PT Gramedia kembali terlibat dalam GLN mencetak sekitar 2,7 juta buku ke 13.856 sekolah di daerah 3T di 15 provinsi.
Oleh
STEPHANUS ARANDITIO
·3 menit baca
BEKASI, KOMPAS — Akses terhadap buku bacaan anak-anak yang bermutu di sekolah-sekolah masih terbatas, terutama di daerah tertinggal, terdepan, dan terluar atau 3T, di Indonesia. Untuk itu, penyediaan buku-buku yang melibatkan semua pihak menjadi solusi agar semua mendapatkan kesempatan yang sama pada literasi.
Melalui program Gerakan Literasi Nasional (GLN) yang rutin dilaksanakan Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi, PT Gramedia kembali terlibat dalam mencetak 2.783.046 buku.
Jutaan buku tersebut akan disebar ke 13.856 sekolah di daerah 3T di 15 provinsi. Pengiriman dimulai Senin (6/5/2024) dari kantor Percetakan Gramedia di Cikarang, Bekasi, Jawa Barat.
Direktur Utama PT Gramedia Hari Susanto Surjotedjo mengutarakan, proses pencetakan 200 judul buku diselesaikan dalam waktu 50 hari yang dilakukan di dua percetakan Gramedia di Cikarang dan Bandung.
Buku-buku ini didistribusikan oleh PT Gaido Cito Ekakurindo (Gaido Ekspress) dan PT Antero Bahana Cemerlang (ABC Ekspress) ke 15 daerah tujuan pengirimannya adalah Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Riau, Bengkulu, Bangka Belitung, Kepulauan Riau, Sumatera Selatan, Lampung, Sulawesi Utara, Maluku, Maluku Utara, Gorontalo, Papua, dan Papua Barat.
”Buku ini akan sangat bermanfaat untuk anak-anak Indonesia, khususnya untuk mereka yang berada di daerah 3T. Dengan mencetak buku GLN, kami bahagia sekali bisa terus terlibat dalam upaya mencerdaskan kehidupan bangsa,” kata Hari dalam seremoni pengiriman buku di PT Gramedia, Cikarang, Senin (6/5/2024).
Belasan ribu sekolah tujuan pengiriman dipilih oleh Badan Bahasa berdasarkan hasil asesmen nasional (AN) pada tahun 2022 pada aspek kemampuan literasi yang masih tergolong rendah. Buku-buku ini diharapkan minimal 20 persen satuan pendidikan yang diintervensi bisa meningkatkan kemampuan literasi siswanya.
Sekretaris Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kemendikbudristek Hafidz Muksin menjelaskan, GLN yang dimulai sejak tahun 2016 ini yakni upaya untuk meningkatkan literasi dan numerasi peserta didik. Sebab, kecakapan literasi anak-anak di Indonesia masih tergolong rendah.
Hasil Survei Program for International Student Assessment (PISA) pada tahun 2022 menunjukkan penurunan sebesar 12 poin walau penurunan ini lebih rendah dibandingkan rata-rata penurunan skor literasi secara internasional sebesar 18 poin. Hasil AN 2022 juga menunjukkan 38,47 persen siswa SD belum mencapai kompetensi minimum di bidang literasi.
Buku ini akan sangat bermanfaat untuk anak-anak Indonesia, khususnya untuk mereka yang berada di daerah 3T. Dengan mencetak buku GLN, kami bahagia sekali bisa terus terlibat dalam upaya mencerdaskan kehidupan bangsa.
Penyebab masih rendahnya minat baca adalah karena kurangnya akses untuk membaca, yaitu minimnya ketersediaan buku bacaan yang berkualitas dan fasilitas perpustakaan, terutama di daerah-daerah terpencil. Selain itu, mutu proses pembelajaran, aktivitas dan minat baca peserta didik juga turut memengaruhi.
”Gawai ini menjadi tantangan luas biasa bagi orangtua, masyarakat, terutama pendidik, bagaimana kemajuan teknologi ini dibarengi dengan upaya pemanfaatannya,” kata Hafidz.
Menurut Hafidz, pekerjaan ini tidak bisa dituntaskan oleh pemerintah saja, melainkan perlu kolaborasi dengan sejumlah pihak, termasuk percetakan swasta untuk turut terlibat dalam gerakan literasi. Maka dari itu, PT Gramedia bersama dua percetakan swasta lainnya turut terlibat membantu pemerintah.
Ketiga percetakan ini akan mencetak 200 judul buku dengan jumlah oplah 21.471.000 eksemplar dan akan dikirimkan ke 35.785 SD yang tersebar di seluruh Indonesia. Selanjutnya, pada tahap kedua nanti Badan Bahasa akan mencetak 200 judul buku dengan jumlah oplah 5.575.200 eksemplar dan akan dikirimkan ke 9.292 SD.
Selanjutnya, setelah buku-buku tersebut sampai ke sekolah, para guru akan dilatih agar mengoptimalkan buku itu agar bisa dibaca semua warga sekolah, termasuk bagi warga sekolah-sekolah swasta di sekitar sekolah penerima buku, juga bisa mengakses buku yang gratis dikirimkan oleh pemerintah tersebut.
”Balai Penjaminan Mutu Pendidikan di daerah akan melakukan pendampingan agar pemanfaatannya dilakukan dengan baik. Murid di sekolah swasta juga bisa meminjam buku tersebut agar semua merasakannya,” ujarnya.
Sejak tahun 2016-2023, Badan Bahasa telah menyusun lebih dari 800 judul buku yang lulus penilaian dari Pusat Perbukuan untuk jenjang pendidikan anak usia dini (PAUD), sekolah dasar (SD), sekolah menengah pertama (SMP), dan sekolah menengah atas (SMA) untuk dicetak dan dikirimkan ke sekolah-sekolah. Buku-buku itu juga telah didigitalkan dan diunggah di laman budi.kemdikbud.go.id.
Beberapa buku juga telah dibuat dalam versi buku audio sehingga anak- anak berkebutuhan khusus juga dapat menikmati buku-buku pengayaan literasi tersebut.
Tantangan pengiriman
Upaya untuk memastikan ketersediaan buku hingga pelosok negeri bukanlah hal yang mudah. Gaido Ekspress dan ABC Ekspress akan menyebarkan buku ke 15 provinsi dan yang paling menantang adalah pengiriman ke pulau-pulau pelosok di Kepulauan Mentawai dan Maluku, serta ke pedalaman Papua.
Pengiriman buku kali ini ke dua daerah tersebut dilakukan dengan menggunakan kapal laut ke titik pertama di kota tujuan, kemudian dilanjutkan dengan jalur darat atau udara ke sekolah-sekolah di pedalaman. Buku-bukunya dikemas dengan plastik rapat agar tidak rusak di perjalanan.
”Tantangan paling besar dan kami harap tahun ini tidak terjadi adalah terjadinya ketegangan keamanan di Papua bagian pegunungan, ada beberapa yang tidak terjangkau waktu itu,” kata Direktur Utama ABC Ekspress Andi Asri.