Ingin Kuliah S-3 Luar Negeri Malah Jadi Korban Dugaan Penipuan
Ketidakjelasan mulainya perkuliahan S-3 di PWU di Filipina meresahkan ratusan pendaftar yang telah membayar Rp 30 juta.
Oleh
ESTER LINCE NAPITUPULU
·4 menit baca
Iklan tawaran kuliah S-3 atau jenjang doktor di luar negeri dengan beasiswa parsial muncul di media sosial tampak menggiurkan bagi sejumlah orang yang berniat kuliah. Biaya kuliah S-3 secara daring dari perguruan tinggi luar negeri yang bekerja sama dengan pengelola di Indonesia selama dua tahun hanya dengan biaya Rp 30 juta tentunya menarik hati.
Namun, hingga waktu kuliah yang dijanjikan tiba, nama para pendaftar tidak tertera di perguruan tinggi yang dijanjikan. Tidak adanya kejelasan soal mulainya perkuliahan S-3 di Philippine Women’s University (PWU) di Manila, Filipina, membuat resah ratusan pendaftar yang sudah membayar lunas senilai Rp 30 juta. Biaya murah ini bisa didapat pendaftar karena pengelola memberikan beasiswa parsial Rp 60 juta.
Seperti diungkapkan Irzan, pendaftar yang bekerja sebagai karyawan swasta di Jakarta. Ia sedang mencari-cari informasi kuliah S-3 melalui internet. Lalu, ia menemukan iklan masif soal kuliah S-3 di PWU.
”Masuk akal ya biaya Rp 90 juta tetapi ada beasiswa parsial sehingga pendaftar hanya bayar Rp 30 juta. Bukan hanya soal harga murah, saya pun mencoba menelusuri tentang keberadaan PWU dan ada penyetaraan ijazah dari perguruan tinggi ini. Jadi, saya merasa yakin,” kata Irzan saat dihubungi, Sabtu (20/4/2024).
Ia mendaftar di S-3 program studi (prodi) social development. Dia telah mendapat letter of acceptance (LoA) dari PWU pada Desember 2023. Dalam selembar surat berbahasa Inggris yang ditandatangani chancellor/senior vice president for academic affairs PWU, disebutkan bahwa Irzan terdaftar menjadi mahasiswa regular untuk mulai kuliah pada Maret 2024. Mereka harus mengikuti 16 courses atau 48 kredit secara daring. Gelar doktor bisa diraih dalam dua tahun.
Sebanyak 207 peserta yang tergabung dalam grup Whatsapp dan sudah melunasi pembayaran mulai resah. Mereka tidak kunjung mendapatkan kabar soal perkuliahan. Mereka pun tidak mendapatkan kartu mahasiswa dan akses ke portal universitas. Komunikasi dengan pengelola yang mengaku sebagai profesor pendiri International Doctoral Program (IDP) semakin sulit, bahkan malah disodori pengacara.
Korban lainnya, Aloysius BG (47), dosen perguruan tinggi swasta di Jakarta, akhirnya pada 8 April 2024 melaporkan kasus ini ke Polres Bekasi Kota. Dia sudah menyetor uang Rp 30 juta sesuai iklan untuk kuliah S-3 di PWU ke rekening atas nama PT Pelatihan dan Sertifikasi Indonesia.
Kasihan lagi yang usia senior, sampai ada yang terlilit utang dan sakit karena masalah ini.
Aloysius dalam pemaparan kronologi permasalahan mengatakan, kasus ini bermula ada gambar iklan di Tiktok oleh akun berinisial BTC. Isinya tawaran kuliah di PWU dengan beasiswa parsial sehingga peserta cukup membayar Rp 30 juta.
Iklan itu muncul di akun media sosial Aloysius pada akhir 2023. Karena ingin serius kuliah, Aloysius menelusuri informasi tersebut pada nomor kontak tertera sampai yakin tawaran ini bukan penipuan.
Setelah pembayaran pertama, pada 20 Desember 2023, Aloysius menerima LoA dari PWU yang menyebutkan dia diterima sebagai mahasiswa program doctor of business administration. Kepada peserta kemudian diinformasikan batas waktu pelunasan Rp 30 juta paling lama awal Januari 2024 dan jika tidak harus membayar penuh Rp 90 juta.
Para peserta yang merasa ada permasalahan dalam program kuliah doktor di PWU terus mendesak kepada pengelola. Lalu pada 2 Maret 2024 diumumkan di grup Whatsapp bahwa Angkatan ke-5 program doktoral S-3 akan dipindahkan ke salah satu perguruan tinggi Malaysia. Peserta tidak setuju dan minta uang dikembalikan.
”Awalnya disepakati untuk mengembalikan uang mahasiswa secara bertahap dalam waktu secepatnya dua bulan. Lalu di akhir Maret pengelola menginformasikan gagal mengembalikan uang karena uangnya dipakai untuk perdagangan bursa komoditas berjangka,” ujar Aloysius.
Untuk menunjang karier
Pendaftar program doktoral S-3 PWU kebanyakan dari dosen, guru, dan perawat. Jenjang pendidikan yang tinggi ini penting untuk menunjang karier.
Bagi dosen, pendidikan minimal S-2 dinilai tidak lagi cukup, Bahkan, banyak perguruan tinggi menuntut pendidikan dosen minimal S-3. Ada perguruan tinggi yang memberikan beasiswa untuk dosen dan banyak juga yang membiayai kuliah sendiri.
Menurut data di pangkalan data pendidikan tinggi, masih ada lebih dari 30.000 dosen berpendidikan S-1. Adapun yang berpendidikan S-2 lebih dari 207.000 orang, sedangkan S-3 sebanyak 42.825 orang.
Disediakan beasiswa
Direktur Sumber Daya, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Riset, dan Teknologi Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi M Sofwan Effendi mengatakan, setiap tahun pemerintah menyediakan beasiswa kuliah untuk dosen. Lewat program Beasiswa Pendidikan Indonesia, disediakan kuota beasiswa kuliah di dalam dan luar negeri sebanyak 1.300 dosen per tahun.
”Saya niatnya mau meningkatkan pengetahuan. Ada tawaran kuliah berbahasa Inggris dari perguruan tinggi luar negeri. Ini kan menantang. Saya cek sana-sini, sampai ke Kedubes RI di Filipina bahwa PWU ini memang ada. Kasihan lagi yang usia senior, sampai ada yang terlilit utang dan sakit karena masalah ini. Semoga dari Kemendikbudristek juga bisa menaruh perhatian pada kasus ini,” kata Irzan.