Burung Menyebarkan Benih, Hutan Pulih secara Alami
Penyebaran benih yang dimediasi burung sangat penting dalam menentukan spesies yang dapat beregenerasi.
Oleh
TATANG MULYANA SINAGA
·3 menit baca
Peran burung pemakan buah dalam regenerasi hutan tak bisa diremehkan. Ketika terbang bebas melewati lanskap hutan, burung menyebarkan biji melalui kotorannya yang tumbuh menjadi benih pohon sehingga membantu pemulihan hutan secara alami.
Melindungi burung tak hanya penting bagi kelestarian satwa tersebut, tetapi juga kelestarian ekosistem hutan. Penelitian terbaru The Crowther Lab di ETH Zurich, Swiss, menunjukkan burung yang bergerak bebas di alam dapat meningkatkan penyimpanan karbon dan regenerasi hutan tropis hingga 38 persen.
Crowther Lab merupakan kelompok penelitian interdisipliner yang bergerak dalam penelitian ekologi global. Kelompok ini terdiri dari ahli ekologi teoretis, restorasi, dan ilmuwan data yang membantu menciptakan landasan ilmiah untuk restorasi ekosistem.
Restorasi hutan menjadi hal mendasar dalam mengatasi krisis keanekaragaman hayati dan perubahan iklim. Kerusakan alam juga berdampak bagi kehidupan manusia. Laporan hasil penelitian ini telah dipublikasikan di jurnal Nature Climate Change, Senin (15/4/2024).
Riset dilakukan melalui eksplorasi potensi kontribusi burung terhadap restorasi hutan dengan menerapkan model berbasis individu. Model ini menyimulasikan pengendapan benih oleh burung di area terbuka dalam sepuluh lanskap di sepanjang gradien fragmentasi Hutan Atlantik di Amerika Selatan.
Hutan Atlantik menjadi salah satu kawasan dengan keanekaragaman hayati paling tinggi di dunia. Namun, hutan ini juga merupakan salah satu kawasan yang paling terfragmentasi dengan hanya tersisa 12 persen dari hutan asli dan berada dalam wilayah yang kecil.
Penulis penelitian itu, Carolina Bello, mengatakan, membiarkan burung pemakan buah bergerak bebas melintasi lanskap hutan sangat penting bagi pemulihan hutan tropis yang sehat. ”Studi ini menunjukkan bahwa khususnya di ekosistem tropis, penyebaran benih yang dimediasi oleh burung memainkan peran mendasar dalam menentukan spesies yang dapat beregenerasi,” ujarnya, dilansir dari Sciencedaily.com, Rabu (17/4/2024).
Restorasi hutan menjadi hal mendasar dalam mengatasi krisis keanekaragaman hayati dan perubahan iklim.
Burung pemakan buah, seperti red-legged honeycreeper, palm tanager, atau rufous-bellied thrush mengonsumsi, mengeluarkan, dan menyebarkan benih saat mereka berpindah ke seluruh lanskap hutan. Tujuh puluh persen hingga 90 persen spesies pohon di hutan tropis bergantung pada penyebaran benih hewan. Proses ini sangat penting agar pohon tumbuh dan hutan berfungsi optimal, termasuk dalam menyerap karbon.
Ukuran burung menentukan
Studi ini juga menemukan spesies burung yang berbeda memiliki dampak berbeda pula dalam penyebaran benih. Burung berukuran lebih kecil menyebarkan lebih banyak benih. Namun, mereka cenderung menyebarkan benih pohon yang potensi penyimpanan karbonnya lebih rendah.
Sementara burung dengan ukuran lebih besar menyebarkan benih pohon dengan potensi penyimpanan karbon lebih tinggi. Namun, mereka cenderung tidak berpindah melintasi lanskap hutan yang sangat terfragmentasi.
”Informasi penting ini memungkinkan kami untuk menunjukkan dengan tepat upaya restorasi aktif, seperti penanaman pohon, pada lanskap yang berada di bawah ambang batas tutupan hutan, di mana restorasi dengan bantuan merupakan hal yang paling mendesak dan efektif,” ujar peneliti di Crowther Lab, Daisy Dent.
Penelitian sebelumnya menunjukkan pemulihan hutan dapat menyerap lebih dari 2,3 miliar ton karbon di kawasan Hutan Atlantik. Regenerasi hutan secara alami bisa menghemat biaya hingga 77 persen dibandingkan dengan metode penanaman pohon.
Selain itu, pencegahan perburuan liar juga sangat krusial karena dapat meningkatkan pergerakan hewan di hutan tropis. Restorasi aktif diperlukan pada lanskap hutan yang sangat terfragmentasi.
”Kami selalu mengetahui bahwa burung sangatlah berperan penting. Namun, sungguh luar biasa mengetahui besarnya dampak tersebut. Jika kita dapat memulihkan kompleksitas kehidupan di dalam hutan, potensi penyimpanan karbon di dalamnya akan meningkat secara signifikan,” kata Thomas Crowther, profesor ekologi di ETH Zurich.