Paparan Disinfektan Selama Kehamilan Terkait Risiko Asma dan Eksim Anak
Riset terbaru menemukan, paparan disinfektan selama kehamilan dapat menjadi faktor risiko asma dan eksim pada anak-anak yang dilahirkan.
Oleh
AHMAD ARIF
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Disinfektan sering digunakan di rumah sakit dan pandemi Covid-19 telah menyebabkan penggunaan disinfektan meningkat, termasuk oleh masyarakat umum. Studi terbaru menemukan, paparan disinfektan selama kehamilan dapat menjadi faktor risiko asma dan eksim pada anak-anak yang dilahirkan.
Demikian temuan studi populasi yang diterbitkan daring di Occupational and Environmental Medicine pada Senin (28/3/2022). Reiji Kojima dari Department of Health Sciences, School of Medicine, University of Yamanashi, Jepang, menjadi penulis pertama kajian ini.
Tim peneliti menggunakan data 78.915 pasangan ibu-anak yang berpartisipasi dalam Japan Environment and Children’s Study. Mereka mencari keterkaitan paparan disinfektan di tempat kerja terkait dengan peningkatan risiko diagnosis penyakit alergi pada anak-anak mereka ketika berusia tiga tahun.
Hasilnya, peneliti menemukan risiko anak-anak menderita asma atau eksim secara signifikan lebih tinggi jika ibu mereka menggunakan disinfektan satu sampai enam kali seminggu, dibandingkan dengan ibu yang tidak pernah menggunakan disinfektan. Anak-anak dari ibu yang terpapar disinfektan setiap hari memiliki peluang diagnosis tertinggi, 26 persen lebih besar untuk asma dan 29 persen lebih besar untuk eksim dibandingkan anak dari ibu yang tidak pernah terkena disinfektan.
Karena studi ini observasional, peneliti tidak dapat memastikan penyebabnya. Namun, mereka menunjukkan beberapa mekanisme yang dapat menjelaskan peningkatan risiko penyakit alergi pada anak-anak setelah ibu mereka terpapar disinfektan selama kehamilan. Beberapa faktor itu adalah gangguan terhadap mikrobioma. Disinfektan berdampak pada mikrobioma pencernaan dan mikroflora kulit ibu dan kemudian pada anak. Kemungkinan lain, paparan beberapa senyawa kimia selama kehamilan berdampak pada respons imun pada janin. Selain itu, risiko juga bisa terjadi saat paparan setelah kelahiran, yaitu ketika anak-anak menghirup atau menyentuh molekul disinfektan pada kulit ibu mereka.
Kojima dan tim menyimpulkan, ”Temuan kami menunjukkan bahwa paparan (disinfektan) selama kehamilan memberikan efek alergi pada keturunan terlepas dari apakah ibu kembali bekerja ketika anak berusia 1 tahun dan menunjukkan efek oleh paparan selama kehamilan saja.”
Mereka menambahkan, ”Mengingat meningkatnya penggunaan disinfektan saat ini untuk mencegah infeksi virus korona baru, sangat penting bagi kesehatan masyarakat untuk mempertimbangkan paparan disinfektan pralahir sebagai risiko perkembangan penyakit alergi.”
Kajian oleh Kojima dan tim ini sejalan dengan penelitian Gro Tjalvin dari University of Bergen dan tim yang dipublikasikan di Journal of Allergy and Clinical Immunology pada Oktober 2021.
Risiko anak-anak menderita asma atau eksim secara signifikan lebih tinggi jika ibu mereka menggunakan disinfektan satu sampai enam kali seminggu, dibandingkan dengan ibu yang tidak pernah menggunakan disinfektan
Tjalvin dan tim menyelidiki 3.318 pasangan ibu-anak yang berpartisipasi dalam studi RHINESSA dan RHINE. Analisis ini mengungkapkan bahwa ibu yang bekerja dengan paparan bahan pembersih dan disinfektan bertahun-tahun sebelum kehamilan, memiliki anak-anak dengan risiko asma hingga 71 persen lebih tinggi. Jika ibu memulai pekerjaan seperti itu setelah anaknya lahir, tidak ada peningkatan risiko asma yang dapat ditemukan.
Temuan ini menunjukkan bahwa bahan pembersih dan disinfektan dapat menyebabkan perubahan pada ibu yang ditransfer pada keturunannya di masa depan dan memengaruhi kesehatan mereka.