Kementerian Kesehatan melaporkan, per pekan ke-11 tahun 2024 setidaknya sudah ada 5.461 kasus flu Singapura di Indonesia. Sementara dari beberapa laporan dinas kesehatan di daerah, sebanyak 738 kasus dilaporkan di Banten dan 45 kasus di Depok.
Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia sekaligus anggota Bidang Kajian Penanggulangan Penyakit Menular Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI), Erlina Burhan, dalam acara konferensi pers di Jakarta, Rabu (27/3/2024), mengatakan, kasus flu Singapura sudah mulai merebak sejak beberapa tahun lalu di sejumlah negara. Namun, penularan tersebut dilaporkan semakin meningkat.
Baca juga: Sejumlah Anak di Kepri Terserang Penyakit dengan Gejala Mirip Flu Singapura
”Peningkatan kasus flu Singapura di negara lain dari waktu ke waktu juga meningkat. Salah satunya seperti yang dilaporkan di Malaysia,” katanya.
Flu Singapura atau penyakit tangan, kaki, dan mulut (hand, foot, and mouth disease/HFMD) merupakan penyakit akibat virus yang dapat menyerang anak dan dewasa. Penyakit ini paling banyak menyerang anak usia 10 tahun. Pada gejala awal akan ditandai dengan munculnya demam, sakit tenggorokan, dan batuk.
Seseorang yang tertular flu Singapura biasanya akan menunjukkan tanda yang khas berupa lenting pada tangan dan kaki. Apabila lenting tersebut pecah, akan menjadi ulkus atau luka serta krusta atau koreng. Lenting yang terjadi di mulut jika pecah dapat menjadi sariawan. Pada anak, lenting yang pecah pada mulut akan menyulitkan anak untuk makan dan minum karena terasa nyeri.
Lenting kemerahan yang muncul pada tangan, kaki, dan mulut memiliki diameter 2-6 milimeter. Selain pada mulut, lenting juga bisa ditemukan di tenggorokan dan langit-langit mulut. Lenting terkadang dijumpai pula di sekitar pusar dan anus. Lesi yang muncul akibat lenting yang pecah dapat membaik 7-10 hari.
Erlina menyebutkan, flu Singapura disebabkan oleh jenis Coxsackievirus. Penyebab paling umum ialah virus Coxsackie dengan strain A16. Strain ini yang paling banyak ditemukan di Indonesia. Sementara jenis virus Coxsackie dengan strain A6 menyebabkan penularan dengan gejala berat.
Virus penyebab flu Singapura dapat ditemukan pada air permukaan, limbah, tanah, sayuran mentah, dan kerang.
Pada beberapa kasus, penularan virus Coxsackie dapat menyebabkan gejala pada saluran napas. Itu disebabkan adanya micro mimicry (peniruan) dengan virus lain yang menyebabkan infeksi pernapasan, seperti virus myxovirus, rhinovirus, dan coronavirus. Penularan ini dapat berkaitan dengan kejadian pneumonia dan nasofaringitis akut.
Terkait diagnosis flu Singapura, Erlina menuturkan, pemeriksaan klinis perlu dilakukan, antara lain, melalui pemeriksaan darah serta kultur atau reaksi rantai polimerase (PCR). Pemeriksaan kultur dan PCR lebih diperlukan untuk menentukan strain pada virus yang menginfeksi.
”Penularan flu Singapura cenderung lebih ringan karena kasus kematiannya juga sangat rendah. Meski begitu, pencegahan tetap harus dilakukan dengan mencegah kontak dengan ruam pada pasien sakit serta mencegah kontak dengan cairan tubuh atau tinja pasien. Penyebaran ruam pada flu Singapura biasanya terjadi di akral atau tangan dan kaki serta mukosa atau mulut,” tutur Erlina.
Pencegahan
Ia menyebutkan, pencegahan lain yang bisa dilakukan adalah menjalankan gaya hidup yang bersih. Pastikan selalu cuci tangan dengan sabun atau hand sanitizer. Penggunaan masker di tempat kerumuman bisa turut mencegah penularan flu Singapura.
Pastikan pula kebersihan makanan. Sebaiknya hindari mengonsumsi makanan yang tidak matang. Virus penyebab flu Singapura dapat ditemukan pada air permukaan, limbah, tanah, sayuran mentah, dan kerang.
Baca juga: Dampak Pandemi, Penyakit Menular Terabaikan Terus Meningkat
Selain itu, hindari untuk kegiatan mandi cuci kakus di sungai, kolam, dan pantai. Bangun jamban yang sehat lengkap dengan tangki septik. Ketika hendak berenang, pilih kolam renang yang bersih. Sebaiknya lakukan disinfeksi pada toilet dan benda-benda yang berada dalam jangkauan anak. Hal ini yang harus diperhatikan ketika bepergian ke tempat mudik, baik di perjalanan maupun tempat tujuan mudik.
Penularan utama dari Coxsackievirus melalui makanan dan kotoran manusia (fekal-oral). Itu sebabnya, penularan bisa terjadi dengan menyentuh benda atau permukaan yang terkontaminasi virus tanpa mencuci tangan, kontak langsung dengan luka dan cairan tubuh penderita, serta menular lewat batuk, bersin, dan bicara.
”Semakin buruk sanitasi, semakin tinggi tingkat kontaminasi dan laju infeksi. Jadi, sangat penting untuk memperhatikan perilaku bersih hidup sehat, termasuk ketika mudik. Itu tidak hanya untuk mencegah flu Singapura, tetapi juga penyakit menular lainnya,” ungkap Erlina.
Anggota Unit Kerja Koordinasi Respirologi Ikatan Dokter Anak Indonesia, Nastiti Kuswandani, mengatakan, masyarakat terutama orangtua perlu meningkatkan kewaspadaan akan penularan flu Singapura. Akan tetapi, orangtua diharapkan tidak panik terhadap penularan tersebut. Jika ada anak yang sakit, cukup untuk beristirahat di rumah kurang lebih selama satu pekan. Itu diperlukan agar tidak terjadi penularan kepada anak-anak lain di sekolah.
Pemeriksaan bisa dilakukan di fasilitas kesehatan. Jika ada tanda bahaya, bisa segera dibawa ke rumah sakit, terutama apabila demam tinggi terjadi terus-menerus selama lebih dari tiga hari. Bawa anak segera ke rumah sakit jika anak tidak mau makan dan minum sama sekali. Risiko anak mengalami dehidrasi sangat tinggi jika tidak mengonsumsi makanan dan minuman.
Baca juga: Tips Perjalanan Mudik Aman dan Nyaman bersama Anak
Orangtua perlu mengenal tanda bahaya lain, seperti adanya sesak napas, riwayat kejang, serta penurunan kesadaran. Kondisi-kondisi seperti itu memerlukan penanganan segera di rumah sakit.
”Ada beberapa laporan kematian yang terkait dengan kasus HFMD yang bisa mengenai susunan saraf pusat atau otaknya. Namun, (kasus) itu sangat sedikit dan biasanya pada anak yang memang kondisinya sudah mempunyai gangguan daya tahan tubuh,” tutur Nastiti.