Pengalaman kekerasan pada anak menyebabkan masalah jangka panjang pada otak serta sistem kekebalan tubuh.
Oleh
ICHWAN SUSANTO
·2 menit baca
Anak yang mengalami kekerasan di masa pertumbuhan dampaknya akan dirasakan di sepanjang hayat. Kekerasan pada masa kanak-kanak bisa dari sisi emosional, fisik, dan pelecehan seksual, maupun penelantaran secara fisik dan emosi.
Pengalaman kekerasan pada anak ini menyebabkan masalah jangka panjang pada otak, sistem kekebalan tubuh, dan sistem metabolisme. Kondisi ini akan berpengaruh pada kesehatan jantung ataupun kecenderungan pada risiko diabetes.
”Yang belum jelas adalah bagaimana semua efek ini berinteraksi atau saling memperkuat,” kata Sofia Orellana, mahasiswa doktoral (PhD) di Department of Psychiatry and Darwin College, di University of Cambridge, seperti dipublikasikan dalam situs internet kampus tersebut, 9 April 2024.
Studi yang dilakukan Orellana dan tim, termasuk dari Leiden University, baru-baru ini berupaya mengungkap pemahaman tersebut. Riset tersebut telah dilaporkan dalam jurnal PNAS.
Hasil penelitian mereka menunjukkan, orang dewasa yang masa kecilnya mengalami kekerasan berisiko tinggi mengalami obesitas, peradangan, dan masalah traumatis. Faktor-faktor yang memperburuk kesehatan ini membuat otak mengalami perubahan struktur.
Dalam risetnya, tim peneliti mengamati hasil pemindaian MRI otak pada 21.000 orang dewasa berusia 40-70 tahun dengan menggunakan data dari UK Biobanks. Selain itu, mereka juga mengamati data indeks massa tubuh (indikator kesehatan metabolik), CRP (penanda peradangan), serta pengalaman kekerasan dan trauma.
Dengan menggunakan jenis pemodelan statistik yang memungkinkan mereka menentukan keterkaitan hal-hal tersebut, para peneliti memastikan, pengalaman kekerasan pada masa kanak-kanak membuat individu lebih mungkin mengalami peningkatan indeks massa tubuh (atau obesitas) dan tingkat trauma yang lebih besar di masa dewasa.
Sekarang kita memiliki pemahaman yang lebih baik tentang mengapa penganiayaan pada masa kanak-kanak memiliki efek jangka panjang.
Individu dengan riwayat kekerasan di masa kecil cenderung menunjukkan tanda-tanda disfungsi pada sistem kekebalan tubuh mereka. Para peneliti pun menunjukkan, disfungsi ini disebabkan oleh obesitas dan paparan berulang terhadap peristiwa traumatis.
Kerusakan sel otak
Selanjutnya, para peneliti memperluas model mereka dengan memasukkan hasil pengukuran MRI pada otak orang dewasa. Hasilnya, peningkatan serta penurunan ketebalan dan volume otak terkait dengan indeks massa tubuh yang lebih besar, peradangan, dan trauma yang disebabkan oleh kekerasan pada masa kanak-kanak. Perubahan struktur otak ini menunjukkan kemungkinan kerusakan fisik pada sel-sel otak sehingga memengaruhi cara kerja dan fungsinya.
Edward T Bullmore, Guru Besar Departemen Psikiatri dan anggota kehormatan di Downing College, Cambridge University, yang terlibat dalam riset tersebut mengatakan, ”Sekarang kita memiliki pemahaman yang lebih baik tentang mengapa penganiayaan pada masa kanak-kanak memiliki efek jangka panjang.”
Ia mengatakan, hasil riset ini dapat menunjukkan risiko seseorang yang lebih tinggi pada kesehatannya. ”Hal ini dapat membantu kita menargetkan secara dini pada mereka yang paling membutuhkan bantuan, dan mudah-mudahan membantu mereka dalam memutus rantai penyakit kesehatan ini,” katanya.