SINGAPURA, KOMPAS — Sebanyak 947 mahasiswa dari 123 tim yang berasal dari 20 negara mengekspresikan ide dan inovasi lewat kompetisi mobil hemat energi, Shell Eco-marathon Asia 2017, di Singapura. Hal itu untuk menjawab kebutuhan transportasi dunia di masa mendatang di tengah semakin berkurangnya pasokan energi yang tak terbarukan.
Dari pantauan wartawan Kompas, Frans Pati Herin, di Changi Exhibition Center, Singapura, Jumat (17/3), nuansa persaingan menjadi yang terhemat itu sangat terasa. Sejumlah tim masih melakukan penyempurnaan terhadap beberapa bagian mobil sebelum diuji, Sabtu (18/3) ini.
Salah satunya seperti yang dilakukan tim Bumi Siliwangi dari Universitas Pendidikan Indonesia. Sejumlah anggota tim masih mengatur roda ban untuk mendapatkan putaran ideal. “Ada teman-teman yang belum sempat tidur sejak Kamis (16/3) malam karena beberapa bagian masih harus disetel sampai pas. Saingan terberat kami adalah sesama tim dari Indonesia. Jadi, seperti Indonesia vs Indonesia,” kata Ramdhani, manajer tim.
Tim Bumi Siliwangi menggunakan mobil berkonsep urban dengan tenaga listrik berkapasitas 48 volt. Tim itu diunggulkan menyusul kemenangan mereka dalam Shell Eco-marathon (SEM) dunia di London, Inggris, tahun lalu. Mobil mereka dinyatakan paling hemat karena hanya menghabiskan 1 kilowatt untuk jarak tempuh 77 kilometer.
Faktor penentu hemat tidaknya mobil adalah bobot mobil, gesekan-gesekan, serta cara mengemudi. Oleh karena itu, Team Sapu Angin dari Institut Teknologi Sepuluh Nopember mengurangi bobot dari 130 kilogram menjadi 114 kilogram. Mobil tim tersebut berkonsep urban dengan bahan bakar solar. Mereka menargetkan satu liter solar dapat digunakan hingga jarak di atas 300 kilometer.
Pada kompetisi SEM Asia tahun sebelumnya di Manila, Filipina, mobil Team Sapu Angin mencapai 249 kilometer dan keluar sebagai juara. Tim tersebut juga mewakili Indonesia pada SEM dunia tahun lalu di London. Namun, mobil mereka terbakar saat dibawa dari Indonesia ke London. Mereka optimistis bakal memenangi lomba kategori mobil urban dengan energi bahan bakar minyak.
10 tahap pemeriksaan
Pendatang di ajang tersebut, yakni Wasaka Team dari Universitas Lambung Mangkurat, masih berjibaku memenuhi sejumlah persyaratan dalam tahap pemeriksaan kendaraan. Setidaknya ada 10 tahap yang harus dilalui. Hingga Jumat sore tim asal Banjarmasin, Kalimantan Selatan, itu belum dinyatakan lolos. Kompetisi akan dimulai pada Sabtu (18/3) besok dengan puncak perebutan pengendara terbaik pada Minggu (19/3).
Presiden Direktur dan Country Chairman Shell Indonesia Darwin Silalahi mengatakan, Shell memberikan ruang bagi generasi muda dunia untuk mengekspresikan ide-ide mereka lewat inovasi mobil hemat energi. Di tingkat Asia, kejuaraan itu sudah berlangsung enam tahun, yakni masing-masing selama tiga tahun di Malaysia dan Filipina.
“Ke depan, dunia membutuhkan mobil hemat energi di tengah keterbatasan sumber energi. Inovasi mahasisiwa itu suatu ketika dapat dikomersialisasikan. Semua tergantung dari pribadi mereka,” katanya. Pemerintah dan perguruan tinggi juga diharapkan dapat berkolaborasi untuk mendukung mahasiswa berprestasi.
Ada dua kategori mobil yang diperlombakan dalam ajang ini, yakni konsep urban dan prototipe. Mobil konsep urban mirip dengan mobil yang digunakan di jalanan umum, tetapi ukurannya lebih kecil. Adapun bentuk prototipe wujudnya lebih sederhana dan berukuran jauh lebih kecil.
Prototipe memakai tiga roda. Mobil prototipe diperkirakan berukuran panjang 2 meter, lebar 80 sentimeter, dan tinggi 50 sentimeter. Bentuknya lonjong sehingga posisi mengemudikannya dengan cara telentang. Dua kategori itu bisa menggunakan daya listrik atau bahan bakar minyak. (FRN)